Keunikan Masjid Cheng Hoo Bernuansa Klenteng
November 23, 2015
Masjid
pertama kali di dunia dengan nama Cheng Hoo ini memiliki arsitektur kombinasi
gaya Jawa, Tiongkok dan Timur Tengah
Menelisik
tentang petilasan laksamana Cheng Hoo di Indonesia ini lebih menarik
dibandingkan dengan negeri dimana beliau dilahirkan. Di Semarang terdapat Klenteng yang didedikasikan khusus
kepada beliau, tapi tidak di negerinya. Di Surabaya sendiri terdapat Masjid Muhammad Cheng Hoo, yang
merupakan Masjid petama kali di dunia dengan nama Cheng Hoo.
Menarik
bukan? Meski sedikit aneh juga. Disisi lain Klenteng yang digunakan peribadatan
Agama Budha dan sisi lainnya sebuah Masjid tempat Umat Muslim beribadah. Tapi
Jika kita menarik garis merah dan sejarah, maka keunikan tentang Sang laksamana
penakluk Samudra ini terjawab sudah. Setelah bertandang ke Klenteng Sam Poo
Kong di Semarang bulan Agustus lalu, rasa penasaran menggiring saya bertandang
ke Masjid Cheng Hoo Surabaya ini.
Kebetulan bioskop di Surabaya lagi memutar film Everest. Saya dan keluarga
saya, Erlita berencana menyaksikan ketegangan film Everest setelah mengunjungi
Masjid Cheng Hoo. Dengan menunggangi si kuda Hitam Revo, kami menembus
kepadatan jalanan Surabaya ketika semburat jingga mulai menyapa di Ufuk Barat.
Masjid Cheng Hoo ini bisa dijangkau melalui Jl. Kusuma Bangsa (THR) atau
melalui Balai Kota Surabaya. Berjarak sekitar 1 KM dari Sate Klopo Ondomohen yang melegenda itu.
Sampai
disana, sebuah gedung bertingkat menyapa. Saya mengernyitkan dahi dan
mengundang tanya. Erlita yang sudah berkunjung kesini sebelumnya mengatakan
bahwa letak Masjid Cheng Ho ini berada di belakang Gedung. Ketika saya memarkir
sepeda seolah mengiyakan apa yang dia katakan, halaman Masjid Cheng Hoo ini
sebuah lapangan olah raga dengan hangar diatasnya yang berada tepat di belakang
gedung.
Masjid Muhammad Cheng Hoo yang
diresmikan tanggal 28 Mei 2003 ini sekilas nampak seperti sebuah klenteng. Peletakkan
batunya sendiri dilakukan pada tahun 2001 bertepatan dengan hari Isra’ Mi’raj. Masjid
berdiri diatas lahan seluas 21 x 11 m2. Dan luas Bangunan 11 x 9 m2. Angka 11 adalah
ukuran Ka’bah saat baru dibangun. Sedangkan angka 9 melambangkan Wali Songo
yang menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Didominasi
warna merah dengan kombinasi warna kuning dan hijau. Terdiri atas satu lantai dengan
ornamen 3 tingkat ditengahnya. Diujungnya sebuah Mozaik keemasan berlafazdkan Tuhan
pecipta Semesta, Allah. Bentuk bangunan mengingatkan saya akan gaya bangunan di
negeri Tiongkok.
Sebelum
menuju Masjid saya membaca prasasti Cheng Hoo yang menempel di Tembok Gedung.
Disana tertulis bahwa Cheng Hoo (Zheng He, 1371 – 1435) mempunya marga asli “MA” atau Muhammad dan bernama He (yang
berarti damai) alias “San Bao” (Berarti anak tersayang ketiga).
Selain itu beliau juga terkenal sebagai kasim “San Pao” (ejaan menurut bahasa Fujian). Klenteng Sam Poo Kong yang berada di Semarang diambil dari nama ini.
