Nanga Parbat dijuluki killer mountain merupakan bagian dari monster angkuh Himalaya yang sering menggoda angan pendaki untuk menapakinya dan kemudian mati dalam pangkuannya
Putih membungkus bumi. Menjulang hutan pinus yang nampak bagaikan tumbuh diatas pot pot jumbo bertanah salju. Begitu tebalnya es hingga membentuk sebuah ‘dinding’ pembatas jalan.
Dingin menyergap. Udara segar dari balik jendela yang menemani perjalanan kami dari kota Srinagar berubah menjadi beku. Menghadirkan uap dingin dalam setiap hembusan nafas.
‘Two days back it was heavy snow fall here’ ucap pak sopir sambil menunjuk tumpukkan salju disisi jalan.
2 hari yang lalu? Itu berarti hari dimana kami masih `terdampar` di kota Jammu sebelum akhirnya sampai ke Kashmir. Dan di hari berikutnya, ketika akhirnya sampai di Srinagar hari hari dipenuhi dengan kabut dan rintik hujan.
Benarlah apa yang dikatakan oleh bapak pemilik hotel ketika saya bersama keluarga jalan jalan ke Manali, Himachal Pradesh. Waktu itu kami sengaja stay di Manali lebih lama untuk menanti snowfall. Bapak pemilik hotel bercerita, jika hari cerah seperti ini kemungkinan tidak ada snowfall. Pertanda akan hadirnya snowfall jika kota diselimuti kabut beberapa hari. Kabut menjadi tanda datangnya snowfall atau sudah mulai jatuh di daerah pegunungan atau dataran yang lebih tinggi.
Fresh snowfall, tak salah jika semua terlihat nampak putih. Bersih seperti kapas. Jalanan berair dan licin. Roda kendaraan berjalan lambat menanjaki jalanan membebat gunung yang menghantarkan kami menuju Gulmarg.
Gulmarg berada di distric Baramullah. Lembah yang berjarak 56 KM dari kota Srinagar merupakan salah satu daya tarik wisata yang populer di Kashmir untuk bermain ski. Sebuah lanskap perbukitan dalam pangkuan rantai pegunungan Pir Panjal yang merupakan bagian dari pegunungan Himalaya.
Gulmarg berasal dari kata Gaurimag. Panggilan ini oleh para penggembala setempat ditujukan untuk menghormati Dewi Parvati, dewi umat agama Hindu.
Pada abad ke 16, Gaurimag diubah nama menjadi Gulmarg oleh Sultan Yusuf shah dari dinasty Chak. Gulmarg sendiri berarti meadow of flower atau padang rumput bunga. Disebut dimikian karena ketika musim semi tiba, bunga bunga bermekaran dengan semarak membungkus lembah.
Dimasa kejayaan kekaisaran Mughal, Jahangir kaisar yang berkuasa kala ini mengambil 21 varietas bunga yang ada disini untuk ditanam di taman Mughal. Jahangir adalah ayah dari Shah Jahan, sang pendiri Taj Mahal.
Teringat ketika pertama kali datang ke Gulmarg bersama teman teman dipertengahan musim panas. Semua nampak hijau berseri dalam payung langit biru. Sungai mengalirkan air bening dari lelehan glacier diatas pegunungan. Sungai meliuk cantik membelah hutan pinus. Bunga bunga cantik aneka warna mekar dengan bahagia. Membuat kami sering berhenti di beberapa spot untuk berfoto manja. Akibat kebanyakan foto hingga lupa diri hingga kami tersesat di kamp tentara Kashmir.
Hari ini sangat berbeda, rasanya tak ingin keluar dari mobil sama sekali, dinginnya sungguh menusuki kulit. Kami hanya memndangi hamparan putih berpayung pohon pinus dari dalam mobil hingga roda kendaraan berhenti di tanah lapang di kawasan Gulmarg. Dan selanjutnya berjalan kaki menuju gondola station.
Saya dan Najin berjalan lebih dulu, sementara mbak Andri berjalan lambat karena tak kuat dengan suhu dingin. Tidak mudah memang, selain dingin jalanan juga super licin. Ditambah lagi becek disana sini.
Gulmarg sendiri adalah sebuah lembah berbentuk melengkung mirip sebuah cangkir di rantai pegunungan Phir Panjal. Berada diketinggian 2658 dari permukaan tanah. Pada zaman kolonialisme Inggris, Gulmagh menjadi tempat favourite melarikan diri dari rasa gerah kala musim panas menjamah India.
Dimusim panas, Gulmarg menjadi tanah lapang berbungkus rerumputan hijau. Tempat yang cocok untuk berburu dan bermain golf. Menjadikan Gulmarg sebagai landscape bermain golf tertinggi di dunia.
