Ponsel tak sekedar mengabadikan momen kebersamaan bersama keluarga dan sahabat, lebih dari itu ponsel bisa menjadi rekan kerja yang handal
Bermula
dari sebuah pencarian ide bisnis di Bidang IT oleh sebuah brand handphone
ternama. Pemenang akan mendapatkan modal
usaha senilai ratusan juta Rupiah. Tak hanya modal usaha, pemenang kompetisi bakalan
didampingi seorang ahli wirausaha untuk menjalankan usahanya selama setahun
kedepan. Tantangan yang begitu menggairahkan.
Pengumuman
lomba menglingkari hati selama berhari hari. Seolah menjadi mesin penjawab
kegundahan saya selama ini. Saat itu, saya bekerja disalah satu perusahaan dibidang
IT di Surabaya. Berada di posisi Manager, secara materi bisa dikatakan
bekecukupan untuk hidup mandiri. Tapi kecukupan materi yang ditawarkan tak
sebanding dengan kurangnya perhatian untuk si kecil.
Sangat
tak mudah memang menjadi seorang Ibu sekaligus wanita karir. Sepandai pandainya
kita membagi waktu antara keluarga dan karir tapi keluarga tetep memiliki jatah
“sisa”. Mulai pagi hingga sore, 8 jam sehari, saya lebih banyak menghabiskan
waktu di kantor. Dan saya hanya memiliki waktu 2 hingga 3 jam sehari bersama si
kecil. Tak jarang pula karena menumpuknya pekerjaan dan meeting, saya harus lembur hingga tengah malam. Dan parahnya, saya sering
masuk kantor ketika weekend.
Inginnya,
meski saya sibuk di kantor, saya masih bisa berhubungan dengan si kecil. Tak
sekedar berbincang melalui handphone
dan menanyakan tentang keadaan dan aktifitas. Tapi juga melihat segala
aktifitas melalui video live streaming di handphone. Pada saat itu, handphone
masih belum secanggih sekarang ini.
Dari
pengalaman dan keinginan yang selalu dilangitkan dalam barisan doa, saya
terpikir untuk memiliki ide bisnis berbasis teknologi. Idenya, memiliki day care berbasis Teknologi. Jadi, day care ini tak hanya menjaga anak anak
selama kita bekerja, juga menyediakan teknologi live streaming berupa video yang berada disetiap sudut tempat. Dan
bisa diakses melalui sentuhan tangan di ponsel.
Jadi,
meski dikantor saya masih bisa memantau kegiatan si kecil selama di Daycare melalui video streaming yang
tersedia. Tak hanya menyajikan video juga akses tumbuh kembang si kecil. Bahkan
kami bisa makan siang bersama meski berbeda tempat. Saya bisa meyaksikan dia
tidur siang. Atau ketika sedang bermain main bersama temannya. Jadinya, seorang
ibu tidak akan ketinggalan informasi tumbuh kembang si kecil meski sibuk
bekerja. Dan inginnya semua bisa diakses melalui ponsel. Memang sih, pelukan
dan perhatian kita secara langsung tidak bisa tergantikan, paling tidak ada ada
fasilitas teknologi yang membantu mendekatkan antara ibu dan anak.
Semua
keinginan itu kemudian saya tuangkan dalam Ide bisnis tersebut dan saya ikutkan
dalam kompetisi tersebut. Waktu berlalu, saya pikir kalah mengingat saingannya
begitu banyak dan berat. Tak disangka, ide bisnis berbasis teknologi yang masih
murni dan asli hasil pemikiran anak Indonesia ini terpilih menjadi 20 finalis
dari ribuan peserta di seluruh Indonesia. Dan selanjutnya menjadi 7 finalis
untuk terbang ke Jakarta dan berkompetisi menyampaikan ide dihadapan dewan Juri
yang terdiri atas pakar usaha dan juga Wirausaha sukses. Salah satu dewan
jurinya waktu itu adalah seorang pakar di bidang fotografi, Jery Aurum.
Bersama Finalis dan Jerry Aurum |
Bersama mas Doni, peliki frozen Youghurt |
Bersama ibu Maria Elka pangestu |
Di
Jakarta saya tak hanya berkompetisi memenangkan lomba. Semua finalis diajarkan
cara memulai bisnis, budgeting hingga
marketing. Saya Juga berkesempatan bertemu sederet orang penting di Indonesia salah
satunya adalah Menteri perdagangan dan perindustrian, yang pada waktu itu
dijabat oleh Ibu Maria Elka Pangestu.
Yang
paling menarik adalah saya bisa bertemu para pebisnis muda yang juga
berkompetisi memenangkan Youth Enterpreneurship
Indonesia yang disponsosri oleh British council. Kami juga bertemu dengan
sederet pebisnis muda sukses di berbagai bidang. Salah satunya pemilik restoran
Holycow di Jakarta. Satu hal yang menarik dari kesuksesan Holicow adalah
penggunakan teknologi social media yakni Twitter sebagai media branding
perusahaan mereka. Dari sini saya mendaptkan semacam pencerahan, bahwa ponsel
tak hanya bisa menunjang usaha bisnis dari segi komunikasi saja, tapi lebih
dari itu bisa digunakan sebagai branding.
