Menantang Andrenalin di Kedung Tumpang
December 05, 2015
Racikan
alam di pesisir pantai selatan berupa gulungan ombak yang dahsyat menyapu bebatuan
karang menghidangkan kolam alami nan
cantik.
Pagi
merekah di ufuk Timur ketika kami sampai di Desa Pucanglaban, Kecamatan Pucanglaban
Kabupaten Tulung Agung. Berbatasan dengan kabupaten Blitar. Setelah semalaman
membelah jalanan sejauh 150 KM dari kota Surabaya. Melewati jalanan menanjak
dan berkelok menggapai perbukitan yang dikerumuni pepohonan tinggi menjulang
dalam balutan kabut tebal.
Meski
cenderung masih pagi dan sedikit gelap, suasana desa diujung perbukitan ini
sudah riuh oleh obrolan para pengunjung yang didominasi anak muda. Sebagian
pengunjung bahkan bermalam disini. Tempat parkir sudah penuh dengan mobil bertipe
SUV dan bus mini. Kebanyakan dari mereka datang dari kota Surabaya dan
sekitarnya.
Dahulunya
pantai yang dikenal dengan Kedung Tumpang ini hanyalah tempat yang digunakan
warga setempat untuk memancing. Daya
tarik kolam alami berupa ceruk ceruk berisi air diatas bebatuan karang yang
berada tepat di bibir pantai membuatnya ramai dikunjungi wisatawan sejak 2
bulan yang lalu. Foto keunikannya tersebar begitu cepat melalui sosial media. Diakhir
pekan pungunjung membludak hingga mencapai ribuan meski pantai yang terbilang
masih perawan ini memiliki akses jalan yang cukup menguras tenaga.
Sampai
di tempat parkir, kami berhenti sejenak untuk beristirahat. Perjalanan
berlanjut dengan berjalan kaki sejauh 4 KM menapaki jalan setapak yang hanya
bisa dilewati oleh sepeda motor. Jasa ojek
tersedia dengan merogoh kocek Rp. 15.000 sekali jalan. Melewati gundukan
perbukitan yang landai dipenuhi dengan perkebunan. Menawarkan panorama halimun pagi
mengayomi baris perbukitan manghadirkan suasana yang tenang berbalut mistik.
Perjalanan
kami tehenti di sebuah bukit dengan deretan warung sederhana beratapkan terpal
dengan tiang seadanya. Lokasinya menyebar, ada yang berjualan disekitar tempat
parkir dan ada yang menjual di sekitar perkebunan yang digunakan sebagai akses
jalan menuju bibir pantai. Kebanyakan mereka menjual makanan dan minuman juga
sandal jepit.
Medan
menuju bibir pantai sangat curam dan berat. Menguras tenaga dan juga harus ektra
hati hati. Terdapat dua akses jalan menuju bibir pantai, melalui jalur kiri dan
kanan. Keduanya berupa jalan setapak dengan rimbun pepohonan.
Kami
memilih karena Jalur kiri karena lebih landai dan relative lebih mudah tapi
harus menempuh jarak lebih panjang yakni sekitar 400 meter. Pertama, kami
menapaki jalan setapak menurun dengan kemiringan 30 derajat diantara perkebunan
singkong, jagung dan Pisang. Dimusim kemarau, tanah menjadi kering membentuk
butiran butiran kecil yang membuat kaki mudah terpeleset.
Kemudian
mendekati bibir pantai jalanan bertambah terjal dengan kemiringan 45 derajat. Jalan
sempit yang hanya bisa dilalui satu orang saja dengan undakan sederhana dari
tanah. Terkadang gundukan batu menyembul dari balik tanah membuat kami
merangkak untuk melaluinya. Terdapat tali tampar yang dikaitkan di pepohonan
yang memudahkan untuk berpegangan.
Undakan
tanah dan tali tampar ini dibuat atas inisiatif warga setempat untuk memudahkan
wisatawan menuju bibir pantai. Bayangkan saja, diatas jalanan terjal dengan
kemiringan 45 derajat kita harus mengantri dengan pengunjung lainnya. Salah
langkah, bisa terjatuh dan menimpa pengunjung lainnya dan dilahap jurang yang
berujung bebatuan karang. Kaki saya gemetar ketika terpeleset melewati tanah
kering bergeragal. Ketegangan semakin bertambah dengan dentungan suara ombak memecah dengan ganasnya.
Sejatinya,
Kedung Tumpang bukanlah pantai seperti pada umumnya, dimana garis bibirnya
dipenuhi dengan hamparan pasir. Ketika kami sampai yang tersuguh adalah
orkhestra alam berupa tebing dengan hamparan bebatuan karang yang tersusun
sehingga dikenal sebagai Tumpang, sedangkan Kedung sendiri berarti ceruk yang
berisi dengan air.