Sesampainya di gondola station, saya mengantri untuk memesan tiket untuk kami bertiga. Kami beli tiket on spot. Tiket gondola juga dijual online.
Tanpa pembelian online memang butuh mental extra. Gimana tidak, orang india yang sulit untuk diajak disiplin dan mengantri, membuat saya harus berdesak desak dengan mereka. Nggak laki laki atau perempuan sak enak udele nyerondol ke depan. Belum lagi kelakukan para calo yang seolah `menguasai`.
Sudah terlalu lama mengecap kehidupan di India, saya tak lagi jinak dan serba mengalah seperti dulu. Liar mata ini menatap kejam pada seorang lelaki yang dengan seenaknya nyrondol dengan pembelian tiket yang banyak. Protes saya dengan tatapan mata yang tambah kejam dan menyuruh dia minggir ke belakang. Rasanya pingin nelan tuh orang bulat bulat, apalagi saya melihat mbak Andri dan Najin kedinginan menunggu.
Gondola atau cable car alias kereta gantung ini merupakan fasilitas yang ada di kawasan wisata Gulmarg untuk menghantarkan wisatawan ke area ski di atas pegunungngan. Ada dua fase atau ketinggian yang ditawarkan yakni fase 1 dan fase 2.
Sebenarnya di akhir musim dingin, jika ingin menikmati hamparan salju tebal, nggak usah naik keatas, diarea bawah sudah menghampar luas sekali salju tebal. Lebih luas malahan. Masih putih bersih dan juga banyak permainan salju yang ditawarkan .
Hanya saja menatap keindahan dari ketinggian memberi sensasi yang berbeda. Pemandangan yang ditawarkan bikin berdetak kagum. Semakin ketas semakin membuat detuk jantung berdebar lebih kencang. Sekencang ketemu mantan :) halah!
Waktu pertama kali kesini saya hanya menjajal sampai fase 1. Yakni hingga Kangdoori station yang berada di ketinggian 3080 meter dari atas permukaan tanah. Lokasi ini bentuknya melengkung sepeti mangkok. Banyak aneka permainan ditawarkan dan juga restoran disini.
Kali kedua ini saya menjajal naik gondola hingga ke fase 2. Mendekati puncak Apharwat di ketinggian 3950 Meter. Puncaknya berada di ketinggian 4267 meter. Lumayan, kagak pakai ngos ngosan trekking, cukup duduk cantik dalam gondola.
Untuk menuju ke fase 2 saya harus merogoh kocek lebih dalam. Jika sampai fase 1 dikenakan biaya 600 rupees saja, maka untuk sampai ke puncak dikenakan biaya 1800 Rupees.
Tiket sudah berada di genggaman. Gondola berjalan lambat. Pohon pinus tinggi menjulang nampak sama tinggi di sebelah. Semakin lama semakin tinggi. Dan akhirnya pohon pinus yang menjulang berada di bawah kaki kami.
Menatap ke bawah rasanya semriwing trecep trecep. Lumayan tinggi. Dibawah terlihat rumah rumah tradisional Khasmir yang seperti kita lihat dalam film Highway.
Salju tebal membungkus rumah rumah tersebut. Sepertinya di musim dingin rumah tersebut tidak ditinggali. Sesekali nampak jejak kaki dan tak jauh nampak seseorang berjalan entah kemana. Mungkin menuju Khilanmargh, tempat wisata yang berdekatan dengan Gulmarg.
Gondola berhenti di fase 1. Kami yang membawa tiket hingga ke fase 2 diminta untuk tidak keluar station dan langsung menuju station berikutnya. Kami turun dan segera berganti dengan kabin gondola lainnya.
Dari bawah nampak lumayan banyak wisatawan, bermain skyboarding, motor hingga prosotan. Warung warung berjejer. Kursi kursi gantung untuk bermain ski nampak tak bertuan dan tak terpakai.
Semakin keatas rasa ngeri dan begidik langsung menyelimuti. Tinggi sekali. Tower tower penyangga gondola diatas sana nampak kecil. Tanpa tahu dimana puncaknya karena terlalu kecil dan berselimut kabut. Tiang tiang bagaikan semut yang merayapi gunungan gula pasir.
Ada setidaknya 18 tower yang harus kami lewati untuk menuju puncak. Gondola yang berada di Gulmarg ini merupakan salah satu gondola tertinggi di Asia. Menggapai hingga mendekati puncak Apharwat.
Kabut menyergap. Sunyi. Dingin. Tak ada lagi pepopohon pinus. Semua yang dibawah sana nampak bagaikan noktah noktah kecil diatas karpet putih.
