Kejengkang Rasa Tahu Pong Semarang
October 09, 2015
Gurih tahu berpadu dengan kuah bawang bikin lidah bergoyang
Berkelana rasa di kota Semarang
rasanya belum lengkap tanpa mencicipi Tahu Pong. Kuliner Semarang ini berasal dari kata Kopong,
yang artinya kosong. Ketika digoreng tahunya menggelembung membuat bagian dalam
tahu ini kosong. Namun ada yang bilang, Pong berasal dari bahasa Hokkian, Phong yang berarti menggembung.
Seperti yang saya ceritakan dalam
postingan sebelumnya tentang Klenteng Laksamana Cheng Ho. Bahwa Kota Semarang menjadi kota yang
pernah didatangi bangsa Tiongkok dan ada yang tinggal. Secara tidak langsung
tercipta akulturasi budaya dan kuliner antara Jawa dan Tiongkok. Salah duanya Lunpia Gang Lombok dan Tahu Pong.
Di kota Semarang sendiri ada dua penjual Tahu
pong yang sudah melegenda, Yakni Tahu Pong Jl.Gajah Mada dan Tahu Pong Prapatan
Depok. Pertama, sahabat saya Tarie mengajak saya menuju Tahu Pong Gajah Mada. Duh!
belum jodoh kali, ya, sesampainya disana Tahu Pong sudah habis.
Lanjut menuju Tahu Pong Prapatan Depok dengan harap
harap cemas. Galau kalau kebahisan juga. Sampai disana, ternyata masih ada.
Alhamdullilah. Tahu Pong Prapatan Depok ini tempatnya sangat sederhana. Berupa
bedak/warung kecil warna hijau. Berada di Trotoar jalan. Beratapkan tenda. Dengan
bangku kayu yang tidak banyak.
Kami memesan tahu Pong biasa. Menu
disini bervariasi, tapi khusus menghidangkan menu olahan tahu. Ada Tahu Gimbal,
ini semacam gimbal/bakwan udang yang digoreng renyah. Kemudian ada tahu emplek,
tahu Kopyok dan tentu saja Tahu Pong. Jika suka bisa ditambahkan telor dalam
hidangan yang kamu pesan.
Setelah memesan, si Ibu penjual
segera menggoreng Tahu Pong dalam wajan besar. Hmmm suka, tahunya dimasak fresh dalam penggorangen. Sambil
menunggu tahu matang, ibu penjual meracik pelengkap Tahu Pong.
Kepo, saya mendekat ke meja yang
bersanding dengan tempat penggorengan. Disana ada kecap, Cabe rawit, petis,
gimbal udang, telur, acar dan air bawang. Mata saya tertumbuk pada mesin
penggiling tangan. Rasanya sudah lama sekali saya tidak melihatnya. Kata si
ibu, mesin ini untuk menggiling cabe. Jadi tekstur sambalnya masih kasar.
Hidung dan gigi saya langsung menggigil menghirup aroma seger sambalnya.
Tahu
Pong Prapatan Depok sudah lama sekali berdiri disini. Termasuk
warung tempo Doeloe si Semarang. Pendirinya (alm) Bapak Ridwan Sunyoto,
dahulunya berjualan keliling. Kemudian menetap di dekat persimpangan jalan ini
sejak tahun 1950. Oh ya, mesin penggiling tangan ini seumuran dengan warungnya,
lho.
Sekejap kemudian Tahu Pong panas
terhidang diatas Meja bersama pelengkapnya. Yakni Sambal Giling, Acar dan Air
bawang yang sudah dicampur dengan petis dan kecap. Air bawang ini encer dan sekilas
nampak seperti cuko Pempek. Hanya saja ada serakan bawang mentah yang
sudah ditumbuh kasar. Jika kurang suka dengan rasa petis, bisa minta kuahnya
nggak usah ditambahin petis.
Tahu gimbal, telur, petis, cabe dan kuah bawang |
Tahu Pong Prapatan depok dan mesin gilingan tangan legendaris |
Kuah bawang, acar lobak dan sambal |
Tahu Pong Semarang |
Saya potong tahu selagi panas. Kemudian
saya celupkan kedalam kuah bawang, biar kuahnya meresap kedalam pori pori tahu.
Sebelumnya, kuahnya saya campur sedikit dengan sambal. Ketika mendarat dilidah
sensasi rasa bawang menggoyang lidah berpadu dengan rasa gurih, manis dan pedas.
Sebagai penyeimbang rasa segar, dimakan bersama dengan acar.
Acarnya ini spesial, lho. Bukan acar
mentimun tapi lobak putih. Rasanya seger, sedikit manis dan masam. Jujur ya,
ini pertama kali saya mencicipi acar Lobak. Ternyata enak. Kalau di India lobak
ini digunakan sebagai salad. Sayang, si ibu cuman kasih sedikit acar, coba
kalau dikasih semangkok. Bisa saya habisin sendiri. Hehehe Enaknya kebangetan.
Menurut penjualnya banyak pelanggan yang secara khusus membeli acar nya, selain
enak juga untuk pengobatan.
Sepiring Tahu Pong dijual dengan
harga Rp. 14.000. Tahu Pong ini sebenarnya camilan. Cuman, satu porsinya
menghidangkan Tahu pong lumayan banyak, bikin perut kenyang. Fyi, Tahu Pong Perempatan Depok ini buka
sore Jam 17.00 hingga malam sekitar jam 23.00 WIB. Jadi salah satu alternative kuliner malam di Semarang,
selain Simpang Lima Semarang dan Pasar Malam Semawis. Mbadok yuk….
11 $type={blogger}
Aku kemaren belum sempat nyobain tahu pong Semarang... Beneran deh, sepertinya harus disediakan waktu khusus untuk wisata kuliner di Semarang ini..
ReplyDeleteAkuh siap jadi guidemu kok, Mbak Dee. Apa sih yang enggak buatmu :))) *kedip2
DeleteTuh kan, siap mbadok lagi sama dirimu mbak :)
DeleteEalaaaah aku jadi kangen mangan tahu pong. Enak banget kan? Apalagi bagi penggemar tahu :p
ReplyDeletehe eh, banget enaknya, eh kamu penggemar tahu juga kah ? Tosss. kebetulan kita kemarin banyak mencicip tahu. huhuhu jadi kangen dirimu. Sehat selalau ya mbak yu :)
DeleteDepok bukannya di deket jakarta yaaa, kok di di semarang ??? #kabur
ReplyDelete*plakkkk *plorot kancut Takut girap girap, hehehe
Deletekelihatannya cabenya mantepss.
ReplyDeleteMantep banget mbak, trecep trecep gigi kena aroma sambelnya :)
DeleteAku juga belum bisa nyobain padahal penasaran ama rasanya. Di Semarang ini kulinernya banyak yg melegenda ya, warungnya juga sederhana. Namun ada baiknya dibenahi agar pengunjung lebih nyaman n betah.
ReplyDeleteKlo pingin cobain sangemua kuliner Semarang harus disediakan waktu khusus. Soalnya kuliner banyak banget. Iya, di Semarang yang paling enak dan tertata Rai itu Simpang Lima
Delete