Permata
sejarah yang berusia lebih dari 1000 tahun berada ditengah belantara menyimpan
banyak cerita tentang Ibukota India
Hidupnya
berantakan. Depresi menjadi temennya sehari hari. Lelah. Wanitu itu kemudian
memutuskan meninggalkan pekerjaan, apartemen, teman, semuanya yang berada di
Canada dan memulai perjalanan. India menjadi destinasi pertamanya. Tak disangka
negeri yang jauh dari kata nyaman dan begitu amburadul ini justru memberi warna
dalam kehidupannya.
Dia
mengerti arti tersenyum bahagia dan makna dalam kehidupannya. Sejak saat itu
dia menetap di India. Tinggal di Delhi lebih tepatnya. Dan memulai menulis
seluruh cerita perjalanannya di India melalui sebuah blog. Dalam header blognya terpampang sebuah bangunan
tua, begitu renta tapi tersirat sejarah. Kepakan sayap burung dara yang terbang
dari sela sela jendela membuat foto nampak hidup.
Dimana
letak bangunan tersebut? rasa penasaran menggelayuti pikiran. Terlintas dalam
pikiran bahwa saya pernah melihatnya. Atau mungkin hanya kemiripan semata? karena
hamparan bangunan tua di India begitu banyak hingga setiap detailnya kadang
terlewatkan oleh memori otak. Sambil terus membaca kisahnya di BBC (saya lupa
namanya), saya mencoba menggali ingatan.
Waktu
berlalu, saya melupakan kisahnya. Suatu ketika seseorang pemuda menyapa saya di
twitter. Setelah beberapa kali saling sapa tentang tempat wisata sekitar Delhi,
kemudian dia menunjukkan saya sebuh foto. “Mbak zulfa sudah pernah kesini ? hidden gems”. Menatap dalam foto
tersebut, memori seolah mengajak berlari. Kejadian yang sama terulang kembali,
perasaan mengatakan saya pernah kesana. Disisi lain, tidak.
Tetiba
saya ingat, Lho ini lokasi foto yang ….. (mikir) header blog itu.
“Belum, dimana nih ? “ Rasanya pingin lunjak lunjak, akhirnya saya dapat
informasi tempat tersebut.
“Ini
di Mehrauli Archaeological Park, dekat Qutub Minar”
“Dekat
Qutub Minar? Padahal aku sering kesana” (Duh, kemana aja diriku selama ini
*plak)
Akhirnya
bermodalkan Google maps saya mencari
letak Mehrauli Arkeological Park. Bener, letaknya bersebelahan dengan Qutub
Minar. Saya kemudian berselancar di Internet. Membaca tentang sederet bangunan
bersejarah di komplek ini. Semakin menbaca semakin terhanyut dalam perjalanan
sejarah panjang kota yang menjadi Ibukota India ini.
Tak
perlu waktu lama, hari minggu kami meluncur ke jalan Mehrauli. Mendekati Qutub
Minar saya terus menatap Google Map, sementara Shah Jahan sibuk nyetir. Najin
leyeh leyeh dibelakang sambil mainan game.
Menurut
Google Map saya sudah berada di lokasi. Tapi nggak ketemu yang namanya pintu
masuk atau terlihat bangunan renta. Yang ada hanyalah rimbun pepohonan dan
semak belukar. Kami memutar kembali barangkali terlewatkan oleh kami.
Terlihat
beberapa jalanan setapak tanpa aspal, hanya sebuah tulisan papan sederhana yang
bertuliskan Delhi Development Authority. Nggak nemu tulisan Mehrauli Archaeological Park. Lelah. Akhirnya kami menuju ke Qutub Minar, jalan terus.
Muter jalanan yang sempit dan rumah rumah penduduk. Masih nggak nemu juga. Sebenarnya
kami pernah kesini sebelumnya. Waktu itu kami berkunjung ke salah satu Dargah
(makan Wali Allah) di area ini.
Daripada
bingung, berhentilah kami disebuah toko untuk bertanya. Tetiba seorang kakek
renta berseragam ala security keluar
dari toko tersebut dengan membawa sebotol minuman. Shah Jahan kemudian bertanya
kepada beliau. Dan ternyata beliau adalah penjaga Meharuli Arkeological Park.
Wah, kebetulan sekali, akhirnya kami
mempersilahkan si kakek memasuki mobil.
Jalanan
semakin sempit hanya bisa dilewati satu mobil saja. Diujung kampung kami
menikung kearah jalanan setapak berupa tanah berwarna kecoklatan dan penuh
belukar. Ranting ranting kering berserakan. Tumbuhan dan pepohonan liar memeluk
jalanan.
Terdengar
suara bulldozer diiringi kepulan debu melambai di udara. Sebuah bangunan tua
berbentuk pavilion dengan kubah menghitam diatasnya. Bangunan yang merupakan
ciri khas peninggalan peradaban Islam di India ini tak asing bagi saya.