Meski
saya tidak memenangkan kompetisi tersebut, sepulangnya dari acara tersebut saya
langsung mengajukan resign di
perusahaan saya bekerja. Beberapa tawaran bagus diajukan oleh General manager
agar saya tetap bekerja di perusahaan. Niat untuk berwirausahara menancap begitu
kuat. Tawaran itu saya tolak dan sebulan setelah itu saya sudah tidak bekerja
di kantor lagi.
Untung
saja, beberapa bulan sebelum resign
saya bekerja secara freelance dengan
seorang teman yang memiliki usaha alat kesehatan. Saya diminta membantunya
untuk berkomunikasi dengan pihak diluar negeri untuk mengimpor barang di
Indonesia.
Bermodalkan
ponsel pintar hadiah dari kompetisi tersebut, hampir keseluruhan pekerjaan saya
jalankan melalui gengaman tangan. Saya tak harus menyalakan laptop untuk melihat
email yang masuk dan me-reply-nya.
Ditambah lagi dengan kemudahaan SMS banking dalam bertransaksi. Kebahagiaan lain
yang paling penting adalah kebersamaan saya bersama si Kecil dirumah. Melihat
tumbuh kembangnya merupakan hal yang tak ternilai dengan apapun juga.
Disela
sela kesibukan saya sebagai ibu rumah tangga dan mengurus usaha bersama teman, saya
berfikir untuk menggunakan uang puluhan juta yang saya dapatkan dari kompetisi
tersebut untuk membuka usaha baru. Ya, dalam kompetisi tersebut, meski tidak
menang sebagai finalis saya mendapatkan smartphone
dan juga uang puluhan juta rupiah. Alhamdullilah, saya kemudian menyusun
beberapa konsep bisnis baru yang tak jauh jauh dari background pendidikan sekaligus hal yang saya sukai yakni di bidang Informasi teknologi. Terkhusus
perkembangan teknologi menggunakan fasilitas Internet dan Ponsel.
Pada
waktu itu saya percaya bahwa dimasa yang akan datang, hampir keseluruhan
pekerjaan akan terhubung dengan Internet melalui smartphone. Tanpa adanya
penggunaan kedua teknologi tersebut perusahaan akan tersisihkan dengan
pesaingnya. Tujuh tahun berlalu. Saat ini saya melihat secara nyata bahwanya
apa yang saya pikirkan pada waktu itu benar adanya. Disini saya merasa cerdas *plakkk
Sebelum
merealisasikan Ide, suami meminta saya untuk tinggal kembali di India. Ide
sudah tertancap jelas dan semangat sudah membumbung tinggi. Dah, tiba tiba ……
ahhh, sudahlah. Sungguh, super galau.
Terbanglah
saya ke Negeri Mahabharata. Negeri yang sebenarnya sudah tidak asing lagi
karena saya pernah mencecap kehidupan disini sebelumnya. Di India saya sepenuhnya
ibu rumah tangga. Terbiasa dengan segala aktiftas dan hidup dalam kemandirian membuat
kehidupan saya di India tidak menyenangkan. Tapi kodrat sebagai seorang istri
harus dijalani dengan ikhlas dan sabar (mendadak jadi emak solehah).
Kerinduan
dengan keluarga di Indonesia terbantu dengan adanya ponsel. Kami bisa
berbincang sesering mungkin dengan menggunakan teknologi chat plus video
berbasis internet. Tak hanya itu saja. Teknologi kamera yang tersemat
didalamnya membantu saya senantiasa bertukar foto dengan keluarga di Indonesia.
Dan
ketika jalan jalan liburan bersama keluarga di India, saya abadikan momen
kebersamaan kami. Beberapa detail keunikan dan keindahan bangunan saya abadikan
dalam bingkai kamera ponsel. Lumayan, ponsel yang sama sebagai hadiah dari
kompetisi memiliki kamera yang cukup bagus.
Waktu
berlalu, selain menjaga si kecil, waktu luang ini saya manfaatkan dengan
membaca. Tentu saja, karena saya suka mbolang, bacaannya tak jauh jauh dari
dunia travelling. Salah satunya
dengan membaca beberapa tempat yang barusan atau akan saya kunjungi bersama
keluarga.
Dari
banyak referensi ternyata negara India yang didominasi umat agama Hindu justru
memiliki banyak tempat peninggalan peradaban Islam. Ketertarikan ini berujung
dengan keinginan untuk menulisnya dalam sebuah blog. Dan pada akhirnya saya
mengirimnya ke sebuah Koran Nasional di tanah Air. Dan saya tidak menyangka
tulisan pertama tentang peradaban Islam di India bakalan tayang.
Beberapa foto yang tayang diambil dari kamera Ponsel |
Hal
yang membuat hati berbunga adalah foto yang tayang di Koran itu adalah hasil
jepretan dari ponsel yang sama. Benar benar tidak menyangka, hasil jepretan
ponsel bisa terbingai cantik di Koran. Sejak saat itu derajat kepedean saya
dalam hal menulis perjalanan dan fotografi meningkat. Apalagi dengan berodalkan
kamera ponsel saya bisa berkreasi.
