Menjejakkan
kaki dan mencicip makanan di tiga negara
dalam sehari dengan semburat rasa gundah gulana dalam jiwa
Pagi
belum jua merekah tapi air mata ini tumpah sudah. Dada rasanya sesak. Kepala
rasanya pening. Tapi raut wajah dipaksa tegar. Rasanya tidak sanggup
melangkahkan kaki meninggalkan rumah dan menetap kembali di negeri seribu Dewa.
Taksi
menunggu didepan rumah. Berpamitan dan ‘hanya’
bisa memeluk Ibu sekejap saja. Ingin rasanya mendekap beliau begitu lama dan
dalam. Tapi semakin lama, semakin tak sanggup pula membendung air mata. Saya
dan Najin gegas masuk kedalam taksi. Perlahan, Taksi bergerak meninggalkan
rumah. Menatap Ibu yang berdiri sendiri didepan rumah, tumpah sudah air mata
ini. Dada semakin sesak, bernafas pun terasa
berat. Saya hanya bisa berdoa dan berucap lirih “maafkan saya, Ibu…..”
Ya, berat
memang bagi ibu melepaskan saya berangkat ke India. Kalau untuk travelling OK,
tapi untuk menetap? Hmmm beda lagi. Beberapa kali ibu meminta saya untuk
menetap di Indonesia. Tapi keadaan masih tidak memungkinkan.
Ridho
orang orang tua, Ridho Allah juga. Sebelum berangkat, ada saja kejadian yang
bikin greget hati. 2 hari sebelum keberangkatan, Tiket Surabaya ke Jakarta di
cancel sama pihak Sriwijaya air. Ganti dengan Maskapai Air Asia. Sampai di
Bandara Juanda, eh Air Asia telat. Nggak tanggung tanggung hampir 1,5 jam.
Padahal saya memilih Air Asia karena
memiliki jadwal penerbangan paling pagi ke Jakarta. Jadi kami masih ada 6 jam
untuk mengejar penerbangan ke Delhi dari Jakarta. Rasanya panas dingin
perasaan. Otak saya sudah mendidih. Pingin rasanya ngunyah pesawat.
Najin
santai saja, dia malah sibuk kejar kejar dan main petak umpet sama anak lain.
Bikin rame area boarding yang berada di Terminal 2 Juanda. Kegalauan saya
bertambah karena pesawat Garuda Indonesia yang di sebelah sudah berangkat ke
Jakarta. Tak berselang lama, jadwal penerbangan lain ke Jakarta milik Garuda Indonesia
berangkat lagi, tepat waktu semua. Duh, sumbu kesabaran saya semakin pendek,
bisa bisa saya ketinggalan pesawat yang harganya sama dengan ke Yurop. Sabar.
Sabar. Dalam hati saya terus berdoa semoga pesawat segera diberangkatkan.
Akhirnya
pesawat dengan dengan motto “on time
guarantee” ini menerbangan kami ke
Jakarta dengan jadwal telat. Baiklah, Semoga Air Asia tepat waktu kedepannya, ya. Alhamdullilah lancar sampai di bandara
Soekarno hatta Terminal 3. Dan….
Kami masih harus mengejar pesawat Malindo
air ke Terminal 2. Kami memilih
menggunakan shuttle bus free yang disediakan oleh pihak Bandara. Selain gratis,
shuttle bus ini juga tepat waktu.
Sayangnya, busnya terlalu tinggi. Jadi sangat susah untuk membawa koper dan tas
besar naik turun. Lumayan bikin keringetan. Untung kami cuman bawa 1 koper
sedang, 1 ransel dan satu tas slempang. Jadi nggak terlalu ribet.
Sampai
di terminal dua, saya janjian ketemuan dengan teman baru. Nggak bisa ngobrol
lama karena saya harus segera check in. Najin sudah mulai gelisah, karena dia
lapar. Saya ketjup mesra pipinya dan minta dia bersabar karena saya harus check
in dulu. Waktu Check in si embak bilang bahwa ketika transit di Kuala Lumpur
saya masih harus mengambil boarding pass untuk connecting flight Kuala Lumpur –
Delhi.
Apaaa ??? melototlah mata saya kayak film kartun mengingat waktu transit
hanya 3 jam. Apalagi penerbangan dari Jakarta ke Kuala Lumpur dilayani oleh
maskapai Lion Air. Tahu lah gimana maskapi ini, terkenal sering telat. Makin
galau. Saya tanya kembali apakah saya harus ambil chek in baggage. Ternyata
tidak, Chek in baggage langsung ke Delhi, saya hanya perlu mengambil boarding
pass saja di KLIA 2. Untunglah. Semoga nggak ketinggalan pesawat.
Beres.
Waktunya memenuhi hasrat nasfu yang sudah membara dengan menyantap sarapan
pagi. Didalam terminal 2 bandara Soetta tak banyak resto, hanya caffee dengan
menu yang tak banyak untuk bisa dipilih
oleh si kecil. Saya keluar dari pintu bandara dan makan di salah satu restoran
siap saji, Hoka Hoka Bento yang berdekatan dengan Gate dua. Saya pesan dua menu
komplit buat kami berdua. Lahap sekali, bahkan Najin mengambil jatah Nasi dan
lauk saya. Hehehe
Sarapan di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta |
Siap.
Waktunya terbang ke Kuala Lumpur. Ternyata nasib sial masih mendekap perjalanan
kami. Boarding dan jadwal terbang ontime. Tapi giliran take oft, traffik Bandara
Soetta hari itu sibuk sekali. Dan pesawat kami masuk dalam antrian panjang.
Bah! macam mana pula ada kemacetan dalam
Bandara.
Ya
Allah, apalagi ini. Mental saya yang masih ‘normal’ rasanya campur aduk. Antara
pingin ngunyah pesawat dan guling guling di Runway.
