Taman taman peninggalan kekaisaran Mughal menjadi pelengkap perjalanan kami menjelajah Kashmir
Empat hari sudah kami menjelajah gunung dan lembah di Kashmir. Pagi itu hari terakhir kami berada di Kashmir. Siang menjelang sore penerbangan kami menuju Delhi.
Hari terakhir di kota Srinagar, Ibukota Jammu dan Kashmir, kami berencana mengunjungi beberapa taman di Srinagar. Letak taman disekitaran Danau Dal, tempat kami menginap selama tinggal di Srinagar. Baju sudah kami packing semalam. Jadi ketika balik dari mengunjungi taman, kami tak usah terburu buru mengemas pakaian. Santai.
Seperti hari hari sebelumnya, mungkin menjadi hal yang biasa dikota yang dipeluk pegunungan dari segala arah, pagi hari terasa begitu menusuk tulang. Membuat badan enggan beranjak dari hangatnya selimut tebal. Saya bangunan si kecil. Deg, badan Najin sedikit hangat.
Saya terdiam sesaat. Menenangkan pikiran sembari menata selimut menutup badan Najin. Saya usap usap pelan kepalanya yang hangat. Dia kecapaian. Tiga hari berturut turut kami jelajah Kashmir, Membelah danau Dal dengan shikara ditemani gerimis dan angin, keesokan harinya menatap mekarnya bunga Tulip berlanjut ditampar hawa dingin diatas cable car di Gulmarg, menikmati hamparan kemuning bunga canola diabawah langit cerah di Sonamarg dan kemarin kami asyik berkuda di Pahalgham.
Aroma chai hangat menanti untuk dinikmati diatas meja makan, kaki melangkah meninggalkan kamar, mata bergerak mencari pak Firdaus, penjaga houseboat. Berada di teras depan houseboat, saya sampaikan kepada beliau, kami tidak jadi mengunjungi taman di Srinagar hari ini karena Najin badannya hangat.
Beliau mendengarkan dengan seksama, kemudian menanyakan sarapan yang kami inginkan. Seperti biasa, omelet dengan cacahan bawang bombai dan roti khas kashmir yang tebal. Menunggu sarapan, pak Firdaus kembali bertanya, apakah badan Najin panas sekali atau tetap hangat? Saya sampaikan kepada beliau badannya sedikit hangat.
Beliau menganjurkan saya dan mbak Andri untuk terus lanjutkan rencana hari ini mengunjungi taman taman di Srinagar. Dan keluarganya yang akan menjaga Najin yang masih tertidur lelap.
Saya merasa tidak enak, bagaimana mungkin saya jalan jalan sementara anak saya sakit. Beliau meyakinkan. “Don’t worry my sister, InsyaAllah he ll be fine, he just tired and we will take care of him nicely” Keponakan dan anak beliau akan berada di housebout. Ya, mereka dan Najin saling kenal, sejak hari datang mereka bermain bersama. Kami memang mengenal baik. Saya tinggal di houseboat beliau sebelumnya.
Baiklah, hari ini saya akan mengunjungi taman taman di Srinagar yang letaknya saling berdekatan dan tak jauh dari houseboat. Cuaca sedikit mendung ketika perahu membelah danau menuju daratan. Sebuah mobil siap menunggu.
Tak butuh lama, kami sudah sampai di taman yang pertama, Nisbhat Garden. Taman Mughal terbesar di Srinagar dibangun sejak kekaisaran Mughal. Rata rata semua taman yang dibangun kekaisaran Mughal ini memiliki kesamaan. Bergaya Persia dengan kanal dan air mancur di tengah sebagai pusatnya. Kanal membelah taman menjadi 4 bagian. Masing masing taman mengayomi taman hijau dengan aneka warna bunga. Mirip dengan taman yang berada di depan Taj Mahal dan juga Humayun’s Tomb.
Daya tariknya adalah taman yang dirancang oleh Asif Khan pada tahum 1633 ini berada di kaki pegunungan Zabarwan. Memeluknya dari segala arah. Danau Dal di kaki rantai pegunungan Phir Panjal dengan sulur saljunya menjadi pemandangan yang bikin betah.
