Terpaku Megahnya Kota Hantu
December 17, 2015
Kota
Hantu yang berada di
Kota Agra, India justru mengundang detak kagum dengan
kemegahan arsitekturnya.
Mentari merekah di ufuk timur
ketika kami sampai di kota Agra, propinsi Uttar Pradesh, India. Setelah 3 jam
lamanya berkendara membelah jalanan yang masih gelap buta dari Kota Delhi. Taj
Mahal nan melegenda dan Istana merah Agra menjadi tujuan kami sebelum berangkat
menuju kota hantu.
Kota Hantu berjarak sekitar 37 KM
dari Taj Mahal, berada diujung perbatasan kota
berpadang pasir, Rajasthan. Kami datang diawal musim panas, tapi
panasnya benar benar memaksa kami meneguk air dingin terus menerus. Bahkan kami
tak merasakan dinginnya AC dalam mobil.
Perlahan
tanah berubah berwarna kemerahan sedikit
berpasir.
Hawa terasa kering dengan dominasi tanaman perdu. Fatamorgana jalanan beraspal nampak seperti tarian liuk liuk air yang terbang
keudara. Sedangkan dipinggir jalan, jajaran tumpukan teletong sapi kering yang sudah
dibentuk piringan.
Masuk
dalam daftar 10 kota hantu di dunia atau akrab dikenal ghost town. Dahulunya, kota ini bernama Fatehabad. Berasal dari bahasa persia Fateh yang berarti Kemenangan. Didirikan oleh Kaisar Mughal
generasi ketiga lebih dikenal dengan sapaan “The Great” Akbar.
Berbeda
dengan kota hantu lainnya yang membuat bulu kuduk berdiri. Kota Fatehabad seyogyanya adalah sebuah kota
dikelilingi tembok benteng sejauh 5 mil. Didalamnya terdapat deretan istana megah dengan design
spektakuler dan juga Masjid menawan.
Bahkan UNESCO memasukkanya dalam daftar warisan dunia.
Pada
awal abad ke 15, Kaisar Akbar bermaksud memindahkan ibukota pemerintahan dari Red Fort Agra . Beliau
kemudian membangun kota berikut
istana diatas tanah perbukitan bernama Sikri sebagai pusat pemerintahan baru.
Hingga saat ini kota ini lebih dikenal dengan nama Fatehpur Sikri.
Untuk
mendesign dan membangun istana dengan panjang
3 KM dan Lebar 1 KM ini, dibutuhkan
waktu hingga 15 tahun lamanya. Setelah selesai dibangun, hanya berselang satu tahun kota
Fatehpur Sikri ditinggalkan karena kurangnya pasokan air. Dan juga terjadinya
sebuah peperangan di daerah kekuasaanya yang lain. Istana menjadi terbengkalai
yang menjadikannya dikenal sebagai Ghost
Town atau kota hantu.
Sesampainya di kota Fatehpur Sikri dan melewati tembok benteng pertahanan,
jalanan mulai menanjak tajam dan meliuk
liuk. Sekitar 15
menit perjalanan akhirnya
kami sampai di depan Istana yang tepat berada dipuncak bukit. Untuk memasuki
istana dikenakan Tiket masuk seharga 250 Rupees atau sekitar Rp. 50.000.
Keseluruhan Istana dikeliling
tembok beteng diketiga sisinya.
Sedangkan salah satu sisinya
terhampar sebuah danau. Istana didominasi
warna merah bata. Sang
arsitektur bernama Tuhir Das, membangun keseluruhan istana dengan elemen Islami
yang dipengaruhi gaya Hindu dan Jain.
Memasuki istana, disebelah
kiri berdiri megah The Shabistan-I-Iqbal dikenal juga Jodhbhai’s Palace. Berdiri sebuah pintu masuk dengan hiasan dua buah jendela mungil.
Atapnya berornamen dua buah chattris,
yakni kubah dengan empat buah penyanggah atau lebih. Chattris ini menjadi ornamen khas bangunan di era kekaisaran
Mughal.
Masuk
kedalamnya, terhampar tanah lapang yang
luas dikelilingi bangunan dua tingkat dengan hiasan ornamen chattris diatapnya. Arsitektur bangunan yang saling berhadapan ini nampak sama.
Atapnya dihiasi dengan sebuah pavillion berlapis tegel warna biru. Keduanya
digunakan tempat tinggal permasuri di waktu musim yang berbeda.