Kini,
keseharian saya disibukkan dengan menulis baik di blog maupun untuk media cetak
di Indonesia. Berkat Ponsel, saya terhubung dengan teman teman baru yang
bekerja dalam bidang yang sama yakni travel
writer. Baik yang tinggal di
Indonesia maupun di luar negeri. Kami saling bertukar pengalaman, tips menulis hingga
berbagi alias curhat. Tak jarang pula, saya sering mendapatkan tawaran
pekerjaan seperti review maupun mengisis konten di blog, semua karena hubungan
baik yang kami jaga melalui forum chat di ponsel.
Tak
hanya menulis di hadapan laptop, ponsel juga menjadi tempat menuangkan ide
maupun cerita yang tiba tiba datang tanpa diundang. Kalau gini, saya nggak mau
lama lama nyalakan laptop. Ponsel saya sambar dan segera menuliskannya sebelum
semua terlepas dari ingatan menadi sebuah goresan kalimat.
Tak
jarang pula, ide yang tadinya hanya sekelumit justru membuahkan beberapa
kalimat berlanjut menjadi beberapa paragraf yang panjang ketika menuliskannya
di ponsel. Entah mengapa, ketika menulis di ponsel daya tarik bercerita lebih
luwes. Mungkin saya merasa sedang bercerita dengan seseorang. Jadi cerita yang
saya tulisa jadi lebih menarik. Kelemahan saya menulis di ponsel adalah satu, sering
typo. Parah banget typoonya karena si jempol mengikuti ukuran badan. (emboh, kapan diet e).
Berkecimpung
di dunia travel writer sekaligus
blogger, mau tak mau saya harus berteman baik dengan social media. Ponsel seolah menjadi bagian yang tak dapat
terpisahkan dari seorang blogger.
Manfaatnya segunung. Saya bisa langsung update
alias pamer foto kepada penggemar melalui media social instagram. Share postingan terbaru di fanspage. Dan
bisa cuap cuap dengan penggemar di twitter. Tak jarang pula, saya bisa
berinteraksi secepatnya dengan menjawab semua pertanyaan yang masuk di blog
melalui ponsel. Kini, writerpreneur telah menjadi profesi yang sangat saya
sukai. Pada akhirnya saya bisa menbuktikn bahwa hobi bisa menjadi sebuah
Profesi. Tak mudah memang, tapi semua harus dibarengi dengan kerja keras
tinggi.
Apalagi
sekarang zamannya vlog, ponsel sangat bermanfaat banget merekan video dengan
cepat biar tetap up to date di media
social untuk para penggemar. Jalan jalan tinggal shoot, edit langsung
deh bisa share ke seluruh pembaca. Apalagi saat ini saya juga menikmati profesi
baru sebagai citizen jurnalis sebuah
TV swasta di Indonesia. Tak hanya meliput tempat wisata juga kejadian yang
bersifat mendadak atau momen tertentu.
Banyak
sekali liputan yang terabaikan karena saya nggak bawa kamera. Terpikir untuk
membeli ponsel baru dengan kualitas foto dan video yang bagus. Apalagi saat ini
baterei handpone yang saya miliki menggembung alias nggak bisa dipakai. Tanpa
Ponsel, rasa ketinggalalan terasa. Mulai kehilangan job, nggak bisa update dan masih banyak lainnya.
Beberapa
minggu ini setelah baterei menggembung dan “pingsan” karena saya tidak
mendapatkan baterei pengganti disini, saya mencari handphone berkualitas yang
cocok buat profesi saya sebagai seorang travel
writer dan blogger. Handphone
dengan kualitas kamera16 Megapixel jadi fotonya nggak pecah ketik di muat majalah. Bisa selfie
kece juga. Kualitas video HD yang mumpuni biar bisa masuk Tivi. Bisa buat ngetik juga dengan model
yang sleek dan enak dipegang. Dan yang penting nih, harganya bersahabat.
Setelah baca referensi sono sini dan melihat review di Youtube, hati saya
terjatuh dengan si rupawan Zenfone 2 Laser ZE550KL. Semoga kelak handphone ini
menemani saya bekerja, mengambil foto di majalah juga video untuk citizen journalis. Mbolang semakin menyenangkan.
Dari
pengalaman ini, saya mengajak pembaca dan penggemar untuk menggunakan kamera ponsel kearah yang lebih posisif. Nggak sekedar selfie atau chit chat doang sampe melupakan orang sekitar. Tak
sekedar mengabadikan moment kebersamaan bersama keluarga dan sahabat saja. Lebih
dari itu, bisa untuk mengetik, menuangkan ide, SMS banking, bahkan bisa juga
menjadi sarana untuk marketing produk ketika kita memutuskan berwirausaha. Ponsel
bisa menjadi rekan kerja yang baik. Bahkan menjadi sumber pundi pundi agar asap
dapur terus membumbung tinggi. Yuk! Gunakan kamera ponsel kita yang cerdas sebagai tempat
berkreativitas dan beraktifitas dengan lebih baik lagi.