Istana
bergaya arsitektur khas Rajasthan ini berdiri gagah diatas perbukitan dan
mengayomi sederet istana megah didalamnya.
Seorang
anak kecil menyodorkan menu dihadapan kami. Bandannya kecil, ringkih, kulit sedikit
gelap, rambutnya tebal mengkilat mengenakan kemeja bermotif kotak kotak
dimasukkan kedalam celana panjangnya, suara sedikit serak menawarkan kami chai. “ha, beta” Jawab saya dengan
lirih.
Usianya
tak lebih dari 10 tahun, dalam matanya terbaca sederetan kisah kerasnya
kehidupan. “Pemandangan” yang sangat biasa melihat anak kecil bekerja di negeri
Gandhi ini. Hanya bisa melihat dan tak bisa berbuat banyak sering membuat dada
terasa sesak.
Pikir
saya, setelah menempuh perjalanan malam selama hampir 5 jam dari Delhi menuju Jaipur, sesampainya disana, saya akan menikmati aneka gorengan khas
Rajasthan. Memasuki restoran dan melihat pelayan kecil di hadapan saya, tetiba nafsu
makan lenyap. Entah mengapa, setiap saya mendatangi restoran dan melihat anak
anak bekerja sebagai pencuci piring, bersih bersih atau mengantar makanan, nafsu
makan langsung kisut.
Saya
jadi nggak tega. Akhirnya kami hanya memesan chai dan dua piring Samosa buat si kecil. Tak banyak yang
bisa kami lakukan, hanya bisa memberi tips lebih.
Sisi
kehidupan yang terekam disisi jalan ini tentunya sangat berbeda dengan apa yang
ada diseberang sana. Sebuah istana megah berdiri gagah diatas bukit yang
dikenal dengan Amer Fort atau Amber
Fort. Seolah menggambarkan kehidupan nyata di India, betapa si miskin
dan si kaya terlihat nyata. Jumlah bilyuner di India meningkat pesat, tapi
kemiskinan begitu pekat.
Untuk
menuju Amer Fort yang berada diatap perbukitan ada dua cara. Yakni berjalan menanjaki
tangga yang meliuk liuk atau menunggang gajah. Shah Jahan bertanya kepada si
kecil apa dia mau menunggang gajah. “Noooo,
I am Affraid. Elephan so big yaar” hehehe aslinya dia pingin naik (emaknya juga) tapi dia udah keder duluan menatap gajah India yang
memang super jumbo.
Sesaat
kami berdiri menumbukkan pandangan ke arah Amer
fort yang berdiri megah memeluk atap
perbukitan. Istana yang dibangun pada tahun 1550 berada diatas Cheel ka Teela yang berarti bukit Elang.
Cheel ka teela sendiri merupakan
bagian dari rantai perbukitan Aravalli yang membentang sejauh 692 KM di India
bagian Utara. Anugerah alam ini tak hanya menyajikan pemandangan cantik berupa
serakan bukit menghijau mendekap Cheel ka
teela dari segala sisi, sekaligus menjadi benteng pertahanan yang kokoh.
Tepat
di kaki bukit menghampar sebuah danau besar dihiasi sebuah taman ditengahnya. Danau
bernama Maota yang berada di kaki bukit istana ini merupakan danau buatan untuk
menampung air hujan. Difungsikan sebagai pasokan air seluruh istana. Taman
ditengahnya konon digunakan Maharaja untuk menanam Saffron.
Amer
Fort atau Amber fort yang berada di
Kota Jaipur, propinsi Rajasthan, India ini didirikan oleh Raja Shri Maan Sing
Ji Saheb atau akrab dikenal sebagai Maharaja Man Sing I. Beliau sendiri adalah
seorang Raja dari Amber.
Bersanding
dengan danau sebuah taman yang digunakan para pejalan kaki untuk memasuki
istana. Taman bernama Dil Aram Bagh yang
berarti menenangkan hati ini dihiasi dengan pavilliun yang saling berhadapan. Pavilliun
yang menua dihinggapi puluhan burung dara yang asyik bercengkrama. Sementara
didepannya sebuah kolam berhias deretan air mancur membelah taman.
Taman
yang asik buat leyeh leyeh menatap pesona istana ini menghantarkan kaki kami
menapaki liukkan tangga menuju istana yang berada diatap bukit. Tangganya
landai dan meliuk liuk. Dari bawah sini, tangga ini membentuk zig zag. Dengan
menapakai tangga kami bisa melihat secara jelas perbukitan disekitar yang
dimahkotai tembok benteng.
Keseruan
menyapa ketika mendekati pintu gerbang utama istana. Kawanan gajah melintas
dengan membawa rombongan wisatawan mancanegara. Si kecil langsung ngibrit minggir. Saya dan Shah jahan
malah menggodanya dengan memeganginya dan mendekat dia ke gajah. Maksud hati biar
dia nggak takut sama gajah. Eh, mukanya memerah, teriak teriak, marah sambil
ketawa pula.