Disinilih
tempat Jodha Bai tinggal,
salah satu istri kaisar
Akbar. Beliau adalah seorang putri dari Rajput yang juga dikenal dengan nama
Mariam-uz-Zamami. Jika
anda pecinta sinetron India berjudul Jodha Akbar, istana ini adalah istana asli Ratu India, julukan lain bagi permaisuri
Jodha.
Seluruh dinding penuh dengan ukiran berbentuk
geometri dengan detail yang rumit. Meskipun memiliki arsitektur Islami, dekorasi
dalam istana seperti pilar dan langit langitnya didominasi ornamen bergaya
Hindu. Sedangkan balkoninya diukir mirip gebyok Jawa. Hal ini dikarenkan sang permaisuri tetap
beragama Hindu, meski Kaisar Akbar beragama
Islam.
Menariknya
lagi, dibeberapa tembok didesign sebuah kotak persegi mirip jendela. Tepinya
dibingkai oleh hiasan batu bergaya Hindu. Konon, kotak persegi dalam dinding
ini digunakan sebagai kuil peribadatan sang permaisuri.
Meninggalkan
megahnya istana permaisuri Jodha.
Kami melangkahkan kaki menuju bagian lain dalam istana. Berbeda dengan Jodhbai’s palace yang nampak terpisah.
Bagian istana lainnya nampak berdampingan tanpa sekat tembok.
Terdapat
sebuah kolam dengan sebuah panggung ditengahnya. Terhubung empat buah jembatan
berukir dari setiap sisi kolam menuju panggung. Konon, tempat bernama Anop
Talao ini menjadi tempat hiburan. Tempat para penyair membaca bait bait puisi penuh
makna dan juga senandung
lagu serta tari tarian.
Disisi
barat Anap talao, berdiri megah Panch Mahal. Panch berarti lima, Mahal berarti istana.
Hal ini mengacu pada bangunan istana
yang memiliki lima lantai. Uniknya, semakin keatas ukuran
lantai semakin mengecil, bentuknya nampak
seperti kerucut. Setiap
lantainya terdapat puluhan pilar, membentuk seperti sebuah
kolom. Total keseluruh kolom dari setiap lantai berjumlah 176 kolom.
Tempat
ini dipergunakan sebagai tempat rekreasi, hiburan dan tempat bersantai
sang Kaisar beserta seluruh
anggota keluarga. Lantai paling atas yang penuh dengan dekorasi ukiran
dipergunakan Kaisar Akbar untuk bersantai menikmati udara segar di sore hari dan juga memandang cahaya bulan
pada saat musim panas. Para Permaisuri
Kaisar dapat menikmati hiburan
dari lantai 3 yang terhubung
langsung dengan Haramsara atau tempat
tinggal para istri sang Kaisar.
Berdekatan
dengan Panch Mahal, berdiri Diwan-I-Khas. Berbentuk persegi dilengkapi
dengan empat buah Chattris putih disetiap ujung atapnya. Selain memiliki dua lantai,
temboknya dihiasi lengkung lengkung jendela dengan hiasan bermotif bunga dan
geometri.
Masuk
kadalamnya, ukiran berporos persegi delapan nampak melayang dilangit langit
ruangan. Bagaikan sebuah jembatan gantung yang terhubung dari setiap sudut
ruangan menuju inti ruang. Berbentuk
bulat yang disanggah oleh sebuah pilar yang tepat berada ditengahnya.
Diwan-I-Khas
digunakan sebagai tempat bermusyawarah. Disini Kaisar Akbar memanggil perwakilan dari berbagai agama.
Membahasa tentang agama dan memberikan pandangannya tentang agama secara
pribadi. Kaisar Akbar memang dikenal sebagai Kaisar yang sangat menghormati
perbedaan agama. Hal ini terbukti dengan pernikahan beliau dengan permaisuri
Jodbhai dan tetap membiarkan istrinya beragama Hindu.
Tak
terlewatkan oleh kami beberapa bagian istana lainnya. Seperti Ibadat Khana yang dipergunakan sebagai
tempat beribadah. Hujra-I-Anup, Dewan-I-Aam,
Naubat Khana, Parchi Court, Haramsara,
dapur permasuri, The Treasury yang
dipergunakan untuk menyimpan perhiasan dan harta benda. Serta Birbal, sebuah lorong
panjang saling berhadapan dengan deretan puluhan pilar.
