Berada di daerah konflik membuat aturan di bandara super ketat, melewati pemeriksaan berlapis baik di luar maupun didalam bandara
Dari banyak bandara, so far bandara Srinagar adalah bandara yang teribet yang pernah saya lewati. Saya mendengar banyak tentang ketatnya bandara Srinagar sebelumnya. Untuk mengantisipasinya, kami berencana berangkat ke bandara lebih awal.
Malam hari sebelum kepulangan menuju Delhi, saya sudah packing semua baju. Pagi hari, kami masih sempat explore beberapa taman di Srinagar. Lanjut menghabiskan waktu dengan mendayung sampan di danau Dal. Kami menuju bandara empat jam sebelum jadwal keberangkatan. Alhamdulilah, lancar, meski di beberapa titik kami menemui kemacetan.
Seperti halnya dengan bandara lainnya, untuk memasuki bandara semua mobil di cek dengan metal detektor, memastikan tidak ada bahan bahan berbahaya yang kami bawa. Sampai disini kami masih “belum” menemukan keribetan itu. Biasa saja. Seperti bandara lainnya. Bedanya, nampak polisi dan tentara penjaga dengan jumlah yang lumayan banyak. Serasa memasuki camp tentara.
Aman melewati pengecekan metal detektor, di depan saya melihat deretan mobil mulai mengular. Dalam hati saya “Masak iya sih nurunin penumpang dan barang selama ini”. Lumayan lama menunggu mungkin sekitar 20 menit. Dalam masa tunggu, bapak sopir berucap
“ Mam, you have to came out, carry all your belonging then you enter car again”
“What!!! came out and enter car again?” tanya saya protes.
“Yes mam, this is security post and airport still far”.
Apa! bandara masih jauh?
Dengan langkah berat, kami keluar mobil. Membawa keluar semua ransel dan tas. Semua bawaaan harus melewati pemeriksaan X-ray. Dan setiap orang melewati pemeriksaan juga. Makanya antrinya lama banget. Setelah pemeriksaan kami memanggul semua ransel dan tas masuk kedalam mobil lagi. Dan benar kata pak sopir, gedung utama bandara masih jauh, masih sekitar 1 KM.
Setibanya di bandara keberangkatan, seperti halnya bandara lain, sebelum memasuki gedung bandara semua tas melewati X-Ray lagi. Bedanya jalur untuk melewati X-ray disesuikan dengan maskapai yang kami gunakan. Di sini kami berdiri menunggu. Beberapa petugas airline berjalan memberikan name tag untuk semua tas yang kami bawa. Baik tas yang memasuki bagasi maupun yang kami bawa ke dalam kabin.
Karena lamanya prosedur pemeriksaan ini, untuk penumpang dengan keberangkatan lebih awal petugas berteriak memanggil dengan suara lantang “Penerbangan dengan nomer ini menuju kota …, ikuti saya, please. Ya iyalah dengan pemeriksaan seketat ini, siapa saja bisa ketinggalan pesawat. Bayangin saja, untuk pemeriksaan ini saja sudah berjalan lebih dari satu jam, belum check in dan boarding.
Saya sematkan label ke semua tas. Baik yang masuk bagasi maupun dibawa ke kabin. Jangan sampai hilang. Label ini berisi tanggal penerbangan dan nama yang harus kita isi. Dalam pemeriksaan X-Ray, semua alat elektronik harus ditunjukkan kepada petugas. Dan saat itu saya membawa laptop, satu buah tab, satu handphone dan dua kamera (kamera pocket dan DLSR). Saya diminta menyalakan. Setelah melihat, petugas kemudian meminta saya mematikan alat elektronik. Jadi, semua alat elektronik harus on dan off di depan petugas. Lumayan, semakin banyak peralatan elektronik yang dibawa, semakin lama pula pengecekannya.
Lolos security chek, saya menuju counter chek in. Dan ini kesalahan total saya dimulai. Saya membawa dua ransel dan satu tas selempang. Ketika check in, hanya satu ransel besar yang saya masukkan ke bagasi. Dan satu ransel lagi berisi laptop dan beberapa “perkakas” saya bawa kedalam kabin beserta tas selempang.
Setelah chek in seperti halnya ketika kami memasuki wilayah di Kashmir, kami harus mengisi form surat meninggalkan Srinagar. Hal ini berlaku untuk warga negara asing saja. Isinya sama, kami tinggal dimana, ngapain aja dan bobok sama siapa.
Melewati prosedur keamanan di bandara Kashmir, stok sabar saya masih banyak. Tapi, tidak untuk pemeriksaan selanjutnya. Di sini saya emosi. Sampai rasanya pingin ngunyah pesawat.
