Di kota yang berada di Selatan India ini kita
bisa dengan mudah menemukan perempuan bercadar dan lelaki berpeci.
Ibu kota propinsi Telangana ini menyimpan
sejarah panjang hadirnya Islam di negeri Hindustani, sebutan negara India yang
didominasi umat agama Hindu. Di wilayah ini banyak terdapat bangunan peninggalan dinasti Islam yang bersanding apik dengan bangunan tempat ibadah
penganut Hindu. Jumlah penduduk Muslim Hyderabad mencapai 45% dari total
penduduk setempat, tertinggi
di antara kota metropolitan lainnya di India. Mayoritas menggunakan
bahasa Urdu, yakni gabungan bahasa Hindi
dan Persia dengan lafaz tulisan Arab.
Sejarah
berkembangnya Islam di Hyderabad
Menurut Islamic Information Center Hyderabad,
Islam masuk ke India melalui pedagang Arab yang melakukan perniagaan di kota
ini. Rupanya perilaku dan karakter para pedagang tersebut memikat perhatian raja
dan penduduk setempat. Sehingga mereka diterima dengan baik dan sebagian mulai
mempelajari ajaran Islam.
Berabad kemudian, bersamaan dengan datangnya
para sultan dan kaisar Islam dari Asia Tengah menjadi masa keemasan peradaban
Islam di India. Peningkatan jumlah penduduk Muslim bukan karena paksaan atau
tekanan oleh penguasa muslim, sebaliknya karena ajaran dan karakter para pemimpin
dan ulama yang memainkan peranan penting dalam membawa orang lebih dekat dengan
Islam. Hingga kini Islam menjadi agama dengan jumlah pengikut terbesar kedua di
negara yang memiliki populasi satu miliar ini.
Hyderabad dibangun pada abad ke 15 oleh Muhammad Quli Quth Shah, Sultan Islam generasi
kelima dari Dinasti Qutb Shahi. Dibawah kepemimpinan Sultan ini, dinasti yang
berdiri sejak abad ke 14 ini mencapai puncak kejayaannya.
Pada abad ke 17 kekuasaaan Qutb jatuh ke tangan
kekaisaran Islam Mughal yang pada saat itu menguasai sebagain besar anak benua
India. Asif Shah keturunan Mughal yang menguasai Hyderabad kemudian mendirikan
kekuasaan sendiri dengan menyebut dirinya sendiri sebagai Nizam of Hyderabad.
Pada saat itu Hyderabad dikenal sebagai city of
pearl, atau negeri terkaya di bawah kepemimpinan
Pangeran Muslim. Kondisi ini menarik kedatangan Muslim dari seluruh dunia untuk
mencari pekerjaan di Hyderabad. Banyak penyair, musisi, ulama, tentara dan administrator bekerja di pengadilan
Nizam, Dinas Sipil Hyderabad, tentara atau lembaga pendidikan. Sebagian pendatang berasal dari Hadhrami
asal Arab, yang datang untuk melayani di militer Nizam. Mereka dikenal sebagai
Chaush dan sebagian besar berada di lingkungan Hyderabad Barkas. Ada juga
beberapa Siddis yang keturunan Afrika.
Masjid Makkah dan Idul Adha di
Hyderabad
Suasana kota Hyderabad sedikit berbeda dibanding
wilayah lain. Jika biasanya kota-kota besar di India terkesan ruwet, macet dan
amburadul, maka di kota ini semua tampak tenang dan teratur. Seakan
mencerminkan masyarakat yang tenang, ramah dan sabar.
Perempuan
berhijab –kebanyakan mengenakan baju dan jilbab hitam- tampak lalu lalang. Sebagian
menutup kepala dan terlihat wajahnya tapi kebanyakan menutup keseluruhan tubuh dan
hanya menyisakan garis mata atau bercadar. Meski menampilkan sisi Islami, namum
budaya India masih melekat erat dalam diri mereka, terlihat dari aneka gelang
warna warni menghiasi lengan. Bahkan sebagian masih mengenakan gelang kaki dan
cincin di jari kaki.
Para lelakinya mengenakan peci putih dengan
pakaian khas Muslim kurta Pajama yang berupa jubah selutut yang dipadu dengan
celana sewarna. Sebagian memakai jubah dan surban khas Arab. Sepertinya mereka
memang keturunan Arab yang terlihat dari perpaduan rupa India dan Arab dengan
celak hitam di mata.
Saat hari Jumat nuansa Islami lebih terasa
karena di jalanan banyak sekali jamaah yang bergegas menuju Masjid Makkah yang didirikan sejak abad ke 15. Dinamakan demikian karena batu pondasinya berasal
dari tanah yang diambil dari Mekah. Masjid ini menjadi pusat kegiatan keislaman
di Hyderabad. Sayangnya perempuan dilarang memasuki komplek masjid saat shalat
Jum’at, mungkin karena terbatasnya ruangan. Pengunjung juga diharuskan melewati
jajaran pengamanan yang ketat akibat bom yang pernah diledakkan di tempat ini
pada 2007 kala shalat Jumat.
“Namun umumnya masjid di Hyderabad terbuka
untuk umum, termasuk perempuan yang ingin shalat 5 waktu. Juga menunaikan
shalat tarawih,” ujar Khaja Masroor
Ahmed, pemuda asli Hyderabad saat diwawancara Ummi.
Pada bulan Ramadhan kota Hyderabad bagaikan
kota yang tak pernah tidur. Geliat penjualan makanan khas selama Ramadhan
dibuka tengah malam hingga pelaksanaan shalat tarawih. Setiap harinya masjid
Makkah menyediakan ribuan takjil. Tak heran jika sejak hari pertama, masjid
yang usianya lebih dari 400 tahun ini dijejali pengunjung.
Beberapa tahun terakhir, beberapa kalangan
menyerukan umat Islam di India agar tidak menyembelih sapi ketika merayakan
Idul Adha. Alasannya untuk menghormati umat Hindu yang menjadikan sapi sebagai
hewan suci.
“Selama saya tinggal di sini tidak pernah ada
masalah dengan menyembelih sapi saat Idul Adha. Meskipun sapi menjadi hewan
yang disucikan dalam agama Hindu namun tak sedikit juga komunitas Hindu yang
mengonsumsi daging ini. Jadi saya tidak melihat pentingnya menghindar
menyembelih sapi,” papar laki-laki yang biasa dipanggil Masroor ini.
*Tulisan ini tayang di Majalah Ummi dirubrik Ufuk Luar. Kolaborasi antara Attini
Zulfayah (emak mbolang) dan editor ufuk Luar, mbak Aini Firdaus