Cheng
Hoo adalah keturunan etnis (suku) “Hui” yang berasal dari Xi Yu (Bhukara di
Asia Tengah yang kini termasuk dalam Propin Xinjiang). Suku ini turun menurun
menganut agama Islam. Kemudian mereka pindah ke Kunming, Propinsi Yunan, Tiongkok
Barat Daya dan menetap disana.
Masjid Cheng Hoo ini
yang memiliki arsitektur perpaduan gaya China, Jawa dan Timur tengah ini berdampingan
dengan sebuah taman mungil. Taman dihiasi kolam dengan sebuah replika kapal
mengapung diatasnya. Berlatar belakang tembok dengan sebuah lukisan batu
menggambarkan wajah sang Laksama dan panorama negeri Tiongkok.
Konon
dikisahkan bahwa salah satu nenek moyangnya adalah Zaldinsyeh Samsuddin,
Seorang Raja di Xian-Yang Propinsi Yunan.Dan nenek moyangnya bernama Bai An.
Kakek dari Cheng Hoo yang bernama Medina dan ayahnya Myrikin. Merak sudah
menunikan Haji di Mekkah sehingga mereka secara terhormat dipanggil “Hazhi” (Haji dalam bahasa Indonesia).
Ayahnya yang dipanggil dengan Ma Hazhi terkenal sangat baik dan murah hati.
Suka membatu yatin piatu, janda, fakir miskin hingga disegani oleh penduduk
setempat.
Sejak
kecil Cheng hoo dikenal cerdas dan rendah hati. Pada saat dewasa watak
pembawaanya berkembang menjadi sangat cakap, tampan, tulus, simpatik dan pandai
bergaul. Wawasan dan visinya yang jauh kedepan sangat jernih dan mantap, mudah
dipahami dan diikuti.
Atas
perintah Dinasti Ming yang saat itu berkuasa, pad tahun 1405, Cheng Hoo
ditunjuk sebagai Laksamana dari pasukan laut kerajaan dan sejak itu dimulailah perjalana
akbar mengarungi 7 samudra. Untuk memenuhi tugasnya menjalin hubungan baik,
mengembangkan budaya, perdagangan serta
menjalin komunukasi dengan negara negara lain di dunia, beliau membawa pasukan
terbesar pada saat itu. Terdiri dari 27.800 orang dan lebih dari 100 kapal.
Terdapat
tiga pintu yang berada di tengah, kanan
dan kiri Masjid. Ketiga pintu ini terdiri atas tiga lengkung pintu yang
sekaligus berfungsi sebagai aliran udara. Pintunya terbuka tanpa penutup
berwarna kuning cerah. Kami masuk melalui pintu sebelah kanan yang berada tepat
disamping kolam. Sebuah bedug menggantung diatas. Deretan tiang warna merah
cerah menyanggah atap Masjid.
Bagian
dalam Masjid ini terdiri atas tiga bagian dengan sebuah sekat besi berukir.
Bagian tengah dimana mighrab berada letaknya lebih tinggi dari bagian kanan dan
kirinya. Bagian kanan digunakan untuk jamaah perempuan. Lantainya dibungkus
dengan karpet hijau yang tebal. Sementara langit langitnya berwarna hijau tua
dengan deretan garis kayu warna merah dan kuning.
Untuk
menuju bagian tengah terdapat 5 undakan. Lima disini melambangkan rukun Islam.
Jika kita masuk dari kiri, dari sana terdapat 6 undakan yang melambangkan Rukun
Iman. Mighrab Masjid dibingkai dengan dua tiang berwarna kuning keemasan.
Diatasnya sebuah kayu berukir dengan dekorasi Jawa.
Langit
langit Masjid membentuk 8 sisi dengan dekorasi menawan. Angka 8 artinya
melambangkan Pat kwa, dalam bahasa Tinghoa yang berarti Keberuntungan atau Kejayaan.
Langit langit ini membentuk tiga tingkatan sesuai yang kita lihat dari luar. Menggantung
sebuah lampu gantung hias yang cantik.
Sekilas nampak kecil tapi Masjid Cheng Hoo ini bisa menampung hingga 200
Jamaah.