Suraj Pol yang
berarti gerbang matahari menjadi pintu gerbang utama memasuki Istana. Tinggi
menjulang dipenuhi dengan dekorasi elemen bergaya Hindu. Terdapat beberapa
jendela berukir yang dipergunakan penjaga untuk mengawasi siapa saja yang
memasuki istana. Suraj pol menjadi
saksi ketika bala tentara memenangkan peperangan yang disambut dengan suka cita
dan kemeriahan disini.
Ingatan
ini diajak berkelana dimasa keemasan. Masa dimana para Maharaja Hindu
memerintah negeri berjuluk Hindustani ini. Mengenakan Turban dikepala, wajahnya
tegas dengan kumis panjang terpelintir diujungnya, pakaian kebesaran berwarna
keemasan dan bersepatu Aladdin. Maharaja menunggang gajah gajah diikuti oleh
para ksatria menunggang kuda.
Mengedar
pandang ke seluruh bagian dalam istana membuat dorongan diri terlempar ke masa lalu semakin dalam. Dimana
saya berdiri setelah melewati Suraj pol
adalah tempat para prajurit istana berkumpul. Senjata canon dipajang di
pelataran terbuka nan luas dikelilingi deretan tembok tebal. Diatas tembok
berderet dekorasi berbentuk kubah. Disinilah para kawanan gajah menurunkan
wisatawan. Sampai disini wisatawan tidak dikenakan biaya alias gratis.
Kami
tapaki tangga menuju ke bagian utama istana. Untuk memasuki bagian dalam Istana
wisatawan asing dipungut biaya 500
Rupees atau Rp. 100.000. Disini juga
tersedia tiket terusan dengan harga 1000 Rupees untuk menuju memasuki Jantar
mantar dan City palace.
Sebuah
lekuk gerbang berhiaskan lukisan warna warni khas Rajasthan menyambut kami. Pertama
kami diajak menengok sisi religius para Maharaja dengan mengunjungi sebuah kuil
tua yang berfungsi sebagai tempat beribadah atau pemujaan.
Area
kuil berdampingan dengan sebuah bangunan mirip pendopo yang disanggah dengan
puluhan pilar berukir. Bangunan bernama Diwan-I-am
ini berfungsi sebagai tempat
bermusyawarah antara raja dan masyarakat. Tempat ini juga digunakan sebagai
tempat perayaan festival termasuk ulang tahun sang Maharaja.
Bersinggungan
dengan Diwan-I-am terdapat ruang
memanjang yang digunakan sebagai kantor administrasi kerajaan.
Selanjutnya
mata ini tersihir oleh dekorasi cantik Ganesha
Pol. Pintu gerbang berlantai dua ini
sering dijadikan ikon utama Amer Fort. Tak hanya karena designnya yang artistik,
juga keseluruhan muka gerbang berlukis bebatuan warna warni dengan eleman khas
Rajasthan. Yakni berupa gambar bunga, daun dan juga dekorasi mozaik dengan
detail detail yang sangat rumit.
Ganesh Pol
mengajak kami melewati ruangan panjang,
nampak seperti sebuah lorong beratapkan langit langit penuh dengan lukisan. Setelah
itu mata ini disegarkan pada bagian istana yang terbuka dengan taman cantik
ditengahnya. Keseluruhan
bagian istana ini berfungsi sebagai tempat tinggal Maharaja dan bercengkrama dengan
permaisuri.
Taman
Mughal ini dibuat dengan bentuk bintang ditengahnya dan dikelilingi taman
berbentuk persegi. Hal ini melambangkan keharmonisan antar umat beragama. Lambang
bintang sebagai simbol umat muslim sedangan bentuk persegi sebagai simbol umat
agama Hindu.
Taman
ini membelah Shees mahal dan Sukh Niwas yang saling berhadapan. Sukh
Niwas sendiri
diciptakan sebagai pendingin ruangan didalam istana. Ruangan ini dipenuhi
dengan pipa pipa air dan lengkung lengkung jendela. Aliran udara melalui
jendela berhembus melewati pipa air, meciptakan efek segar dan dingin yang
menebar ke seluruh istana. Kalau zaman sekarang, fungsinya seperti AC.
Suara
kerumunan wisatawan yang saling berbincang menggema di Shees Mahal. Shees Mahal yang berarti istana kaca ini menjadi pusat
perhatian utama wisatawan termasuk kami. Berkerumun, sekedar berfoto atau
menyaksikan keseluruhan Istana kaca yang dihiasi oleh mosaik bermotif, kaca
berwarna dan cermin mulai dari lantai ke langit-langit hingga tembok. Hal yang
paling menakjubkan untuk mengamati efek
cermin ini adalah ketika satu lilin dinyalakan refleksinya akan menyebar
keseluruh ruangan. Menciptakan sebuah gemerlap
keindahan
istana memukau.
Tiba tiba si kecil berbisik
ditelinga “Ammy, aku mau pipis”. Duh,
dimana toiletnya? Gerak mata saya berpindah ke kanan dan ke kiri. Shah Jahan
menghampiri petugas keamanan untuk menanyakan letak toilet. Beliau bilang,
letaknya agak jauh.