Menuju tempat boarding, saya harus melewati pemeriksaan lagi. Jadi semua isi tas penumpang yang dibawa ke dalam kabin harus dikeluarkan. Apapun itu harus dikeluarin dan ditunjukkan di depan petugas. Tanpa terkecuali.
Antri lagi. Lama lagi. Di sini dibedakan antar jalur laki laki dan perempuan. Ini yang bikin saya ribet kalau pemeriksaaan berdasarkan jenis kelamin, bukan apa apa sih, otomastis saya harus terpisah dengan anak saya, Najin. Saya minta mereka, setelah melakukan cek padanya, agar mengantar dia kesini lagi. Masih kecil, ilang gimana. Sambil menunggu antrian, mata saya awas menatap pemeriksaan pada Najin.
Stok sabar saya mulai memudar, penumpang yang didominasi orang India ntah mengapa susah banget diajak untuk antri dengan baik. Main serobot dan asal tenggor saja. Dalam masa antri lama seperti ini, ntah sudah berapa kali ibu ibu India nyerobot dengan berbagai alasan, dengan penjelasan gedekan kepala yang sungguh males saya menanggapinya. Ada juga yang tanpa dosa, tiba tiba nikung. Ada yang eker ekeran dengan petugas. Mbohlah karepmu.
Dalam pemeriksaan ini, ada semacam tirai setinggi orang dewasa. Dengan berat hati saya keluarkan baju baju kumal dan bau itu. Termasuk bra dan Gstring victoria secret. Gerundel lagi dalam hati, terus tadi malam ngapain juga packing rapi banget, toh di sini disuruh bongkar. Duh! tahu gitu semua ransel saya masukkan kedalam bagasi, jadi nggak usah ngeluarin banyak “perkakas” kayak gini.
Parahnya…di sini saya harus menyalakan semua alat elektronik lagi. Alamak, bergantian laptop, tab, handphone dan kamera On kemudian Off. Setelah itu petugas memberi stempel di name tag tas kemudian memberi tanda tangan centreng yang berarti “aman”. Sebagai tanda saya bukan orang yang membahayakan.
Saya pikir segala drama sudah selesai. Terbayang diri ini duduk manis di ruang tunggu. Makan. Minum. Cari cari souvernir sekalian curi curi pandang ke cowok Kashmir yang cakepnnya nauzhubillah. Tapi semua angan dipudarkan dengan sebuah tanya
“Do you have check in baggage?”
“Yes, I have“
"Please, follow we have to do another checking”.
Ya Allah, apalagi!
Semua penumpang yang memiliki chek in bagasi harus keluar ruangan lagi. Iya, kamu nggak salah baca, KELUAR dari ruang bandara. Lebih tepatnya menuju ke pinggir apron. Nampak deretan ransel, koper, tas dan box disana. Juga barisan penumpang. Antri lagi, petugas kemudian meminta saya untuk menunjukkan yang mana ransel saya. Setelah menunjukkan ransel petugas kemudian memberi tanda “OK” dalam label tas. Dah gitu saja. Kemudian diminta memasuki ruang bandara lagi. Aku rapopo.
Nggak nyalahkan juga sih ya, mengapa mereka memperlakukan keamanan super ketat dan berlapis seperti ini. Kashmir daerah konflik. Sering ada pengeboman. Jadi ya …. harap maklum dan sabar.
Memasuki ruang tunggu, saya bersyukur lega. Nggak ada lagi drama cheking yang rumit dan panjang seperti halnya sinetron India. Tercium aroma makanan mengggoda lidah. Angan saya terpenuhi. Menikmati makan. Minum. Sebagai obat pereda emosi, mata saya menatap liar ke arah cowok cowok Khasmir yang cakepnya bikin hati adem kembali.
Tips Aman melewati bandara Srinagar Kashmir tanpa banyak drama :
- Usahakan masukkan semua barang ke bagasai, kecuali barang berharga dan alat elektronik saja
- Sediakan waktu yang lebih, paling tidak 4 jam untuk menuju bandara. Selain antisipasi macet dan seperti yang anda baca, harus melewati pemeriksaan yang ketat dan panjang.
- Jangan bawa banyak alat elektronik. Karena seluruh peralatan elektronik disuruh menyalakan kemudian mematikan lagi. Termasuk jika anda memiliki bulpen dengan baterei, senter atau apapun. Bawa seperlunya saja.
- Jangan mengambil foto area bandara. khusunya bagian luar luar dan security check. bisa bisa petugas datang dan interogasi.
- Santai saja dan nikmati ribet dan panjangnya pemeriksaan di bandara, kapan lagi bisa “menikmati” pemeriksaan seperti ini. Sekaligus bersyukur kita tinggal di negeri yang damai.