Haramsara, tempat tinggal para permaisuri |
Pancah Mahal, Istana tingkat Lima yang digunakan sebagai tempat beristirahat para keluarga Kaisar Akbar |
Dahulunya digunakan sebagai Madrasah |
Dewan-I-Khas, digunakan sebagai tempat bermusyawarah |
Kami kemudian melangkahkan kaki menuju Masjid Jama Fatehpur Sikri yang berada disampingnya. Kita disambut beberapa anak tangga dan sebuah pintu gerbang berukuran jumbo. Mata ini disuguhi sebuah masjid terbuka tanpa atap, dikelilingi tembok dengan deretan pilar menyangga atapnya yang bermahkota chattris, cantik sekali. Ditengahnya terdapat sebuah kolam air mancur yang dipergunakan untuk berwudhlu.
Terdapat
dua gerbang utama memasuki Masjid. Kami
masuk dari gerbang sebelah Timur. Gerbang lainnya berada disebelah Selatan.
Disebelah baratnya adalah Mighrab Masjid dengan 3 buah kubah diatapnya.
Ayat
ayat Al-Quran terpahat diatas setiap mighrab. Lengkung lengkung jajaran pintu
begerigi dengan ukiran berbentuk daun menghiasi. Pilar pilar berukir didalam
masjid menambah keindahan arsitektur Masjid. Hampir keseluruhan tembok dipenuhi
dengan ukiran daun, bunga, bulatan, geometri dan ayat Al-Quran.
Di sisi Utara Masjid terhampar beberapa makam
dengan Jamaah yang
sibuk membaca Al-Quran dan memanjatkan Doa. Selain puluhan makam tersebut,
disini terdapat dua bangunan makam berdampingan
lengkap dengan kubah diatapnya.
Bangunan
makam didominasi marble putih adalah makam seorang Sufi bernama Salim Chisti. Kaisar
Akbar sangat menghormatinya. Pada saat itu setelah lama menikah, Kaisar Akbar
tak juga mendapatkan keturunan. Beliau kemudian mendatangi Salim Chisti dan
diramalkam memiliki keturunan sebagai penerus tahta kekaisaran. Tak lama
setelah sekembalinya beliau dari rumah Salim Chisti, beliau
dianugerahi keturunan dan diberi nama Salim atau lebih dikenal dengan nama
Kaisar Jahangir.
Berdampingan
dengan makam Salim Chisti adalah makam Islam Khan I. Didominasi warna merah
bata dengan kubah besar ditengahnya dan dikelilingi 36 chattris. Islam Khan I adalah cucu dari Salin Chisti. Beliau adalah
seorang jendral besar pada masa Kaisar Jahangir.
Mighrab Masjid Fatehpur Sikri |
Makam Sufi Salin Chisti dan cucunya Islam Khan I yang berada ditengah Masjid |
Puluhan Pilar yang menyangga Masjid |
Terakhir
kami menuju Buland Darwaza (foto paling Atas) yakni pintu gerbang Masjid disebelah selatan yang menjulang setinggi 54 meter. Buland Darwaza adalah pintu gerbang
tertinggi di India. Arsitekturnya begitu
unik, dari luar nampar berbentuk
persegi delapan. Sedangkan bagian dalam berbentuk persegi dengan design undakan
yang dipenuhi dengan Chattris.
Dibawah pintu gerbang sekaligus
lorong masjid, beberapa penjual souvenir khas India menggelar dagangannya diatas lantai.
Kami kemudian keluar melihat
kehidupan penduduk sekitar. Beberapa
rumah dan tanah yang nampak lapang dan luas. Hanya di tumbuhi pohon perdu. Tak
nampak mistik dan misterius. Justru rasa kagum akan arsitektur istana yang
menjadi kiblat arsitektur bangunan lainnya di era kekaisaran Islam Mughal.
*Tulisan ini tayang di Koran Kedaulatan Rakyat Sabtu, 12 Desember 2015
*Tulisan ini tayang di Koran Kedaulatan Rakyat Sabtu, 12 Desember 2015
17 $type={blogger}
Wah serasa terbang ke India kak,,, Pingin Ke Kota Agra lihat Taj Mahal dan mampir kesini,,,, hehehe. Wah benar yaw kata orang kalau rumah lama nggak dihuni yaw bisa dimasukin hantu. Nah ini contohnya udah di bangun 3 Km panjangnya dan 1 Km lebarnya ew ditinggalkan begitu saja gegara nggak ada Air. Tuh kan air memang penting dan penting sekali. Kalau di Indonesia udah bangun segitu besarnya dan tidak ditempati,, bisa - bisa presidennya bisa di suruh turun sama rakyatnya,,, hehehehe
ReplyDeleteYa, kalau ke Agra lihat Taj Mahal, sekalian datang kesini.