Kedung
Tumpang diapit oleh dua pantai, yaitu Pantai Molang dan pantai Lumbung di sayap
Timur serta Pantai Glogok di sayap Barat. Berbeda dengan Kedung Tumpang yang
terjal dengan hamparan bebatuan karang, Pantai Molang dan Lumbung relative
lebih landai, mamanjang dengan hamparan pasir, ombak pantai Molang menawarkan
gulungan ombak yang tinggi, sangat cocok bagi mereka pecinta olahraga
berselancar.
Menebar
pandang jauh ke depan tampak hamparan Samudra Hindia menghantarkan gelombang
yang kuat menghantam bebatuan karang dimana kami berpijak. Berwarna biru
kehijaun.Tebing bebatuan menjorok kelautan sehingga nampak bagaikan sebuah
teluk kecil. Suara dentingan ombak menggema, menghantarkan semburat busa
dilangit langit yang membuat baju kami basah. Payung langit biru bergaris awan
putih menjadi pelengkap panorama keindahan yang ditawarkan.
Untuk
menuju kolam alami kami harus berjalan lagi sejauh 100 meter melewati bebatuan
karang yang terjal dan naik turun. Sesekali ombak datang menyapa menampari
bebatuan. Tinggi ombak disini tidak dapat diprediksi, terkadang rendah bahkan
hingga setinggi 10 meter. Beberapa penjaga membunyikan peluit panjang pertanda
gelombang tinggi datang. Meminta para pengunjung menjauh dari bibir pantai dan
bergegas menuju batu karang yang lebih tinggi.
Benar
saja, dari kejauhan nampak gulungan ombak yang tinggi dan memanjang. Merinding.
Detak jantung terdengar begitu jelas seiring dekatnya ombak. Saya bergegas
menuju batu dan berpegangan erat, meski sudah berada didataran tinggi tetap
saja semburat air laut menyapa punggung. Menegangkan!
Sesaat,
penjaga meminta kami berhenti sejenak menunggu hingga ombak tenang dan bisa
melanjutkan perjalanan. Bergidik ngiri ketika melihat sapuan ombak yang
menyeret segala yang diterpanya. Lanjut lagi dan berhenti, begitu seterusnya.Terkadang
kami harus gegas melewati bebatuan yang landai. Bahkan harus merangkak menaiki
bebatuan yang terjal dan licin.
“Ayo
mbak cepat bergerak, air akan semakin pasang ketika mendekati jam 9” ucap bapak
penjaga. Jika tidak lekas bergerak, kami bisa terjebak dan diterjang ombak.
Balik lagi maupun terus menuju kedung akan dihadapkan dengan ombak. Sedangkan
dibelakang kami tebing tinggi yang tidak mungkin untuk didaki.
Alhamdullilah,
akhirnya kami sampai di kolam alami yang menjadi ikon Kedung Tumpang. Dengan
pengorbanan sandal kami jebol. Kolam kolam yang berada tepat dibibir pantai ini
memiliki bentuk tidak beraturan. Ada yang bulat, lonjong, semua berdampingan
satu dengan yang lainnya. Kedalamannya juga berbeda satu dengan yang lainnya.
Kolamnya jernih nampak lebih natural apalagi bebatuan disekelilingnya dibalut
lumut hijau.
Kolam
kolam disini terbentuk akibat kikisan ombak yang menghantam bebatuan karang
selama bertahun tahun. Warnanya yang indah dan masih belum tersentuh oleh
banyak tangan manusia menjadi alasan wisatawan datang kemari. Sayang sekali,
ketika kami datang, tidak diperbolehkan berenang didalam kolam karena deburan
ombak terus menerus datang menyapu
kolam.
Disini
terdapat beberapa pedagang menjual minuman. Bahkan penjual batu akik cantik yang
didapat dari sekitar pantai. Puas bersantai menikmati deru ombak kami kembali dengan
melewati jalur kanan yang menanjak, terjal dan curam. Mendaki bukit dengan
mengandalkan tali tampar dan kekuatan tangan. Seru! Kenikmatan ini kami akhiri
dengan menyesap kesegaran es kelapa muda dengan suguhan alam pantai Lumbung.
Tips
- Persiapkan energi yang cukup
- Gunakan sandal atau sepatu trekking
- Datanglah pagi hari untuk dapat berenang di kolam alami
- Menjauhlah dari bibir pantai demi keselamatan
- Bawalah sampah anda kembali agar kebersihan dan keindahan Kedung Tumpang tetap terjaga
33 $type={blogger}
ahhhhh nie pantai emang bikin keceeee.... mupeng konon lagi hits di gelora anak instagram hehe
ReplyDeleteIya, lagi nge hits di Instagram. baru soalnya
DeleteWah,,, kemarin habis bunga sekarang berganti pantai,,,, btw, lumayan juga yaw kalau jatuh itu, langsung ke batu karang, tapi misal kalau langsung ke laut malah aman,,, hmmm pemandangannya kayaknya menarik rik rik
ReplyDeleteLumayan kalau jatuh. Ada teman yang keterjang ombak waktu kesini. Dagunya luka parah. kalau ke jatu ke ombak malah "aman" solanya langsung tenang bersamanya NYA.
