Merenda Tawa di Danau Phewa, Phokara
January 08, 2021
Setiap langkah menapaki kawasan danau terbesar kedua di Nepal ini ada tawa yang menghidupkan rasa
Dinginnya pagi menyelimuti ketika kami gegas berjalan meninggalkan hotel. Berbekal tiket yang sudah kami pesan melalui resepsionis hotel sehari sebelumnya, kami berjalan kaki menyusuri labirin kawasan Thamel menuju bus point. Mudah saja menemukan bus yang akan membawa kami menuju Phokara.
Terletak 200 Kilometer di sebelah Barat kota Kathmandu, Phokara yang berada di kaki Annapurna ditempuh dalam waktu kurang lebih 8 jam menggunakan Bus. Tentu perjalanan selama itu bakal membosankan bagi Najin. Sebelum berangkat, saya persiapkan beberapa camilan. Baterei handphone juga tablet penuh. Dalam bus tersedia wifi, tapi kondisinya ya gitu deh, putus nyambung kayak hubungan kamu dan dia.
Perjalanan ke Phokara di dominasi dengan perbukitan. Jalanan naik turun meliuk membebat bukit. Sementara jurang menganga dengan dasar sungai yang deras dan bening. Desa jarang jarang dengan hamparan kebun, bukit, rantai pegunungan tak berujung menjadi pemandangan yang menyegarkan.
Dalam perjalanan kami berhenti di sebuah kedai makanan. Lumayan bersih. Ada banyak menu yang tersaji prasmanan. Sajian utama nasi dan roti. Lauknya kebanyakan menu vegetarian, ada sayur dengan bumbu kare dan mie goreng. Kami juga menyempatkan membeli jajanan khas Nepal.
Alhamdulilah lancar sampai di Phokara menjelang sore. Phokara dikenal sebagai ibukota pariwisata Nepal. Menjadi pintu gerbang pendakian menuju deretan pegunungan Himalaya. Jadi nggak heran ketika kesini barengan sama turis dengan keril gede gede.
Sampai di terminal Phokara, kami langsung menyewa mobil menuju Sarangkot. Sehari semalam kami berada di kawasan perbukitan yang menawarkan tempat terbaik menikmati matahari terbit dengan panorama Annapurna, Dhaulagiri dan Maccapuchhere. Baru keesokan harinya kami kembali lagi ke Phokara.
Jelajahi Danau Phewa
Sesampainya di Hotel di Phokara kami disambut dua kegembiraan, pertama kami diperbolehkan check in lebih awal, yang kedua hotel kami di upgrade. Hotelnya bersih. Yang paling bikin hepi, balconi hotel menghadap langsung ke danau Phewa, danau terbesar kedua di Nepal.
Kami langsung jalan jalan di sekitar danau yang paling banyak dikunjungi wisatawan di Nepal. Annapurna hanya berjarak sekitar 28 KM dari sini. Danau ini terkenal dengan cerminan puncak gunung Ananapurna, Daulagiri dan Maccapuchhere di permukaannya. Karena kabut kami tak melihat keindahan itu.
Kami jalan kaki menyusuri walking track di tepian danau. Banyak cafe dan juga warung sederhana di sekitar danau. Tinggal pilih sesuai budget. Ada juga tempat pengembangbiakan ikan. Bisa juga bermain kayak. Yang menjadi ikon adalah keberadaan Doonga yakni perahu dengan warna warni ngejreng yang parkir tepain danau. Perahu ini bisa kita sewa untuk menyusuri danau seluas 5 Km2.
Menuju Kuil di sebuah pulau di tengah danau Phewa
Di ujung walking track, sebuah dermaga kecil dan banyak penduduk lokal mengantri. Mereka adalah peziarah yang akan berkunjung ke kuil Tal Barahi yang berada di sebuah pulau di tengah danau. Tal sendiri berarti danau. Kami duduk diatas perahu bersama para peziarah yang datang dengan membawa sesaji. Bersama semilir angin yang berhembus, sebuah doa dan harap terpancar dari wajah mereka.
