Ekowisata Mangrove, Oase Ditengah Kepadatan Kota Surabaya
November 17, 2015
Tak
hanya menawarkan nuansa hijau hutan bakau juga mengayomi habitat berbagai jenis
burung yang bermigrasi dari berbagai negara
Perjalanan
menuju Ekowisata Mangrove membuat hijab saya basa oleh bulir bulir keringat.
Tak hanya letaknya yang berada di ujung Timur Surabaya. Juga kondisi jalanan
yang tak semulus paha Ceribel. Mendekati
kawasan Ekowisata Mangrove, dari jalan mencuat bebatuan tak beraspal ditambah
tarian debu di udara. Memaksa tangan saya mengendarai si Revo dengan ketahanan
penuh.
Sampai
di Ekowisata Mangrove ketika mentari tergelincir di ufuk barat. Sebelumnya kami
(saya dan keluarga saya, Erlita) menghabiskan hari menelisik monumen Tugu Pahlawan dan Kapal Selam. Pikir saya,
sore hari alam akan menawarkan hembusan udara yang segar. Dan juga tidak
terlalu ramai. Tetapi saya salah, meski sore hari udara kota Surabaya masih
menghantarkan panas dan masih banyak pengunjung pula.
Untunglah,
Ekowisata Mangrove yang menghampar disekitar pesisir timur pantai Surabaya ini menawarkan
nuansa hijau menyejukkan mata. Dari sela sela pepohonan berhembus angin dari
arah lautan. Jalanan setapak untuk menyusuri hutan berupa jembatan kayu. Sekitarnya
adalah rawa yang dipenuhi pohon bakau. Terdapat dua pemondokan kayu di sisi
kanan dan kiri menambah nuansa alami hutan yang berada di kawasan Wonorejo,
Surabaya Timur.
Kebanyakan
pohon bakau yang ditanam disini adalah hasil kerjasama dengan beberapa perusahaan
Nasional dan universitas setempat. Hal ini dapat dilihat dari papan papan kayu
yang ditancapkan diatas lahan dengan nama perusahaan atau universitas yang
menyumbangkan bibit bakau tersebut.
Diatas
jembatan kayu ini kami menuju ujung lainnya yang dikenal sebagai jogging track. Menuju kesana dari arah pemondokan kami harus menghadapi
sebagian jembatan yang sudah rusak. Banyak yang memilih memutar untuk menuju
jogging track. Kepalang tanggung, saya
memilih melewati jembatan hanya berpangku pada satu kayu. Bagai pemain akrobat,
badan saya yang bulat lebar ini harus seimbang melewati kayu. Lumayan bikin
kaki saya bergetar dengan detak jangung yang terdengar nyata di telinga.
Ditengah
hutan ini terdapat food stall yang menawarkan aneka makanan dan
minuman. Seperti lontong balap, soto, tahu petis, aneka gorengan, snack, minuman
dingin hingga souvenir. Berdekatan dengan food stall ini juga terdapat Musholla
dan juga toilet. Sayangnya, baik para penjual juga pembeli kurang memperhatikan
kebersihan lingkungan. Disekitar food
stall, sampah berserakan dimana mana.
Padahal tersedia tempat sampah. Mengenaskan!
Jogging track ini menawarkan nuansa hutan lebat
ditengah kepadatan kota Surabaya. Pepohonan rindang dan hutan bakau bersanding
mesra disini. Pengunjungnya pun bervariasi. Mulai dari dua sejoli, keluarga hingga
komunitas. Waktu datang kemarin kami bertemu dengan komunitas pecinta Reptil.
Dan juga seorang fotografer yang sibuk membidik aneka burung diantara rimbun
pepohonan.
Hutan
Mangrove ini tak hanya difungsikan sebagai kawasan hijau untuk menahan abrasi
air laut, Juga menjadi surga bagi satwa liar, khususnya burung. Masing masing
burung bermukim sesuai dengan habitat mereka tinggal.
Tak
hanya habitat burung yang bermukin lokal. Pada musim tertentu, ekowisata hutan
mangrove ini juga menjadi tempat migrasi berbagai burung dari belahan bumi
lain. Terdapat puluhan aneka jenis burung yang ada di wilayah timur pantai
Surabaya ini. Seperti kuntul putih, Tekukur biasa, kekep babi, cerek Jawa,
Blekoh Sawah dan masih banyak lagi.
Asyiknya
lagi kita bisa menyusuri kawasan pesisir Timur pantai di hutan Mangroove ini dengan
menggunakan perahu kayu. Tak Mahal, hanya merogoh kocek Rp. 25.000/ orang. Hutan
Bakau ini bagaikan oase ditengah padatnya kota Surabaya. Dan juga sebagai salah
satu tempat nongkrong asyik sambil menghirup udara segar.
