Berburu Kuliner di Simpang Lima Semarang
September 28, 2015
Menyajikan
kuliner khas Semarang hingga Kuliner nusantara
Perut
rasanya berontak. Belum makan sejak pagi, berangkat dari Gresik trus langsung jelajah Kota lama Semarang. Jalan kaki
lagi. Maksud hati ngelunturin lemak dibadan tapi ujung ujungnya malah balas
dendam. Kami sempatkan mengganjal perut di angkringan depan taman Sri Gunting
sebelum beranjak ‘kalap’ menuju Simpang Lima Semarang.
Simpang Lima
merupakan Jantung kota Semarang, Ibu kota Jawa Tengah. Ditengahnya terdapat
Alun alun yang menjadi pusat atau titik dari lima persimpangan jalan. Disekitarnya
berdiri hotel hotel berbintang dan juga pusat perbelanjaan.
Geliat
keramaian terasa ketika malam tiba. Siang hari trotoar yang digunakan sebagai
jalan kaki disulap menjadi food stall. Keseluruhan trotoar lingkar luar
alun alun dipenuhi dengan jajaran penjual makanan dan minuman beratapkan tenda.
Menyajikan aneka kuliner khas semarang hingga kuliner nusantara.
Sampai
di Simpang Lima nafsu makan saya langsung melonjak. Asap melambai lambai
menghantarkan aroma menggoda. Deretan penjual makanan memamerkan menu menggugah
selera. Mulai dari camilan, makanan berat hingga es teller. Perut saya langsung
menggeliat kesenangan. Sementara sang liur semakin deras mengalir.
Saya
bilang ke Tarie, pingin makan camilan saja. Nggak mau makanan berat. Bukan
karena badan saya sudah berat. Tapi pinginnya si perut bisa menampung aneka kuliner khas Semarang yang ingin lidah cicipi
malam itu. Memang niat utama saya ke Semarang adalah wisata kuliner, sekalian
main kerumah Tarie. Kenalin, Tarie ini pemilik blog jejaksematawayang.com.
Pertama
Tarie ngajakin saya cobain Tahu Petis
Semarang. Tahu goreng dibelah dan diisi dengan petis. Kalau tahu petis Banyuwangi tekstur petisnya
lebih encer. Tekstur petis disini lebih padat. Warnanya hitam pekat. Rasa petis
ikannya lebih mild dan manis juga nggak terlalu. Dan dihidangkan bersama
cabe rawit hijau. Rasanya sedap dan tahunya nggak terlalu asin.
Alhamdullilah,
makan 3 potong tahu rasanya sudah kenyang. Padahal masih banyak kuliner yang
ingin saya coba. Akhirnya kami memutuskan jalan jalan santai di alun alun. Biar
makanan turun dulu trus mbadok lagi.
Alun
alun Semarang ini dikenal juga sebagai lapangan Pancasila. Alun alun kota
begitu hidup dengan jajaran sepeda hias yang disewakan untuk keliling alun
alun. Banyak keluarga sekitar kota semarang maupun luar kota menaiki sepeda
sambil ketawa cekikikan. Bahagia itu sederhana. Sesederhana menaiki sepeda hias
dengan anak anak. Atau bersepeda berdua bersama pasangan. Saya dan tarie cukup
berjalan santai sambil berbincang mengelilingi alun alun.
Setelah
satu putaran, kaki sudah gempor dan perut mulai kosong. Menu selanjutnya yang
pingin kami cicipi adalah Nasi pecel
Mbok Sador. Nasi pecel idola warga Semarang. Pecel Mbok Sador ini memang
selalu ramai dengan pembeli. Kaki yang sudah gempor masih ‘dipaksa’ antri. Saya
jadi makin penasaran, apa sih enaknya pecel mbok Sador?
Antrinya
lumayan. Untung yang antri Tarie, saya cuman duduk manis. Ngantri pecel di Mbok Sador sampe si bibir
nganggur. Setelah 20 menit berlalu, Tarie membawa sepiring nasi pecel.