Suara lonceng terdengar dari kuil Hindu dua lantai yang dipersembahkan untuk Dewi Durga, pelindung para dewa. Kuil utama di Phokara ini ramai oleh peziarah. Di pulau kecil ini terdapat beberapa toko menjual berbagai souvenir. Seperti halnya waktu kami berkunjung ke Boudhanath, keberadan burung merpati yang jamak di sini menjadi keceriaan Najin. Sesekali kami bermain air dan menatap ikan di tepian pulau.
Menikmati kelezatan pizza dengan yak cheese
Siang hari perut bergemuruh meminta jatahnya. Teringat seorang teman blogger berbagi cerita tentang kuliner wajib coba di Nepal, salah satunya adalah pizza dengan yak cheese. Yak adalah hewan semacam kerbau dengan bulu panjang lebat yang hanya dijumpai di daerah pegunungan Himalaya.
Beruntunganya, tak jauh dari hotel tempat kami menginap ada kedai penjual pizza. Kami memesan vegetarian pizza berukuran jumbo. Pizza dibuat fresh. Dibakar dengan menggunakan oven tradisional dari bahan bakar kayu. Aromanya sukses bikin ngiler.
Pizza dengan topping potongan bawang, paprika hijau dan lelehan keju yang banyak ini dihidangkan dengan pinggiran sedikit gosong. Rasanya gurih, nggak terlalu asin dengan teksturnya keju yang lembut. Dalam sekejap satu loyang pizza masuk ke dalam perut kami.
Setelah kenyang, kami jalan jalan kembali menyusuri jalanan utama kota Phokara sekalian mencari konter penjual tiket balik ke Kathmandu. Dibandingkan dengan Kathmandu, Phokara lebih tertib, tenang dan teratur. Jalannya luas. Trotoar lapang. Kanan kiri jalan berjejer hotel, aneka macam toko souvenir, baju, restoran, bar, agen perjalanan dan yang sukses membuat kami keluar masuk toko apalagi kalau bukan berbagai alat untuk pendakian.
Santai Sore Menatap Sunset di Pehwa
Sore hari kami bersantai di tepian danau Phewa. Tak seperti siang tadi, sore ini lebih banyak wisatawan mancanegara bersantai di tepian danau, ada yang jogging atau jalan sore, baca buku, menulis, ngobrol dengan teman atau sekedar melamun.
Bersama tenggelamnya matahari dari balik baris perbukitan, saya berharap bisa kembali mengunjungi danau Phewa dan tinggal lebih lama lagi. Setiap langkah menapaki kawasan danau ada tawa dan ketentraman yang saya rasakan.
Nepal 2016
5 $type={blogger}
Aku dan istri sepakat menjadikan Nepal salah satu destinasi kelak kalau jalan-jalan ke luar negeri. Pengen ngerasain trekking ke kaki gunungnya, lihat budayanya, dll. Istriku pernah ke India dan agak trauma. Ya sudah, kita ke Nepal saja! Hahahaha
ReplyDeleteKak boleh sharing tentang hubungan dgn orang India? Saya sebenarnya sedang memiliki hubungan dengan pria India dan sebenarnya kami belum bertemu karena Covid yang tidak berkesudahan. Rencananya tahun ini jika penerbangan sudah dibuka maka kami akan bertemu disana. Masalahnya sekarang dia memilih dijodohkan oleh keluarganya karena ibunya baru saja meninggal dunia sedangkan dirumahnya hanya ada ayah dan dirinya saja.
ReplyDeleteSaya sangat sedih mendengar keputusannya untuk menerima perjodohan itu karena sebenarnya kamu berdua sama-sama saling mencintai. Apakah saya harus menerima keputusan itu skr? Tapi hati saya sangat tidak menginginkannya
Bagus tempatnya.
ReplyDeletekeren tempatnya
ReplyDeleteartikelnya bermanfaat
ReplyDelete