Seperti dengan namanya yang berarti taman kesenangan atau taman kebahagiaan. Setiap sudutnya menawarkan bunga, pohon, tempat duduk kayu ditemani suara gemercik air mancur. Disini beberapa orang menyewakan baju tradisional untuk berfoto.
Ingin sekali duduk santai sembari membaca buku. Tak memikirkan waktu yang telah berlalu. Tak mengkhawatirkan esok hari. Tak sibuk dengan aktifitas keseharian yang terasa membosankan. Piknik dengan membawa berbacai macam gorengan, buah dan tentu saja chai hangat. Tapi Sayang saya tak bisa berlama lama disini karena kami ingin mengunjungi taman selanjutnya. Dan juga, sebenarnya pikiran saya sedikit tak tenang. Memikirkan Najin.
Meninggalkan Nisha bagh, kami menuju Salimar bagh. Letaknya tak jauh. Masih disekitaran danau Dal. Memasuki taman kami melewati sebuah pintu yang tak terlalu lebar.
Seperti halnya Nisha bagh, Salimar garden atau Salimar bagh merupakan taman Mughal. Dibangun kaisar Jahangir pada tahun 1619. Taman seluas 12,4 hektar ini dibangun oleh beliau untuk istri tercinta, Nur jahan.
Seperti halnya taman taman Mughal lainnya, taman ini memiliki design Islami bergaya Persia. Sebuah kanal air panjang dipercantik dengan air mancur menjadi ciri khasnya. Kanal membelah taman menjadi dua bagian, kanan dan kiri.
Masing masing taman berumput hijau mengayomi aneka bunga dan deretan pohon chinar menjulang tinggi membentuk seperti garis pagar. Taman yang dijuluki mahkota Srinagar ini memiliki 3 teras. Tapi ada yang sedikit berbeda dan membuat saya heran. Tak seperti teras bangunan lain peninggalan Mughal dengan arsitektur persia, terasnya lebih mirip pendopo atau rumah joglo khas Jawa.
Dan benar saja, ketika saya membaca referensi di wikipedia, menurut sejarah kuno, taman ini awalnnya dibangun oleh seorang raja Hindu, Pravarsena II pada abad ke 2. Dan diberi nama Salimar. Dalam bahasa sansekerta berarti “abode of love” tempat tinggal cinta.
Kaisar Jahangir membangun kembali taman ini untuk membahagiakan sang ratu. Ketika musim panas menyapa Delhi mereka mengunjungi Kashmir, melewati pegunungan Phir Panjal dengan menggunakan gajah.
Nggak membayangkan betapa lama waktu yang dibutuhkan. Melewati perjalanan darat menggunakan kereta dan mobil membutuhkan paling tidak 24 jam untuk mencapai ke Kashmir. Apalagi dengan gajah. Tapi sejauh apapun perjalanan jika ditemani sang pujaan hati tentu akan terasa berbeda.
Seperti halnya hari ini, tanpa Najin, taman taman menawan dengan suguhan memanjakan mata ini terasa ada yang aneh. Sekedar melihat dan ingin mengakhiri. Seperti sebuah hubungan, tanpa cinta, setelah menikmati akan segera diakhiri. Meninggalkan taman ditemani gerimis membuat hati ingin menangis. Iya, kami akan segera meninggalkan Kashmir yang dijuluki surga dunia. Dan itu tak mudah.
Kami kembali ke houseboat. Saya gegas menuju kamar. Tersenyum menatap Najin sudah bangun dengan rambut super acak acak an dan sibuk bermain dengan tablet kesayangannya. Badannya masih hangat tapi dah mendingan.
Masih ada waktu bagi kami sebelum menuju airport. Mbak Andri menghabiskan waktu dengan mencoba mendayung perahu sendiri di atas danau Dal. Sementara saya berbincang dengan Pak Firdaus dan keluarga sekaligus berpamitan.
Beberapa undangan pernikahan dari keluarga besar beliau. Dan menggambarkan betapa meriah pernikahan dan semaraknya danau Dal saat itu. Beliau meminta saya untuk datang. Sayang, saya tak bisa menghadirinya. Tak hanya meninggalkan Srinagar. Tapi saya juga berpamitan meninggalkan India untuk kembali tinggal di Indonesia. Berat tapi kami harus menjalaninnya.