Gondola berhenti sejenak. Tegang. Seolah kami bergelantungan diatas langit dan akan terjatuh. Why it`s stop Ammy? tanya Najin menambah suasana tegang menjadi tegang lagi. I don’t know yaar, we just stop for a while. Saya yakinkan dia semua baik baik saja. Dalam hati saya berkata, Ya Allah semoga kami tidak terjebak disini. Takut banget!.
Alhamdullilah, gondola mulai berjalan lagi. Daratan semakin jauh. Teras pegunungan nampak landai 45 derajat. Dan tiba tiba … gondola berhenti lagi. Kali ini lebih lama. Bergerak gerak. Berayun ayun. Wis mbuh!
`What happend Ammy?` kekhawatiran terpancar diwajah Najin. Saya yang tadinya tenang, jadi sedikit gundah gulana. Saya bilang sama dia semua baik baik saja, kabin berhenti karena distatiun atas sana ada pergantian cabin, ada orang masuk gondola untuk turun kembali. Ooohh ucap Najin dengan sedikit lega. Semakin keatas, kabut yang mengepung sedikit hilang. Terlihat dikejauhan rantai pegunungan Phir panjal yang membentang luas tak berujung. Terlihat putih dan daratan nampak seperti biru tua kehitaman.
Sampai diatas, langit terlihat cerah dalam payung langit biru. Awan putih bersih senada dengan salju yang membungkus bumi. Pemandangan mendebarkan terserak disana, menatap Nanga Pharbat dan Harmukh moutain yang berada jauh di negeri tetangga, Pakistan. Nanga Parbat merupakan 9 dari 10 gunung tertinggi di dunia.
Nanga Parbat dijuluki killer mountain merupakan bagian dari monster angkuh Himalaya yang sering menggoda angan pendaki untuk menapakinya dan kemudian mati dalam pangkuannya. Mungkin, saya adalah salah satu anak manusia yang tergoda untuk menjamahnya tapi tidak untuk menaklukannya.
Gulmarg berada di perbatasan antara India dengan Pakistan, bukan hal yang mengejutkan jika disini banyak dijumpai camp tentara. Bahkan diatas ketinggian ini, di puncak Apaharwat ada satu pos penjagaan.
Nggak bayangin betapa dinginnya harus berjaga disini siang dan malam. Rasa dingin yang tak hanya menampar kulit tapi juga menamparkan hati hingga menghantarkan diri hingga mati. Daerah bekas konflik ini terlalu riskan baik penyerangan atau longsoran salju. Terdapat garis merah disana yang tak boleh dilewati oleh wisatawan. Sementara tentara terus mengawasai keselamatan para wisatawan.
Dinginnya sungguh Naudzhubillah. Angin bertiup lirih tapi dinginnya lumayan membuat gendang telinga terasa budek. Dua bule dengan lincahnya bermain snow boarding. Astaga, nggak bayangin berseluncur dari ketinggiaan nan ‘nuncek’ 45 derajat seperti ini menuju kebawah. Salah langkah bisa bisa langsung nyungsep tak bernyawa.
Sebenarnya gondola dibangun untuk bermain ski. Tapi jarang yang bermain ski. Lebih banyak yang bermain salju dan makan sambil menikmati pemandangan sekitar yang ditawarkan.
Asik bermain dan berfoto, tiba tiba mbak Andri kepalanya terasa pusing. Begitu pula Najin, dia bilang badannya terasa pegal, pusing dan mual. Rasanya pingin muntah.
Duh, Gusti. Takut mereka berdua terserang AMS karena memang di ketinggian seperti ini oksigen menipis. Saya gegas ajak mereka berjalan menuju Gondola untuk turun kembali. Berharap semoga mereka baik baik saja. Untung saja, saya nggak perlu antri menuju ke bawah. Dalam cabin car mereka masih pusing tapi sedikit baikan.
Dan seperti semula, cabin car berhenti di tengah perjalanan. Bergelantungan di langit. Bergoyang goyang. Berayun ayun. Bikin tegang lagi. Tapi tak setegang diawal tadi karena kami tahu gondola akan berjalan kembali. Lagian didalam gondola kami tak lagi sendiri, ada dua cowok turis India dan bapak tua asli dari Kashmir.
Sesampainya di Fase 1, mereka merasa lebih baikan. Saya ajak najin untuk bermain main disini. Makan jagung kukus, gorengan dan juga mie di deretan restoran. Gorengan hangat menemani kami, enak luar biasa.
Kami bermain di sini hingga waktu mengakhirinya. Kawasan wisata Gulmarg ditutup di sore hari. Perjalanan kembali menuju Srinagar ditemani lembayung senja beristirahat di ufuk barat.