Jujur, rasanya pingin keluar pesawat dan balik lagi ke rumah. Butuh pundak dan
pelukan. Capek nian perasaan, kayak nungguin mantan yang nggak pernah datang
kembali. Eaaa.
Untung
ada Najin yang selalu ceria. Lihat antrian pesawat dia malah happy. Nggak khawatir sama sekali.
Padahal jantung emaknya sudah mau copot. Baiklah! akal sehat berbicara. Apalagi
yang bisa saya lakukan. Mau marah, Marah sama siapa?. Mau ngomel dan maki maki
siapa?. Hanya bisa merenung dan bertanya
pada rumput yang bergoyang yang pada akhirnya membuat saya ikut bersenang senang
dengan Najin. Ngitung antrian pesawat. Hehehe
Alhamduliilah
lancar sampai di Malaysia. Tapi landingnya kagak semulus paha ceribell.
Menyentak tajam hingga terguncang. Pening lah kepala awak, nak pingin muntah
jadinya. Gegaslah saya keluar pesawat dan berjalan mencari counter Malindo Air
di KLIA 2. Apalagi ini pertama kalinya saya menyapa KLIA2. Bandara Kuala lumpur
khusus pesawat budget. Jalan lumayan gempor. Setelah Boarding pass ada
ditangan, Saya langsung menuju Gate yang dituju yang berada di Blok L.
Alhamdullilah masih ada waktu buat makan siang sedikit sore.
Didalam
tak banyak restoran. Lebih banyak Caffe dan toko. Hanya ada satu restoran, Puffy
bluffy di ujung. Dekat dengan gate boarding kami di L20. Restoran ini banyak pembeli, jadi harus
antri. Najin minta makan pizza dan cheese
cake. Sebenarnya saya pingin pesan
laksa, mencicip rasa lokal. Tapi saya lihat porsi pizzanya lumayan. Saya cancel keinginan makan Laksa.
Makan Siang di Kuala Lumpur |
Sambil
duduk cantik dan cakep kami berbincang. Lahap
sekali Najin makan pizza dan tidak tertarik makan cheese cake, karena
rasanya terlalu manis buat dia. Aroma laksa menggoda. Tapi saya harus menahan
diri karena tak ingin membuang makan dengan percuma. Makan cheese cake sudah lumayan
kenyang. Ditambah lagi, Najin tidak menghabiskan pizzanya karena sudah terlalu
kenyang. Travelling dengan Najin memang sangat menyenangkan. Nggak terlalu
rewel dengan menu makanan dan selalu ceria. Hanya satu yang membuat saya
khawatir. Tangannya nggratil, suka
pegang pegang dan nggak bisa diam. Bergerak aktif terus. Selalu saya hindari masuk toko karena takut dia
bakalan memecahkan sesuatu. So far, he is
my lovely travelmate.
Pesawat
Malindo Air terbang tepat waktu menuju destinasi terakhir kami, Delhi. Capek
dan kekenyangan, Najin langsung bobok cantik dalam pesawat. Untunglah saya
selalu bawa Bantal leher yang nyaman dan empuk miliknya, jadi dia bisa tidur lelap. Sementara bantal pesawat dia
gunakan buat Guling.
Dia
melewatkan makan malam dalam pesawat. Saya guncang dia untuk makan, tapi dia
hanya makan sesendok dan tidur lagi. Ngantuk berat!. Padahal dia paling suka
makan dalam pesawat. Dia punya kebiasaan ‘aneh’ dan bikin saya tersenyum, Jadi
tiap kali dalam pesawat dia selalu minta makan dan harus menu dari airline.
Bantal leher kesayangannya |
Makan Malam di Pesawat |
5
Jam sudah perjalanan dari Kuala lumpur menuju Delhi. Sepanjang Perjalanan Najin
tidur pulas. Saya sendiri sibuk nontok film yang disediakan oleh pihak
maskapai. Nggak ada film biru yang hanya cerita biru. Pesawat landing mulus di
Indira Gandhi airport. 30 menit lebih cepat dari jadwal. Proses Imigrasi dan
mengambil tas dari bagasi pesawat sangat cepat.
Keluar
dari Bandara Indira Gandi hati saya gundah, nggak ada penampakan Shah Jahan di
Bandara. Duh, ngapain pakai acara telat segala. Lumayan menunggu 20 menit. Parahnya
lagi, Nomer India saya nggak bisa digunakan. Komplit sudah penderitaan saya
hari ini. Jutek sama Shah Jahan yang berakhir guyonan konyol sama Najin
“Where is Abby?” Tanya
Najin dengan muka lelah.
“I don’t know yaar, its long time, Ammy
so tired“
“Abby is very Bad, isn’t Ammy?”
sambil pasang muka jutek
“He is. Lets find another Abby, what you said ? “
“Don’t find another Abby!!! I don’t want
another Abby! ” jawab Najin sambil melambaikan tangan berkali kali.
“Why” tanyaku dengan senyuman sambil
nahan tawa
“Because I love my Abby so much”
Hahaha,
saya langsung ketawa denger jawaban Najin. So
sweet. Akhirnya saya pinjam telpon
salah satu petugas bandara untuk menelpon Shah Jahan. Eh, Sebelum telpon connect, Shah Jahan sudah memanggil dan
melambaikan tangan.
Dan
ditengah perjalanan sebelum sampe apartemen, Perut Najin memanggil. Kami berhenti di salah satu restoran penjual
Chicken Roll kesukaan Najin. Lumayan, 2 Chicken Roll langsung habis dilahapnya.
Alhamdullilah sampe di Apartemen di India dengan sehat dan selamat.
Bandara Indira Gandhi - New Delhi - India |