Langkah Kaki Menyusuri Labirin Thamel
July 31, 2020
Berjalan santai terasa asyik, kawasan Thamel dipenuhi dengan deretan toko, restoran, bar, cafe, street food, wisatawan manca negara riwa riwi
Badan mendapatkan haknya beristirahat. Perjalanan dari Delhi ke Kathmnadu hanya dua jam. Harusnya nggak capek amat. Hanya saja Nepal adalah bagian menyenangkan dari sebuah perjalanan estafet, kami barusan balik dari backpacking di Kashmir selama 4 hari. Di Delhi istirahat semalaman. Keesokan harinya lanjut ke Nepal.
Sore itu setelah cukup beristirahat di hotel. Kami memutuskan berjalan jalan sejenak di sekitar hotel. Sekalian menukar uang. Waktu ke Nepal, saya hanya membawa beberapa Dollar saja. Itupun habis untuk membayar Visa on Arrival. Dan lebih banyak membawah uang Rupees India.
Berbekal Bismillah dan kartu nama hotel dengan peta kecil di baliknya, Saya, Najin dan mbak Andri melangkahkan kaki meninggalkan hotel. Hotel budget yang kami pesan online ini berada di sebuah gang kecil. Kanan kiri semua hotel budget yang rata rata terdiri 3 sampai 4 lantai berdampingan dengan satu sama lain. Kebetulan hotel kami berada di kawasan Thamel yang tersohor. Kalau di Bali, Thamel ini seperti kawasan kuta.
Keluar dari gang, menuju jalan utama Thamel. Berjalan santai terasa asyik. Kawasan Thamel dipenuhi dengan deretan toko, restoran, bar, cafe, street food, wisatawan manca negara riwa riwi. Happening banget.
Rencana awal pingin nukerin uang jadinya jalan jalan sekalian. Capeknya mendadak hilang. Semangat menyala. Apalagi hari ini kita memang tidak ada itinerari kemanapun.
Thamel yang luas, perempatan jalan, tikungan dengan deretan pertokoan, restoran menguarkan aroma rempah, hotel hotel berbintang hingga hotel budegt, gang gang kecil yang menyertainya, membentuk bagaikan sebuah labirin yang asik untuk ditelusuri sekaligus menyesatkan. Langkah kaki mengikuti kata hati. Sore yang sahdu di awal musim semi, membuat kami nyaman berjalan untuk cuci mata
Di tengah jalan, tetiba kami mendengar suara …teng. Suara lonceng yang menggerakan hati untuk mengikuti. Suara yang tak asing. Mengingatkan saya akan Monastry waktu jelajah manali, India.
Kami berjalan melambat. Berharap terdengar lagi suara lonceng lagi. Dan ketika terdengar lagi suara lonceng, kami gegas mengikuti arah datangnya lonceng. Memasuki sebuah gang. Semakin mendekat aroma dupa semakin pekat.
Riang hati menatap Monstary tua di tengah hiruk pikuk Thamel. Stupa nampak mempesona di antara padatnya rumah. Pucuk stupa berhias sepasang mata Budha berwarna kuning keemasan. Simbol simbol keagamaan bertumpuk diatasnya. Menggantung warna warni bendera doa. Seperti postcard atau foto foto yang selama ini menggambarkan tentang eksotisme Nepal.
Nuansa magic terasa. Dupa berasap menyala. Stupa dikelilingi beberapa patung Budha terbuat dari batu. bentuknya lebih kecil, berbentuk segitiga mengerucut dengan beberapa patung Budha. Ukiran dan geometri cantik menghiasi batu.
Di area Monastry banyak muda mudi Kathmandu duduk santai. Anak anak bermain riang berlarian. Para manula duduk bercengkrama. Beberapa para jemaah khusuk berdoa. Sementara burung dara ceria berterbangan di langit langit. Seakan terlupa akan gempa yang baru saja memporak porandakan kehidupan. Terlihat sebuah harap dalam tenangnya doa.
Menemukan monastry diantara padatnya kawasan Thamel seolah menjadi ucapan selamat datang. seolah menjadi gambaran keindahan dan keramahan Nepal yang akan kami jelajahi beberapa hari ke depan.
Saya mengitari Stupa, menatap pesonanya sambil membidik beberapa spot cantik dalam lensa kamera. Najin seperti biasa menikmati bermain dengan kerumunan burung dara. Tapi masih tetap dalam jangkauan mata.
Riuh dan uniknya kawasan ini membuat kami lupa tujuan kami semula, menukarkan uang. Untung saja kebanyakan toko di Nepal menerima uang Rupees India. Kami membeli jus buah dan beberapa penglengkapan mandi. Sore itu kami habiskan menyusuri labirin Thamel hingga mentari menenggelamkan diri di ufuk barat.
4 $type={blogger}
Banyak barang² antik keliatannya ya. Warna² keemasan dan rose gold merajai. Pengen suatu saat bisa mengkoleksi barang² itu
ReplyDeleteBanyakkk buangettttt. suka llihat lihatnya tapi nggak beli karena nggak seberapa demen nyimpen barang antik
Deletesemoga bisa ke Nepal Yuk
Waktu di Thamel saya pun suka banget keliling memasuki gang-gang yang dipenuhi oleh berbagai toko souvenir. Membaca pengalaman Mbak Jadi kangen banget pengen balik lagi ke sini
ReplyDeleteSama mbak, amalah aku suka nyasar nyasar nggak jelas. klo ada penjual souvenir yang unik dna antik pasti aku berhenti meski nggak beli. kadang pingin tahu ini gunaya untuk apa, hehehe
Delete