Jelajah Dharamsala : Pesona Gereja Tua St. John The Wildernes
February 19, 2016
Tak hanya kuil tua disepanjang aliran sungai
Gangga dan suguhan alam di pegunungan Himalaya,
India juga menyimpan sederet bangunan tua bergaya Eropa peninggalan
era kolonialisme Inggris,
Salah satunya ialah Gereja tua St. John in The Wilderness.
Terletak di kota Dharamsala, distric Kangra,
propinsi Himachal Pradesh. Kami sampai di terminal Dharamsala ketika mentari
menyapa bumi. Rantai pegunungan Himalaya bertudung salju berselimut kabut menemani
sepanjang perjalanan. Silau mentari memancar bening dari dalam sungai yang
mengalirkan air dari glacier es.
Dari terminal Dharamsala kami menuju kawasan McLeodganj yang menjadi pusat
hotel, turis dan pertokoan. Dharamsala dikenal sebagai tempat pengasingan biksu
Dalai Lama (Tenzin Gyatso) dan para pengikutnya. Tak heran jika kota ini
didominasi dengan etnis Tibet dan berseliweran biksu berpakaian merah marun.
Bendera doa warna warni menggantung di langit
langit kota dan pepohonan. Monastri yang dikelilingi dengan silinder Doa
beraksara tibet. Makanan khas tibet
dengan menu vegetarian dapat dengan mudah kami temukan disepanjang jalan. Berada
disini seolah berada di negara Tibet.
Dharamsala dahulunya dikuasai oleh dinasti Katoch
dari Kangra. Dipercaya sebagai dinasti tertua di dunia. Hingga saat ini keluarga
kerajaan masih tinggal di Dharamsala dan dikenal sebagai ‘Clouds End villas’
Di Era kolonialisme Inggris pada abad ke 18. Dharamsala
dijadikan sebagai Summer Capital.
Letaknya yang berada di lereng pegunungan Himalaya menawarkan hawa sejuk di
kala musim panas tiba di sebagian besar negara India. Disini mereka membangun
rumah, Gereja, asrama pegawai, kantor pos, bazar dan juga kantor pusat
pemerintahan.
Gereja St. John The Wilderness berjarak 1 KM
dari kawasan McLeodganj. Cukup berjalan kaki melewati hutan pepohonan deodar menjulang mengayomi
jalanan. Udara sejuk dan bersih menemani. Jalanan sepi, sesekali iring iringan
kerbau hitam berjalan perlahan. Seolah
mengingatkan bahwa kami masih menjejak negeri Mahabharata.
Sampai di pekarangan Gejera kami seolah berada di sebuah desa kecil
di daratan
Eropa. Dikelilingi pagar besi
setinggi dada. Jalanan setapak diayomi deretan pohon Deodar menjulang. Disebelah
kiri terserak makam Kristen sederhana dengan sebuah salib diatasnya. Diujung jalan sebuah Gereja tua berwarna gelap
terbuat dari batu granit.
Suasana mencekam,
mengingatkan kami akan setting sebuah
film Drakula atau Vampir. Gereja St.John The Wilderness
dibangun pada tahun 1852 bergaya Angelican. Gereja ini dibangun untuk melayani
tentara Inggris dan keluarganya yang tinggal di Dharamsala.
Sampai didepan Gereja terdapat sebuah kolam
kecil dengan hamparan bunga mengapung diatasnya. Didasarnya terdapat beberapa
serakan uang koin. Sebelum memasuki Gereja, beberapa turis memejamkan mata.
Menguntai sebuah doa kemudian melempar koin kedalam kolam.
Masuk kedalam Gereja,
deretan kayu panjang berjajar rapi di sebelah kanan dan kiri. Menggantung
hiasan lampu gantung tua menjulur dari langit langit Gereja. Deretan lampu tua
berangka besi hitam menempel di tembok. Sementara jendelanya
dihiasi sebuah design kaca warna warni menggambarkan Jesus dan John The Baptish.
Didepan mimbar, sebuah
salib kayu berukuran besar. Sebuah meja persegi
berselimut kain putih. Dikanan dan kirinya sebuah dekorasi tempat menyalakan
lilin yang terbuat dari besi tua nampak seperti pohon bercabang. Nuansa hening
begitu terasa. Semua terdiam dalam kesunyian.