Cheng
Hoo merupakan muslim yang taat dan saleh. Juru damai yang ulung dalam menciptakan
hubungan yang yang baik dengan negara negara di Asia dan Afrika. Cheng Hoo juga
baharian terbesar dalam sejarak bangsa Tingkok. Juga seorang perintis dalam
navigasi dunia. Tercetat dalam sejarah, beliau memulia perjalanan laut jauh
lebih awal dari bangsa Eropa. Yakni 87 tahun lebih awal dari Columbus. 92 tahun
lebih awal dari Vasco de Gamma dan 116 tahun lebih awal dari Magellan.
Selama
600 terakhir, tempat tempat yang pernah
dijelajahi oleh Laksamana Cheng Hoo masih dapat ditelusuri dan diakui
secara universal. Untuk memonumentalkan catatan dan fakta perjalanan sejarah
sebagai baharian yang jaya, utusan perdamaian terpuji dan juga seorang muslim yang taat dan Soleh, maka
umat muslim di Surabaya membangun Masjid Laksamana Muhammad Cheng Hoo.
*Liputan tentang Masjid Cheng Ho tayang di NET TV
*Liputan tentang Masjid Cheng Ho tayang di NET TV
19 $type={blogger}
iya ya mbak persis banget sama kelenteng, jadi inget masjid di film assalamualaikum beijing. kalau dengar cheng ho, aku ingetnya pelajaran SD. hihi
ReplyDeletehehehe aku belum lihat Film Assalamualaikum Beijing.
DeleteYuhuuu, Jadi inget pelajaran sejarah
Cheng Ho memang seorang laksamana Islam yang memiliki kharisma luar biasa, tak heran jika semua umat menganggumi dan mengabadikannya dalam berbagai bentuk.
ReplyDeleteBener banget. Mengarungi Samudra tanpa ada maksud menjajah.
DeleteBangunan masjid Cheng Ho di Surabaya ini miriiip banget ama masjid Cheng Ho di Batam. Cuma yang di Batam ukurannya lebih kecil..
ReplyDeleteBangunan masjid Cheng Ho di Surabaya ini miriiip banget ama masjid Cheng Ho di Batam. Cuma yang di Batam ukurannya lebih kecil..
ReplyDeleteMasjid Cheng Ho yg di Surabaya ini juga Kecil juga mbak, cuman designnya itu lho, cakep nian
DeleteNang Jember lagi dibangun Masjid Cheng Ho pisan... Seneng yo ndelok arsitektur mesjid sing unik2 koyok ngene. ira
ReplyDeleteWah, isok disambangi nek pas nang Jember mbak. Iyo seneng nontok Masjid dg arsitektur berbeda dan khas negeri tersebut
Deletejd pengin ngerasain sholat di dalamnya :) Suka ama mesjid2 yg bntuk arsitekturnya ga biasa begini
ReplyDeleteYuhuuu, menjejakkan pahala dimana mana ya mbak
DeleteHampir semua masjid pada komunitas tionghoa namanya Cheng ho, di kaltim juga ada
ReplyDeleteIya, namanya Cheng Ho, hampir semua. Wah, berbagi cerita ya Masjid Cheng Ho di Kaltim
Deletewah baru tau saya mbak di surabaya ada masjid ceng ho gini hehe keren mbak.....
ReplyDeleteAku juga baru tahu, setelah dikasih tahu teman langsung cusss kesini.
Deletememang bener2 unik ya mak ... namanya didedikasikan untuk klenteng dan mesjid
ReplyDeletekayaknya .. tidak ada yang begini kecuali laksamana Cheng Hoo .. hebatt .. sehebat sejarahnya beliau di masa lalu ...
Aku baca sejarahnya jadi tambah kagum sama beliau. Nggak pernah ada niatan menjajah, hana ingin bertegur sapa dengnan saudara jauh membelah samudra
DeleteKalau melihat masjid Cheng Ho di kota lain, langsung malu membandingkan dengan yang di Palembang. Jauh banget :((
ReplyDeleteKenapa yang di Palembang ? Jadi pingin tahu nih
Delete