Disajikan diatas piring rotan dilapisi daun pisang. Nggak tanggung tanggung, 7
lapis daun daun pisang.
Porsinya
nasinya sedikit, tapi sayurnya lumayan banyak. Cocok buat yang lagi diet. Sayurnya terdiri atas sayur gubis,
kacang, kecambah, daun pepaya dan daun keningkir. Ditumpangi dengan rempeyek
dan krupuk puli. Trus disiram sama bumbu pecel spesial.
Antri lumayan panjang buat merasakan sepiring nasi pecel Mbok Sador |
Jeroan Sapi dan rempeyek |
Aneka Sate pelengkap Nasi pecel |
Nasi Pecel Mbok Sador |
Sepiring
nasi pecel Mbok Sador bisa dinikmati dengan aneka macam lauk pauk. Seperti tahu
tempe goreng, telor ceplok, gimbal tempe, Jeroan Sapi dan aneka macam sate.
Yakni sate telur putuh, sate usus dan sate kerang.
Rasanya?
Tentu saja enak. Bedanya sama pecel lain? Dari segi warna, bumbu pecel Mbok
sador ini warnanya coklat kekuningan. Nggak seperti pecel lainnya yang warnanya
cenderung coklat tua. Rasanya pedas. Yang membedakan ini pengunaan gula
merahnya. Rasanya beda. Gurih Sedap, rasa segar kencur dan daun jeruk terasa
menggelitik lidah.
13 $type={blogger}
Beda dg pecel jawatimur ya mbak, setauku di warung pecel jawatimur sandingannya ga pake segala jenis sate-satean itu. Menarik ya, masing2 tempat ada cirinya sendiri
ReplyDeleteYa,kalau pecek Jwa Timur sandinganya sama tempe goreng atau rempeyek.
DeleteHe eh, semakin banyak kuliner ke daerah, semakin tahu ciri khas kota tersebut
Aku belum pernah jajan-jajan di Simpang Lima. Pingin ke sana kalau ke Semarang lagi. Liat yang makan rame banget. Makanannya enak-enak pula. Mbak Zulfa makin berat atau makin ringan abis keliling Semarang? :D :D
ReplyDeleteEh, Kirain kemarin ke Ssemarang kemarin kulineran kesini, jadi belum sempat ya? Semoga next ke Smearang bisa kulinerab ya mbak.
DeleteHarapan sih semakin ringan, tapi jarum Timbangan makin ke Kanan :))))
aku lgs pgn tahu petisnya mbaaaa ^o^... bsk beli tahu ah... :D
ReplyDeleteHayoooo :)))
DeleteHadohhhh iki artikel megeli polll. ira
ReplyDeletehahaha, ngapunten mbak yu.
DeleteDiluk engkas megeli poolll, wkeh kuliner sing ape diposting :)))
Kemaren kami gak jadi mau kulineran di sini.. Soale pas malem Minggu, wedi macet.
ReplyDeleteNext time kudu balik lagi, khusus untuk wisata kuliner seperti sampean.. Pecelnya looks yummiiii....
iyo, kawasan iki rameee banget. Nah, bener, next time ke Smearang khsusus wisata kuliner. Dadi isok nandi anndi karo nyoba kabeh panganan
DeleteSaya tertarik dengan tulisan anda. Saya juga mempunyai tulisan serupa yang anda bisa lihat di www.pariwisata.gunadarma.ac.id
ReplyDeletepoleh kelingan 5 tahun lalu, menjejakkan kaki nang semarang mak..
ReplyDeletemaem an e enak-enak, soto semarang, bakso urat, es degan campur nangka, angkringan e ruame seru pas tengah wengi mak.
Tengah wengi ? hadew aku mak baik baik jarang kelayaoan malam malam. pencitraan. hahaha
DeleteKuliner malam nang semarang sing enak opo , nandi? meneh InsyaAsllh nek mrene tak ampiri