Pada tanggal 04 April 1905 gempa berkekuatan dahsyat mengguncang
distric Kangra. Menewaskan 19,800 orang dan ribuan rumah rusak, termasuk gereja. Bagian
atas Gereja roboh dan merusak loncengnya.
Pada tahun 1915 pemerintah Inggris membuat
lonceng baru di negaranya. Diproduksi oleh perusahaan Whitechapel Bell Industri
yang masuk dalam World Book of Record
sebagai perusahaan tertua di Inggris Raya. Kemudian dengan menggunakan
kapal lonceng dikirim
ke India.
Sampai di Dharmsala, lonceng ternyata terlalu
berat untuk diletakkan dimenara Gereja. Mereka kemudian memutuskan untuk meletakkan
lonceng diseberang Gereja. Menggantungnya diatas sebuah besi tebal yang disanggah
oleh dua buah tiang beton di kanan dan kirinya.
Beberapa kali Lonceng ini menjadi sasaran empuk para pencuri. Untuk
menjaganya, lonceng diselimuti dengan kawat besi menerawang. Konon, ketika dibunyikan suara
nyaring lonceng bisa didengar hingga 18 KM jauhnya.
Disebelah Gereja terdapat tempat duduk
terbuat dari bebatuan dan semen. Digunakan para turis duduk bersantai dibawah
ayoman pepohonan deodar. Dari sini kami bisa memandangi panorama kota
Dharamsala berlatar belakang lekuk baris pegunungan Himalaya bertudung salju.
Setelah bersantai sejenak, kami lanjutkan
menuju bagian belakang Gereja. Terdapat
peristirahatan terakhir sekaligus monumen Lord Elgin. Pada pemerintahan Inggris,
beliau menjabat sebagai Gubernur Jendral dan Viceroy of India pada tahun 1861.
Beliau meninggal di Dharamsala pada tanggal 20 November 1863 dan disemayankan
dibelakang Gereja. Monumen ini didirikan oleh istrinya yang bernama Mary
Louisa.
Bersebelahan dengan monumen terserak
pemakaman Kristen yang kami lihat ketika memasuki pagar. Batu nisan terbuat
dari semen dan terdapat salib diatasnya. Nampak tua dan kusam. Setelah mengabadikan dalam
lensa kamera. Saya
bergegas meninggalkan area pemakaman. Karena beberapa kali bulu kuduk saya
berdiri. Ngeri ngeri sedap.
Kami kembali menuju kawasan McLeodganj.
Berderet toko menjual aneka akesoris dan pakaian khas Tibet. Hal menarik dan
membuat saya takjub adalah hampir semua wanita tibet yang tinggal di Dharamsala masih setia mengenakan
baju tradisionalnya. India memang negeri
berbudaya tinggi yang tak pernah gagal menyajikan sejuta cerita di hati para
wisatawan.
12 $type={blogger}
Mba itu viewnya keren banget gunung himalaya, dan aku penasaran sama orang2 tibet disekitar situ statusnya jadi WNIndia bukan mba?
ReplyDeleteWarga Negeranya aku kurang tahu, tetep Tibet atau India.
DeleteViewnya kece memang, bikin ati adem
Keceh banget viewne... serasa di Eropa. ira
ReplyDeleteIyo Mabk, aku pas masuk pintu pekrangan Gejera langsung melelej. Iki Eropa opo India? Persis sis Eropa
DeleteEh ada ju8ga yaa gereja di india
ReplyDeletepemandangan nya juara, liat gunung salju
Banyak Gereja Tua peninggalan Inggrish di India. Modelnya juga keren keren
DeleteBerasa di Inggris :D
ReplyDeleteBagai melihat suasana film Twilight :D
kayak bukan di india ya ...
ReplyDeletehijau .. apalagi ada view gunung salju
Iya, klo nggak "tertulis" orang ngirana pasti somewhere in Yurop :)
DeleteWow...kapan kesini ya ..
ReplyDeleteWow...kapan kesini ya ..
ReplyDeleteInsyaAllah secepatnya ya.....
Delete