Irisan
lontong dibalut dengan “bubur” orange menggoda dengan cita rasa gurih pedas
Edisi
postingan kali ini masih meneruskan sinetron berjudul “Wisata kuliner dibumi
Kota Wali”. Jika Sebelumnya saya sudah memposting tentang Sego karak, Nasi Krawu dan Gajih pinggir, sekarang saya akan
mengajak lidah kamu mencecap gurihnya salah satu kuliner Kota yang berada disebelah
barat kota Surabaya ini, namanya Lontong
Rumo. Kalau lontong yang panjang, besar dan padat berbalut daun pisang pastinya
sudah banyak tahu lah, ya, sedangkan Rumo sendiri sebenarnya nama salah satu
desa di Kota Gresik asal mula kuliner ini diracik.
Kalau
Gajih pinggir saya kenalnya sedikit
telat, waktu duduk di SMP. Sedangkan kalau Lontong Rumo, saya mengenalnya sejak
kecil, Ibu sering membelinya ketika sedang belanja di Pasar Gresik. Dan
diantara sekian banyak Kuliner Khas kota Gresik yang enak ini, Lontong Rumo
lah yang butuh waktu puluhan tahun bagi lidah saya yang manja ini untuk
menerima colekan mesranya. Rasanya nggak matching
aja menurut saya waktu itu.
Kata
orang Jawa Witing trisno jalaran soko kulino. Seiring dengan berjalannya waktu
dan lidahku tak lagi manja, sedikit demi sedikit saya justru menikmati kuliner dengan warna khas
Orange menggoda ini. Malah ketagihan. Kalau nggak makan rasanya rindu rindu
sendu gitu. Halah.
Lontong Rumo yang menjadi sarapan khas masyarakat
Gresik ini memang kuliner unik dan khas banget. Baik dari bahan
makanan yang diracik maupun cita rasanya. Lontong Rumo sendiri terdiri atas lontong,
sayur, kerupuk, dikasih sejenis bubur gurih warna orange, Poyah dan sambal
merah.
Sayurnya
ini diambil dari pucuk daun tanaman yang berada di sekitar tambak, saya sendiri tidak
tahu nama sayur ini. Ada juga yang menjualnya dengan aneka sayuran seperti
kacang panjang, alur (sayuran yang hidup di sekitar tambak juga) dan bayam.
Poyah nya terbuat dari kelapa yang disangrai dan rasanya asin.
Yang
bikin spesial itu bubur warna orange itu. Teksturnya lembut sekali. Kalau
biasanya bubur kan rasanya manis, ini bubur rasanya super gurih sedikit pedas. Terbuat
dari campuran tepung dan udang. Jadi ada cita rasa khas gurih udang laut.
Bubur Orange dengan rasa khas Gurih udang |
Lontong yang sudah diris diris |
Poyah yang rasanya asin |
Pucuk daun taaman yang tumbuh disekitar tambak |
Sambal merah membahana dan sedikit bubur udang |
Biasanya
Lontong Rumo disajikan diatas sepincuk daun pisang. Lontong ditata merata
diatas pincuk. Diberi sayuran, kemudian diberi remasan kerupuk dan “dipoles”
dengan bubur udang. Trus diberi sambal dan ditaburi poyah. Sebelum disuguhkan,
sambalnya terlebih dahulu dicampur dengan sedikit bubur udang tadi. Semakin
banyak Poyah, semakin asin rasanya. Kalau kita makan ditempat, kita bisa ambil
poyah sepuasnya.
Sendoknya
menggunakan daun pisang yang sudah dibentuk persegi panjang. Persis kayak makan
bubur. Ketika dilahap dan dilumat didalam mulut menghasilkan perpaduan cita
rasa gurih udang, sedikit pedas dan rasa asin yang menggoyang lidah. Nikmatnya
kebangetan.
Tuh kan kalau disajikan Warnanya orange kalem Manja menggoda |
Selain
Lontong, kita bisa menikmatinya dengan nasi. Hingga saat ini, bahkan ketika
pagi hari ini ketika saya menyantapnya, saya belum pernah mencoba dengan
menggunakan Nasi. Penduduk sekitar Pasar Gresik justru menyebutnya Sego Rumo.
Sego dalam bahasa jawa yang berarti Nasi. Mereka lebih suka menyantapnya dengan
Nasi, bukan Lontong. Biasanya mereka membawa nasi sendiri dalam sebuah piring makan.
Karena
menu sarapan pagi, penjual lontong ini biasanya berjualan dipagi hari saja. Entah
Mulai pukul berapa pastinya tapi biasanya sudah habis menjelang pukul 9 pagi. Saya biasanya
beli lontong Rumo jam 7 pagi, karena lontong Rumo nya masih hangat ngebul
ngebul.
Ibu Penjual Lontong Rumo di Daerah Kali tutup, siapa sering makan disini ? |
Penjual Lontong Rumo Langganan saya yang berada di Tratee |
Penjual
Lontong Rumo ini biasanya berjualan di sekitar pasar Gresik. Jualannya nggak pakai
meja atau gerobak. Biasanya di emperan toko atau lesehan disisi jalan. Di sekitar
pasar Gresik sendiri ada yang di daerah Kali tutup (sebelah pasar) atau didaerah
Tratee (seberang pasar) atau didalam pasar Gresik bagian tengah. Saya sendiri
paling suka dengan Lontong Rumo langganan yang berada di Tratee. Seringnya
kalau makan disini pasti ketemu teman SMP. Untung nggak punya mantan disini. Hehehe
Pernah
sih gegara nulis buat postingan ini, saya sibuk motoin si Lontong Rumo. Cekrak! cekrek! sono sini. Mulai dari penjual sampai semua bahan, meski
semua pasang mata menatap saya dengan senyuman manja. Dikira wartawan atau emak gendut kurang kerjaan kali, ya. Nah, ketika selesai foto dan mulai melahap
tetiba disebelah saya ada yang menyapa “Eh, Attini, katanya di India ….lagi
pulang kampung ya? ”. Ndelalah, ibu
ibu dengan dua anak yang menatapku dengan senyum mesra sedari tadi adalah teman
SMP. Sesaat saya memeras memori, mencoba mengingat namanya. Gubrak!
Eniwei, sepincuk Lontong
Rumo dijual dengan harga cuman Rp. 6000 saja. Sudah kenyang dan puas. Tapi
kalau kamu gendut kayak saya dan doyan
mbadok, pasti beli 2 porsi. Hehehe.
Nah, Kalau kamu sudah nafsu pingin cobain kuliner ini, datang saja ke kota Gresik,
Tepatnya di Kawasan Pasar Gresik. Sampe disana tanya saja sama penduduk sekitar
dimana penjual Lontong Rumo ini , ok ?
Happy Mbadok J