Tradisi Tumpengan di Hari Kemerdakaan
August 18, 2015
Gunungan
nasi berbentuk kerucut dilengkapi lauk pauk tersirat sebuah makna dan harapan
didalamnya.
Seperti
biasanya, dimalam hari kemerdekaan Indonesia di kampung tempat tinggal saya diadakan
acara tirakatan. Acara tasyakuran yang lebih dikenal dengan nama 17 an ini
untuk mensyukuri kemerdekaan Negara Indonesia dari penjajahan. Acara yang diadakan
setiap tahun ini didahului dengan gotong royong membersihkan kampung dan sederet
perlombaan mulai anak anak hingga Ibu Ibu.
Selepas
Maghrib bapak bapak dikampung mulai memasang lampu pijar dan menggelar tikar di
jalan. Sementara Ibu ibu berbondong bondong membawa nasi kotak kerumah pak RT.
Jumlah nasi kotak sesuai dengan jumlah keluarga ditambah ‘bonus’ satu kotak
lagi.
Setelah
shalat Isya’ seluruh warga berkumpul di jalan bersama keluarga mulai bapak,
ibu, anak anak hingga bayi. Seluruh warga duduk diatas tikar aman dan nyaman yang digelar
jalanan. Baik warga setempat atau penduduk goyang.
Acara
dimulai dengan pembukaan sambutan dari ketua RT. Kemudian dilanjutkan dengan
pembagian hadiah kepada para pemenang lomba. Dan terakhir pembacaan Doa.
Setelah itu diikuti pemotongan nasi tumpeng oleh bapak ketua RT dan pembagian
kotak nasi kepada seluruh warga. Subhanallah. Acara makan bersama ini selalu
diliputi kebahagiaan membawa kerukunan dan keakraban. Makan jadi lahap dan
asyik.
Bapak, Ibu, remaja dan anak anak kumpul bersama |
Merenung kemudian mengucap MERDEKA! |
Nasi Kotak yang dikumpulkan dari setiap warga |
Makan Bersama |
Aku dapat Nasi Kuning ini, Alhamdullilah Enak :) |
Dulu
ketika saya masih kecil hingga dewasa setiap rumah membuat Tumpeng. Tumpeng
sendiri adalah Gunungan nasi dibentuk kerucut dilengkapi dengan hamparan lauk
pauk. Biasanya disajikan diatas tampah berbentuk wadah bundar tradisional
terbuat dari anyaman bambu. Kemudian dialasi dengan daun pisang.
Falsafah
tumpeng yang berbentuk kerucut mirip dengan bentuk sebuah gunung ini berkaitan
dengan kondisi geografis Indonesia. Terutama pulau Jawa yang dipenuhi dengan
jajaran gunung merapi. Tumpeng juga berasal dari kepercayaan leluhur masyarakat
Indonesia dahulu kala yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayannya para hyang atau arwah leluhur.
Setelah
masyarakat Indonesia memeluk agama Hindu, selanjutnya falsafah tumpeng
dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu. Tumpeng yang berbentuk kerucut dimaksudkan
untuk meniru bentuk gunung Mahameru (Semeru). Orang Hindu percaya bahwa
Mahameru tempat bersemayannya para Dewa Dewi.
Biasanya
ada dua macam variasi nasi tumpeng, yakni nasi kuning atau nasi putih. Kalau nasi
kuning dilengkapi dengan lauk pauk seperti tempe kering, perkedel, telur dadar
yang diris iris memanjang dan ayam goreng. Ditambah dengan ketimun serta hiasan
daun seledri dan irisan cabe merah besar. Sedangkan Tumpeng nasi putih berisi
sayur urap urap, tahu dan tempe goreng, ayam goreng atau panggang, telur rebus
dan ikan digoreng (bandeng goreng, ikan teri atau dalam rempeyek Teri). Biasanya
seluruh lauk pauk yang ada mengandung beberapa unsur alam. Yakni hewat laut
(bandeng atau rempeyek teri) hewan darat (ayam atau telur) dan sayur mayur.
Setelah
masuknya Islam di tanah Jawa. Tradisi Tumpeng ini tetap dipertahankan tetapi
menghilangkan falsafah dan kepercayaan yang ada sebelumnya. Bahkan nggak harus
dalam bentuk kerucut. Hanya rasa syukur atas segala berkah dan karunia yang
Allah berikan kepada penduduk Bumi. Sekaligus menjaga kebersamaan dan kerukunan
tetangga. Nasi Tumpeng atau dalam acara tradisi jawa disebut tumpengan diadakan
untuk acara tasyakuran. Misal ada kelahiran, perkawinan hingga acara
kemerdakaan Republik Indonesia.
Acara
Tumpengan ini tidak hanya berlangsung di tanah air saja. Tumpeng juga menjadi
simbol acara tasyakuran hari kemerdekaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di seluruh
Dunia. Dan, tahun ini saya melewatkan acara undangan 17 Agustus di KBRI Delhi.