Bapak
security meminta kami berhenti di
depan Bulldozer karena mobil kami tidak bisa lewat. Beliau kemudian turun dan
meminta bulldozer minggir sejenak untuk member kami jalan. Beliau kemudian meminta
kami parkir mobil dibawah pohon rindang dan meminta kami berjalan kaki menuju
lokasi yang tak jauh letaknya.
Beliau
juga menjelaskan bahwasanya kawasan ini sedang renovasi dan dijadikan proyek kawasan
wisata sejarah. Syukurlah, biar nggak kayak kuburan tak bertuan batin saya
dalam hati. Jujur saya kecewa. Kawasan ini terlihat tak terawat, sampah
terserak disana sini (India banget). Dan tak nampak satupun wisatawan.
Tak
jauh kami melangkahkan kaki terlihat sebuah bangunan tua bertingkat yang berada
lebih rendah dari permukaan tanah. Puluhan anak tangga menjorok tajam kedalam
tanah menuju sebuah kolam ditengahnya. Kolam air berwarna kehijauan. Bangunan
bertingkat ini dipenuhi dengan deretan lengkung jendela. Rajon ki Baoli nama tempat
ini. Yang menjadi header di blog wanita Canada yang saya ceritakan diawal
postingan ini.
Komplek Rajon Ki Baoli |
Mehrauli Archaeological Park sendiri adalah sebuah kawasan arkeologi yang menghampar
selebar 200 hektar di Kawasan Mehrauli, New Delhi. Letaknya berdekatan dengan
situs Qutub Minar yang masuk dalam Warisan Dunia UNESCO. Dalam kawasan ini terdapat setidaknya 100 monumen
sejarah tua yang menyimpan sejarah panjang peradaban yang pernah ada di kota
Delhi. Dan Rajon ki Baoli adalah salah satunya.
Menapaki
Rajon ki Baoli menuju ke kolam rasanya ngeri ngeri sedap. Gimana tidak,
tangganya memiliki kemiringan tajam tanpa pengaman. Bismillah. Selangkah kaki
ini meniti tangga menuju kebawah, andrenalin justru samakin bertambah. Deg deg
ser nggak karuan, rasanya harap harap cemas kayak waktu ketemu mantan *plak.
Sementara Shah Jahan dan Najin menunggu diatas, cukup menyaksikan saya
menantang maut. (alay)
Kalau
jatuh kedalam kolam ntah apa yang terjadi. Kolam nampak begitu dalam, hijau,
keruh dengan beberapa botol minuman mengapung.
Saya menapaki tangga hingga diujung kolam. Setelah Narsis, saya gegas
kembali ke atas. Waktu narsis kaki saya rasanya merinding disco hingga peluh
bercucuran. Ngeri to the Maxi.
Rajon Ki Baoli |
Lorong
bangunan utama berupa lengkung lengkung tiang dipenuhi dengan deretan jendela
besar. Sebagian tembok menjadi korban tangan tangan jahil. Berdiri diujung
jendela membuat tengkuk bergidik. Ngeri, jika terpleset bisa langsung masuk
kolam. Shah Jahan menggandeng Najin terus menerus dan memintanya untuk ekstra
hati-hati.
Maklum
saja, Najin ini tipikal anak aktif, banyak tingkah alias nggak isok meneng dan suka main petak umpet. Sementara lorong
lorong tangga yang menghubungkan setiap lantai begitu sempit, pengap dan kotor.
Bagaikan terperangkap dalam sebuah labirin dengan ribuan tatapan mahkluk tak
kasat mata. Setiap langkah kaki dan udara yang dihembuskan seolah bercerita
tentang sejarah berikut skandal yang
pernah ada.
Lorong Bangunan Rajon Ki Baoli |
Sebelah
kanan Rajon ki Baoli sebuah pavilion berkubah hitam yang mengayomi sebuah makam
ditengahnya. Makam berada di pelataran sebuah Masjid kecil. Makam dan Masjid memiliki
kesamaan arsitektur dengan bagunan lain di Delhi yang merupakan sisa peradaban Islam di India.
Langit
langit pavilion makam dihiasi dengan ayat
ayat Al-Quran. Kubahnya dibuat dari bebatuan berwarna cantik yang kini nampak
kusam dan menghitam. Lafazd Allah dan Subhanallah menghiasi muka Masjid. Mighrabnya
dibingkai ayat ayat Al- Quran. MasyaAllah.
Dekorasi Mighrab Masjid |
Mehrauli Archaeological Park merupakan satu satunya kawasan di Delhi yang terus menerus
dihuni selama 1000 tahun. Menjadi saksi perpindahan kekuasaan dari satu dinasti
ke dinasti lainnya. Bahkan disini ditemukan reruntuhan benteng Lal Kot yang
dibangun oleh Tomar Rajput tahun 1060. Menjadikannya benteng tertua di
Delhi.
Meninggalkan
Rajon ki Baoli kami berniat mengunjungi Masjid Kamali Jamali. Niat tersebut
terhenti sesaat.
“Astaghfirullan, Yaar, I didn’t found car key?”
Wajah shah Jahan berbalut kekhawatiran
“What? maybe it’s in your wallet”
“No” Sambil merayapi kantong baju dan
celana berkali kali.