Shah Jahan bergegas mengajak si
kecil menuju toilet dan meminta saya untuk terus menjelajah istana sendirian. Baiklah,
siapa takut. Saya menuju bagian atas istana yang letaknya tepat didepan.
Terlihat danau Maota, kota Jaipur dan menatap serak perbukitan yang berada di
depan dan samping yang bermahkota tembok pertahanan.
Saya berbalik menuju bagian belakang
atas istana. Lengkung pintu dan ruangan membentuk bagaikan sebuah labirin tua
yang cukup menyesatkan. Ditambah lagi dengan undakan anak tangga yang menikung
tajam menuju ruangan lainnya.
Seorang penjaga mendekati saya.
Berperawakan tinggi, berkumis tipis, rambut klemis berbungkus topi dan kulitnya
sedikit cerah. Berpakaian seragam dengan tentengan senjata laras panjang. “Madam, please follow me” ucap penjaga. “Duh,
mau dibawa kemana dakuw? apa salah ku” huaaaa Jantung berdetak kencang. Apalagi
suasana sepi sekali. “Shah Jahan dimana?” umpat saya dalam hati.
Bapak petugas membawa saya melewati
ruangan. Menapaki tangga. Berbelok. Melewati lorong. Menapaki tangga lagi. Lorong.
Ruangan. Dengan sorot matanya yang tajam, beliau memastikan saya dalam
jangkauan matanya. Bahkan ketika melewati tangga dengan kemiringan tajam,
beliau seolah memastikan saya melewatinya dengan aman. Semakin lama detak
jantung saya semakin cepat. Entah karena takut atau saya mulai … jatuh hati
*dikeplaktembak
Berhenti sejenak, beliau menunjukkan
saya sebuah ruangan yang sepi. Tanpa kata. Saya menatap ke sekeliling dengan
langkah perlahan. Matanya mengarah padaku dan kemudian…berlanjut berjalan lagi.
Entah kenapa, saya mempercayainya dan terus mengikutinya. Jadu hai
tera hai jadu….
Dan sampailah saya pada undakan yang
sempit dan melikuk tajam. Kemudian disambut dengan sinar mentari dan deretan “tembok
china”. Sepi, yang ada hanya saya dan 3 turis dari Tiongkok. Dari sorot matanya
seolah berkata kalau bapak petugas meminta saya untuk menikmati pemandangan
bagian belakang atap istana. Dan beliau berdiri berjaga jaga disana. Sesekali
menatap saya yang asyik menikmati pemandangan disekitar. Saya bingung dengan
beliau, apa beliau minta uang sebagai guide?
Minta hati? (disitu saya merasa sangat GR) Atau? Ahhh sudahlah. Salah tingkah
jadinya.
Perbukitan panjang beratapkan tembok
benteng. Sekilas nampak seperti tembok benteng China. Sebuah istana berdiri
diujung bukit lainnya. Angin segar
menerpa. Ingin rasanya duduk berlama lama disini.
Ketika saya mulai berbincang dengan ketiga
turis dari China, seketika bapak penjaga tersenyum dan meninggalkan saya. Saya
salah sangka. Ternyata bapak petugas yang usianya terbilang muda itu ternyata
Arjuna. Ketika melihat saya jelajah istana sendirian, beliau ingin menunjukkan
dan memastikan saya aman aman saja. Ya Allah, baik banget. Disitu saya merasa
berdosa.
Didalam
bagian istana ini terdapat pintu rahasia yang terhubungan dengan jalan setapak
menuju Jaigarh Fort yang berada di
bukit lainnya. Jalanan setapak ini difungsikan untuk melarikan diri bagi
keluarga istana jika terjadi serangan oleh musuh. Persis yang seperti di film
film, hehehe.
Sendirian, saya langkahkan kaki
bersama turis dari Tiongkok menuju bagian istana lainnya yang dikenal dengan Zenana. Deretan
kamar serta dengan lengkung lengkung jendela melingkari keseluruhan Zenana.
Disinilah Ibu Ratu, permaisuri serta keluarga istana perempuan tinggal.
Termasuk para selir raja serta wanita pelayan istana. Dan di Istana inilah saya
berjumpa kembali dengan Shah Jahan dan Si kecil.
Pembangunan
Amer fort memakan waktu hingga 64
tahun lamanya hingga nampak megah seperti saat ini. Selain Taj Mahal, Amer fort yang masuk dalam warisan dunia
UNESCO ini juga menjadi tempat favourit wisatawan mancanegara. Sekitar 5000
wisatawan berkunjung ke Amer Fort setiap harinya.
Kami
kembali menuju deretan restoran yang
berada disebarang jalan istana. Anak kecil pelayan restoran yang saya jumpai
tadi pagi sibuk dengan para pembeli. Dia tak sendirian, masih ada anak anak
lainnya yang “berprofesi” sama.
Sejatinya
perjalanan tak hanya mengundang detak kekaguman juga menggugah jiwa kemanusiaan
dalam diri jika kita peka dengan penglihatan.
Video Perjalanan tentang Amert Fort ini tayang di Trans 7 |