Bakar Ikan bersama hingga malam hari |
Setelah
makan bersama dilanjutkan dengan acara melekan
atau begadang. Ada layar tancap, main kartu, main karambol, ngobrol, karaoke, Sate
an, Bakar jagung dan Juga Bakar Ikan. Ibu ibu ngobrol sambil mempersiapkan
gorengan. Dan… saya yang manis ini bertugas memijit serta melumeri ikan dengan
jeruk nipis dan kecap manis. Alhamdullilah tahun ini saya bisa merayakan
kebersamaan bersama tetangga tercinta.
Jayalah
Selalu Indonesiaku, Merdeka!
20 $type={blogger}
Saya dikirimin foto teman2 yg ngerayain 17-an dikampung mreka, rata2 sama mbak. di malang mojokerto surabaya gelar tiker di jln/ gang depan rumah, tumpeng, nasi kotak donasi setiap warga. Tapi layar tancap di tempat mbak zulfa wow... luarbiasa masih ada ya
ReplyDeleteWah seneng ya rame dimana mana. Ya, masih ada layar tancep dan nayangin acara ludrukan kartolo yang bikin ketawa kepingkal pingkal, hahaha
DeleteAhhh kartolo jadi ingat, jaman aku SD itu. Tiba2 wajah kartolo ingat banget nih mbak sekarang
DeleteAku juga sudah lama nggak nonton kartolo, kemarin waktu ngelumerin ikan dengerin ludrukan kartolo sampe nggak konsen, gegara ngakak terus...
Deletetradisinya yang sangat bagus .. guyub ...untung masih dilestarikan dan dijalankan di daerah2 ya ...
ReplyDeletedi tempat saya di jakarta ,,, di komplek perumahan ... tidak ada yang seperti ini ... bahkan di banyak tempat di jakarta sudah ga ada yang seperti ini ... hikss
He he, guyub banget. Alhamdullilah semoga dilestarikan terus ke anak cucu, ya....
DeleteWah, di perumahan nggak ada, trus malam 17 an ngapain?
Aku kalau 17 malah nggak doyan mbolang, anteng dirumah nungguin tirakatan sama tetanga tercinta
Lebih praktis nih klo nasi kotakan gini ya mba. Di kampungku masih pake acara masak2 barengan. Seharian full dari pagi belanja dulu ke pasar, lanjut racik2 dan memasaknya.
ReplyDeleteYa, kalau pakai nasi kota gini lebih praktis, dulu waktu masih bikin tumpeng setiap rumah, banyak nasi yang tersisa. Sejak itulah di kampung memutuskan menggunakan nasi kota..
DeleteWah, malah asyik juga itu mbak, biar ibu ibu guyub memasak, asal jangan sampe ngerasanin tetangga, hehehe
Asik acara 17 agustus'a bikin nasi tumpeng
ReplyDeleteAyik tenan,itu yang ditunggu :)
DeletePas bgt kemaren malam 17-an di Surabaya. Baru tahu ada yg namanya tirakatan. Seruuuu! Dimana2 warga pada kumpul, bahkan masjid mulai ramai dengan tilawah. Benar2 mencerminkan kota pahlawan :) soalnya di bdg ga ada tradisi spt ini
ReplyDeleteYa, seruu banget. bisa makan bersama tetangga dan rame.
DeleteHah, dibandung nggak ada? kirain acara ginian ada dimana mana. Hayooo tahun depan main kesini, aku ajakin tirakatan didepan rumah :)
Di kampungku dari dulu kalo tirakatan makannya gak pernah tumpengan, mbak.. mesti cuma pake prasmanan ae...
ReplyDeleteEh, tak kirain sama mbak pakai tumpeng. Tapi bagaimanapun, makan bersama itu looo yang bikin asyik. kapan lagi kalau nggak pas 17 an gini
Deletedisaya acara 17 agustus'a dagdutan bae belum pernah ada acara bikin nasi tumpeng
ReplyDeleteWah, dangdutan juga rame, dangdut is the music of my country, hehehe
DeleteDataglah kesini biar bisa merasakan sensasi tirakatan bersama tetangga tercinta
Duch jadi kangen suasana 17 an di kampung halaman :-(
ReplyDeleteSitu malam 17 an malah kelayapan, next year lah pulang kampung. 17 an sama nyokap
DeleteJayalah Indonesia! :)
ReplyDeleteKalo lihat nasi tumpeng jadi kangen pas masih ngantor. Salah satu cabangku dulu tiap ada yang HUT pasti di beliin nasi tumpeng, mau OB sekalipun. Jadi kangen....
Ya, di kantor juga selalu ngadakan tumpengan. Bikin sendiri dirumah saja Ya, trus dimakan bersama keluarga
Delete