“Maybe it’s fall somewhere?” saya menatap
nanar kearah Rajon ki Baoli dengan hembusan pikiran negative. Mungkin “penunggu”
bangunan ngerjain kita.
Akhirnya
Shah Jahan meminta kami menunggu dekat mobil. Sementara Najin duduk santai dekat
dekat pagar dibawah rimbun pepohonan. Shah Jahan menelusuri lagi Rajon Ki
Baoli, Masjid dan Makam. Raut muka berbalut kekhawatiran. Naik turun tangga,
melewati labirin lagi. Keringat bercucuran.
“I have been search everywhere but still I couldn’t
find the car key ?”
“Ok. How we go home? Who will take care of
the car ? We are in the middle of jungle”
“Ammy, I am hungry” Ucap Najin yang
sedari duduk santai sementara kami berdua dilanda kepanikan.
“ Wait beta, Your Abby didn’t found the car
key”
“OH, its with my, in my pocket” Ucapnya
santai
“Apaaaa?” saya dan Shah Jahan langsung kejengkang
Roda
kendaraan melintasi jalanan setapak penuh dengan rimbun pepohonan. Teduh tapi
terasa sepi dan singit. Saya takut
jika tiba tiba Ular cobra menyapa. Sementara Shah Jahan Khawatir jika tetiba
perampok datang atau sekumpulan berandal menghadang.
Jalanan Setapak dalam belatara komplek |
Alhamdulliah,
semua kekhawatiran menghilang ketika dihadapan kami sebuah komplek lain dengan
serak bangunan tua. Taman lapang ditumbuhi rerumputan yang nampak terawat. Beberapa
mobil terparkir disana. Sementara pengunjung berlalu lalang.
Mobil
kami berhenti tepat didepan Masjid Kamali Jamali. Masjid berwajah merah bata
dengan lima lengkung pintu. Sebuah kubah menyembul diatapnya. Dipelataran
terdapat sebuah kolam kering yang dahulunya berfungsi untuk berwudhu.
Meski nampak tua tapi pondasi bangunan ini sangatlah kokoh. Mighrab Masjid dibingkai dengan lafazd Al-Quran. Bagian dalam Masjid seperti sebuah lorong dengan lengkung lengkung menawan yang sangat instagramable. Penulis cerita perjalanan ternama, Trinity pernah berpose disini dengan hasil yang sangat cakep.
Meski nampak tua tapi pondasi bangunan ini sangatlah kokoh. Mighrab Masjid dibingkai dengan lafazd Al-Quran. Bagian dalam Masjid seperti sebuah lorong dengan lengkung lengkung menawan yang sangat instagramable. Penulis cerita perjalanan ternama, Trinity pernah berpose disini dengan hasil yang sangat cakep.
Bagian dalam Masjid diambil dari IG trinity |
Berdekatan
dengan komplek ini juga terdapat makam Kamali Jamali, Quli Khan Tomb, Gandhak
ki Baoli, Stepwell, Mandhi Masjid, Monumen Jahaz Mahal, Zafar Mahal dari
Bahadur Shah II, Hauz-i-Shamsi dan Makam Adham Khan.
Taman
ini juga mengayomi tomb of Balban.
Letaknya lebih tinggi, hingga nampak seperti bukit kecil. Tomb of Balban dipercaya sebagai arsitektur bangunan dengan
lengkung dan kubah yang pertama kali dibangun di India. Tomb tomb yang berada disini arsitekturnya mirip dengan arsitektur bangunan yang saya jumpai di Lodi Garden. Para pecinta sejarah
pasti sangat mencintai situs Mehrauli Arkeological Park.
Mehrauli Archaeological Park juga menyimpan arsitektur bangunan dari periode Khalji
Dinasti, Tughlag Dinasti, Lodhi Dinasti, kekaisaran Mughal hingga Raj Inggris.
Banyak sekali monumen disini yang belum sempat kami kunjungi karena Najin sudah
lapar. Lumayan juga mengelilingi komplek seluas 200 hektar.
Menyudahi
jalan jalan diujung hari kami sempatkan berkunjung ke Five Sense (sex) Garden yang letaknya tak jauh dari sini. Nah, ini taman bikin Libido alias Sahwat nggak nggenah melangit *plakkk.
Kisah
wanita karir tinggal di Canada yang justru menemukan arti hidup dan kebahagiaan
di India membuat sudut pandang baru dalam diri saya sendiri. Tinggal dinegara
maju tak menjamin kebahagiaan. India yang notabene kemproh, padat, berisik, semrawut bin amburadul justru mampu
memberikan rona kebahagiaan dalam hidup seseorang.
Jujur,
saya pribadi merasakan bagaimana hidup di India sangatlah tidak mudah. Tapi
negara semilyar penduduk ini justru menggunungkan rasa syukur dalam hati saya
setiap hari. Hidup tidak untuk dieluhkan. Tinggal dijalani aja sepenuh hati.
Jangan sibuk melihat rumput tetangga yang “nampak” hijau. Sirami aja rumput
yang kita pijak.