Fotografer ini serius banget membidikkan kamera mencari berbagai jenis burung disini |
Ekplore Hutan bakau dengan menggunakan kapal hias ini |
Komunitas pecinta reptil |
Menjelang
matahari tenggelam, kami bergegas pulang. Tapi kaki saya terhenti ketika ada
bapak bapak yang sibuk memindahkan bibit tanaman bakau dari truk kecil.
“Sore
pak, bibit ini didatangkan dari mana ya ?”
“Oh,
ini bibit didatangkan dari Probolinggo”
“Oke,
Saya kira bibit tanaman ini dari sini saja”
“Ya,
selain mengembangkan bibit disini, kami juga mendatangkan bibit tanaman bakau
dari luar kota”
“Harganya
berapa pak per pohon per phon kecil gitu?”
“Rp.
2500 mbak”
Kami
kemudian berbincang dengan bapak pengurus hutan Mangrove. Beliau kemudian menjelaskan
bagaimana proses pembibitan ini dilakukan. Sebelum menjadi tanaman kecil kayak
gini, bibit tanaman bakau akan tumbuh
menjulur seperti asparagus. Dibiarkan bergerombol didalam air hingga mencapai usia
tertentu. Kemudian dipindahkan kedalam wadah plastik satu persatu hingga tumbu
menjadi pohon kecil. Setelah itu baru dipindahkan kea lam liar.
Si
bapak kemudian menunjukkan bibit tersebut yang berada tepat dibawah pemondokan
kayu. Wih, saya yang menyaksikannya masih tidak percaya kalau ini adalah cikal
bakal tanaman mangrove. Bener, sekilas nampak seperti hamparan sayur Asparagush.
Bedanya, batangnya lebih keras dengan ujung seperti cakar kuku burung mungil.
Cikar bakal pohon Mangrove |
Langit
yang benderang mulai disapu warna jingga sang surya hingga gelap menyapa. Kami
bergegas meningalkan hutan Mangrove, karena takut kemalaman di jalan. Yang
bikin saya heran, Jam segini masih banyak pengunjung yang datang dan tempat
parkir masih dipenuhi kendaraa bermotor. Trus, ngapain mereka kesana menjelang
malam gini? Disitu pikiran saya langsung dipenuhi hal negatif yang membuat
bibir saya menyunggingkan senyuman. Jangan mikir parno duluan!. Mungkin saja mereka
sedang ‘memancing’ ikan. Hehehe
56 $type={blogger}
Main ditempat teduh seperti itu dan memotret, bisa berlama-lama tuh Mbak Zulfa. Aku pernah ke tempat seperti ini di Kalimantan. Namun tidak secantik di Pantai Surabaya ini :)
ReplyDeleteIya mbak, aku 4,5 jam nggak puas. masih pingin duduk santai. Mas yang fotografer itu malah sejak pagi. dan ketika aku balik pulang, dia masih disana. Suka sama suasananya
DeleteSegede ini aku belum pernah dolan ke hutan mangrove. Kayaknya asik goler-goler sambil liat yang ijo-ijo nih
ReplyDeleteKamu soalnya masih muda, jadi lebih suka ke tempat yang banyak 'daun hijau'. hehehe
DeleteAyo dolan nang Surobo trus engkok tak jak klayapan mrene :)
Apik nggone Zulfa.. Bibite lucu tiba, yo.. Koyok cakar burung.. ira
ReplyDeleteIyo, koyok cakar burung pucuk e.
DeleteKalau datang malam-malam sama pasangan mungkin akan memancing birahi Mbak wkwkwk
ReplyDeletehahaha, tobat tobat!
DeleteWah.. sekarang makin cakep niih.. Dulu waktu kesini jembatannya belum ada...
ReplyDeleteYa dibuat cakep dan Jembatan dibangun menyambut kedatanganku *dikeplakkayu. hehehe
DeleteAda beberapa jembatan yang rusak juga mbak Dee
waaa,, boleh juga ni kalo ke surabaya melipir ke sini
ReplyDeleteHarus, datang sore aja, biar adem.
Deletewihhh baru tahu di Surabaya ada ginian.... heuheuehue
ReplyDeletetop,,,,
Iya, Banyak yang nggak tahu. Seringnya ke Suramadau. Aku sendriri barusan tahu dan langsung cussss kesana
DeletePasti banyak yg pacaran hehehe
ReplyDeleteKok Tahu? Cumi pasti sering pacaran disana, ya. Hati hati looo, nggak bagus buat 'perawan' kayak kamu :)))
DeleteAdem banget liat suasananya. Waktu mau ke Banyuwangi bln Agustus lalu sempat ditawari untuk mampir ke sini, soalnya katanya dekat dan arah bandara. Tapi belum kesampean.
ReplyDeleteBanget. banyak yang duduk santai sambil ngobrol, bahkan banyak yang foto ala foto model. Iya mbak, ini dekat bandara, sama sama daerah Rungkut.
DeleteDi Mughal garden juga banyak orang yang menjual bibit dalam bentuk biji. Ahlan beli banyak tuh, ntah bisa tumbuh atau nggak ya di sini.