DeleteSegerrrr pemandnaganya
Wah,,, tadinya niatnya refreshing malah kecewa nggak jadi seneng - seneng mbak karena dagunya luka parah,,, Hahaha, yaw jangan dong, masak tenang bersama ombak,,, ditulungi langsung nuw mbak
DeleteWah,,, kemarin habis bunga sekarang berganti pantai,,,, btw, lumayan juga yaw kalau jatuh itu, langsung ke batu karang, tapi misal kalau langsung ke laut malah aman,,, hmmm pemandangannya kayaknya menarik rik rik
ReplyDeleteAda temen yang jatuh ke batu, dagunya berdarah. Jatuhnya karen keterjang ombak gede. Nyungsep.
Deletekalau langsung ke Lau lebih aman dan wassalam. kegulung ombak ganas kayak gitu.
ayoo kesini, biasa tuh linta selatan dari jogya
Hahahaa,,, Iyaw mbak, bener laut selatan ombaknya memang bikin merinding,,,, Iya mbak,,, pernah sieh aku lewat Tulungagung, waktu itu ke Semeru,,, tapi pernah juga mengunjungi salah satu tempatnya Pantai Popoh,,, keren abis pemandangannya
DeleteKalau popoh itu suara gemuruh yang dari celah bebatuan (mirip goa) itu. merinding dengernya.
DeleteBukan mbak,,, tapi banyak kapalnya berwarna - warni, banyak pohon kelapanya di pinggir pantai, selain itu banyak patung hewannya juga,,, pokoknya suasananya dapet bangetlah, Tulungagung dan Trenggalek seinget saya memiliki pemandangan yang bagus banget
DeleteWah, bearti kamu sibuk sama yng sekitaran patung itu. Coba kamu kebawah, ada semacam batu besar, Nah di celah batu itu bisa dengerin gemuruh besar. Tapi dah lama juga nggak kesana, terakhir SMA, hehehe
DeletePetualangan tenan nang pantai iki, yooo... Seruuu! ira
ReplyDeleteemak mbolang si petualan. kalau langsing sih ok mbak. badanku kayak gini, rasane kudu nggelundung :)
Deletewah sulit juga ya jalan ke sana tp namanya pantai tetap mengasikan
ReplyDeleteya. walau sulit tapi sepadan dg pemandnagan yg ditawarkan
DeleteYaaa Olloh deburaan ombak nya dahsyat banget
ReplyDeleteBanget, harus siap siap terus. Banyak yg jatuh gegara ombaknya yg dashyat tiba tiba
Deletememang kerenn pantainya .. unik lagi .. tapi untuk sampai kesana-nya ... perjuangan da doa ya ...
ReplyDeleteehh .. batu akik-nya harganya sekarang sudah murah2 dong ...
Ya, waktu kesana lihat jalanan masih perawan dan terjal gitu langsung ping ngurusin badan :)
DeleteIya. sekarang batu akik muraha ya, ada yg 5.000 saja
Nek aku mesti wis gemeteran. Ombake gede. Nek ora ati-ati iso keseret. Tapi menuju ke sana pasti seru banget
ReplyDeleteYuhuuuu, iki kaki wis gemeteran. iyo, nang kene kudud ati ati ben nggak keseret
Deletemelok deg2an baca perjalanannya mba, medannya sungguh dahsyaaattt....
ReplyDeletesik Perawan mbak, mangkane medane sodok susah, :)
Deletewuaahh segitu beratnya ya medan menuju kesana mba... sampe dibikinin pegangan gitu.. ga kebayang aku... tapi pantai2 selatan memang ganas bener ya ombaknya... aku jg serem... laut roro kidul bangettt.. tapi ngeliat foto kolamnya, wuidihh, Bali kalah deh :D
ReplyDeleteLumayan mbak, kalau langsing sih oke ya. laaa badan segede gaban gini. ampe susah nafas waktu naik pakai tampar itu
Deletewow medannya *angkat tangan* saya menikmati ombak pantai selatan dari gunung kidul saja mba..hehehehe
ReplyDeletehehehe susah nian memang wedannya, tapi viewnya kece banget, khas pantai selatan.
DeleteIya pantai diguung kidul juga kece kece
mba zulfaaaaa.. typo mmmuuu....
Deletehahaha, kan Mrs typooooo mbak.
DeleteMedannya lumayan juga, sampe harus pegangan pada tali. Jadi ingat air terjun Pelangi di Lampung hahaha. Dan uwow, batu akiknya :D :D :D
ReplyDeleteHe eh, Lumayan gelendotan sampe meres lemak di pinggul. :)
Deletemirib sama tempat wisata di nusa penida bali, tapi yang bikin unik itu ada batu akiknya, lumayan tuk kalau wisata ke sana bisa cari batu akik. wkwokwowko
ReplyDeleteHehehe iya, tebing tebingnya kayka di Nusa penida.
Deletecinta sama batu akik juga tho ?