DeleteAir adalah mata kehidupan, semegah apapun rumah atau istana kalau nggak ada air ya Percuman. Alhamdullilah Indonesia dianugerai air berlimpah. Ayoooo jangan sia siakan air.
Salam kenal mbak Zulfa :)
ReplyDeleteMbak, kalau tulisan kita dimuat di koran KR, bagaimana bisa dapat bukti terbitnya (saat ini saya tinggal di USA). Apakah ada versi epaper-nya atau beli lewat scoop/wayangforce?
Oiya, apakah betul ini alamat email redaksi KR: Redaksi@kr.co.id
Terima kasih sebelumnya, mbak :)
Salam Kenal Taschan.
Deleteterima kasih
USA? wah, pingin jalan jalan kesana.
Biasanya setelah kirim artikel perjalanan dan sudah dibaca oleh redaktur, mreka kasih tahu melalui email kalau artikel saya bakalan tayang. tapi tanpa kepastian tanggal, karena nunggu antrian dsb.
Biasanya setelah pemberitahuan itu, setiap hari sabtu saya cek e paper kedaulatan rakyat. Gratis kok. biasanya versi e paper agak siang di uploadnya.
emailnya sudah benar, tapi email yang itu suka mental terus. aku biasanya pakai email ini pikiranpembaca@gmail.com
Sama sama :) Semoga Artikelnya Tembus di Kedaultan Rakyat ya...
Luas banget istanane yo. Dadi kesane sepiii. Gedunge megah2 tenan.. ira
ReplyDeleteHe eh Luas buanget mbak, akeh sudut sing didatangni. dadi nggak uyel uyelan karo turis liyane. Sepi lan santai tapi yo iku, panassss
Deletekak istana jodha akbar itu dmna kak
ReplyDeleteDidalam situ :)
Deletewah mbak Zulfa emang kece abis dah mantap... gajian makan" y mbak hehe pizzz
ReplyDeleteAlhamdullilah. hayooo makan makan.
DeleteRiza Alvaro Tanya : Assalamualaikum mb zulfa...jumpa lagi dgn saya...hehehe.mb mo nanya nih...klo itt saya ke india sbb;taj mahal,qutub minar,agra port,fatehpur zikri,amritsar,lotus garden,amritsar, golden temple...yg pertama kali dituju sebaik nya yg mana yaa mb??trus stay di hotel nya lebih baik dimana??delhi apa di agra?thanks before...salam sayang..oia btw mb zulfa bisa bahasa hindi ga?haha.maap kepo..
ReplyDeleteJawab :
Waalaikumsalam.
Semoga Sehat ya.... Aamiin
Oh saya sesuaikan tempat wisata tersebut sesuai dengan kotanya ya
Delhi : Qutub minar, Lotus Temple (setengah hari bisa)
Agra : Taj Mahal, Agra Fort, Fatehpur sikri (artikel diatas) Semuanya bisa dijelajah dalam waktu sehari
Amritsar : Golden Temple
itinnya : Delhi - Agra - Amritsar. (tergantung arrivalnya dimana ya ?)
kalau Jalur yg bener gini : Agra - Delhi - Amritsar
Menurutku mending Stay di Delhi. karena hub semua trabsportasi ada di Delhi, jadi mudah untuk mencari kereta tujuan selanjutnya.
Bisa Hindi dikit,
Salam sayang juga *muahhhh
foto-fotonya apik, kesan simetrinya nampak ya mba.. simbol keseimbangan katanya..
ReplyDeleteMetur nuwun, aku ki asal jepret mbak. kurang mashir fotografi
DeleteLama banget yaa 15 tahun, trus cuman 1 tahun di tinggali #lelah
ReplyDeleteYuhuuuu Istana guedeeee soalnya. apalgi saat itu nggak ada crane atau tecknologi kayak sekarang. Sangat lelah
DeleteSalam kenal mbak Zulfa ... saya senang mendapatkan informasi yang berharga dari mbak ... Kebetulan saya memang mencari info sebanyak banyaknya tentang India, terutama Goa. Tapi saya bahagia bisa membaca share di blog nya mbak Zulfa, dengan demikian ilmu saya bertambah ..Kapan2 saya ingin ngobrol private dengan mbak Zulfa ...
ReplyDeleteSalam kenal juga helen.
DeleteInsyaAllah, seilahkan kalau mau ngobrol private. email saya ada disebelah :)
Thanks sudah mamapir ke blog