ReplyDeleteKalau bibit tanaman Asli Kashmir, susauh hidup di Indonesia. karena beda cuaca. Aku biasanya beli bungan di Malang, sampai gresik, eh mesti mati. Moga moga aja bisa ya, lumayan nggak usah ke Kashmir, jadinya lihat Ahlan Garden
DeleteAku naksir view jembatan dan jalan kayunya itu Mbak, unik dan pasti sejuk rasanya duduk-duduk di sana
ReplyDeleteMeang jembatan kau itu yang bikin cantik dan iconik. Betah berlama lama duduk sambil ngobrol
Deleteserunya liburan ke hutan mangrove
ReplyDeleteBanget!
Deletembak zulfa dulu waktu anak2 masih balita sering diajak mbolang g?
ReplyDeletetips biar stamina bisa sama kayak balita gimana ya?
saya kdg suka ngos2an apalagi klo dia dah tidur di tengah perjalanan
biasanya kami cuma ber2 kalo pergi2 hehe
Hehehe, Iya waktu kecil sering diajak mbolang. Bhakan waktu SD sudah sering ngerasain naik motor sampe pantat panasss, hehehe
DeleteAku juga biasanya pergi berdua sama Najin. Biasanya, dia tidur di pangkuanku klo dlm perjalanan. Tipsnya, sering gerak dirumha, biar stamina terjaga ketika travelling. Trus yg penting itu emosional kita sendiri, Maklum kalau sama anak anak, ada aja kan tingkah mereka atau pingin apa. yang penting tenang dan..... senyum :)
Cantik buanget, alami dan hijau pemandangannya
ReplyDeleteHe eh, kayak pemilik blog ini, lalu digampar. Seger memang kalau ngadem disini.
ReplyDeletewah surabaya keceh y mbak ada ginian mantap dah.....
ReplyDeleteHe eh, Surabaya punya beberapa tempat wisata bagus.
DeleteDi Bali Barat dekat Pulau Menjangan jg ada tempat seperti ini tapi jembatannya terbuat dari bambu... Banyak wisatawan datang dari Pulau Menjangan menghabiskan waktu di Hutan Mangrove.
ReplyDeleteDi Bali Barat dekat Pulau Menjangan jg ada tempat seperti ini tapi jembatannya terbuat dari bambu... Banyak wisatawan datang dari Pulau Menjangan menghabiskan waktu di Hutan Mangrove.
ReplyDeleteYa, aku sudah ke Menjangan cakpe banget pulaunya. Pingin kesana lagi menyaksikan adat yang di purenya itu. kemarin nggak sempat
DeletePengen sih mbak ke hutan mangrove. Sbnrnya di daerah sya ada mbak cmaaaa...hmmmm...parah...dlu wkt msh kecil sering bngt...dinas pariwisatany kurng memperhatikan hutan tsb pdhl sngt bagus to obyek wisata...
ReplyDeleteHadew, Sayangnya adnai saja dirawat dengn baik bukan hanya sbg tmp wisata juga untuk kelasungan lingkungan itu sendiri.
DeleteMantap
ReplyDeleteMantap
ReplyDeleteSiiippp..
ReplyDeleteSiiippp..
ReplyDeleteEmang di surabaya mana posisinya,,di kenjeran ya mba??
ReplyDeleteNah itu sudah dijawab. Aku lewat yang stiko mentokkk
DeleteKeren.. Kirain surabaya gedung gedung dan rumah rumah saja..ternyata masih ada hijaunya
ReplyDeleteyuhuuuu, Nggak cuman museum juga, masih ada lahan greenery
DeleteEkreeeeek.. moga aj ud berubah, lebih bersih no sampah n tk panas. Bagi yg suka bilang keren n berkujung Buang sampah pd tempatnya ya,
ReplyDeleteYuhuuuu semoga nggak buang sampah sembarangan. Sayang lingkungan dijaga malah dirusak dengan samaph
DeleteKapan mbak mau ke menjangan lagi...
ReplyDeleteKapan mbak mau ke menjangan lagi...
ReplyDeleteKapan mbak mau ke menjangan lagi...
ReplyDeleteEnath kapan lagi. masih di negeri Mahabharata ini
DeleteKapan mbak mau ke menjangan lagi...
ReplyDeleteKalau datang malam-malam sama pasangan mungkin akan memancing birahi Mbak wkwkwk
ReplyDeleteHahahaha, Tuh kan benar ujung ujungnya ke .... "situ" juga :)
DeleteAku naksir view jembatan dan jalan kayunya itu Mbak, unik dan pasti sejuk rasanya duduk-duduk di sana
ReplyDeleteiyo sejuk seru nang kono, enak kanggo leyeh leyeh
Deletekudu ngguyu mak, nek ono wong sing hape ne lugur nang banyu.. :D
ReplyDeleteOjok ngguyu, sakno hape ne lugur. tapi nek kakean selfie...yo jarno #eh.
Delete