Lara dan Bahagia di Bandara Juanda
July 19, 2015
Perjalanan
menuju kampung halaman kali ini menguras sisi emotional terdalam di lubuk
hati. Setelah meninggalkan kotaHyderabad dengan sesak mendalam tanpa ditemani Shah Jahan. Meluangkan waktu mecicip kehidupan moderndalam belantara hutan beton Singapura. Dan saat ini, berdiri menatap deretan
pesawat terparkir di Bandara Changi menanti kami melintas cakrawala menuju
Surabaya.
Pagi
itu, sinar mentari berbalut awan hitam mengayomi Bandara Changi. Titik air jatuh
perlahan menyentuh tanah. Seolah melukis apa yang dirasa. Saat ini seharusnya
hati ini dipenuhi dengan kebahagiaan melepas rindu yang menggunung dengan Ibu
dan saudara tercinta. Tapi, entahlah.
Pesawat
perlahan meninggalkan bandara Changi. Beberapa jenak, kami sudah tertidur
lelap. Dan terbangun ketika roda pesawat menjejak bumi Surabaya. Alhamdullilah.
Pesawat landing dengan aman di terminal 2 Juanda. Terminal lama yang dioperasikan kembali.
Terminal yang membawa sejuta kenangan. Membuat
perasaaan saya bertambah mellow berbungkus bahagia.
Berdiri
memeluk Najin menatap puluhan koper
bergerak perlahan di area baggage claim.
Terlihat air mata bahagia membasahi pipi seorang TKW yang segera berjumpa
dengan buah hati tercinta. Setelah dua tahun ditinggalkannya. Perasaaan saya
bercampur aduk nggak karuan. Mengingat sosok lelaki yang selalu merindukanku
dan tak lagi menanti kedatangaku di Bandara, Ayah.
Keluar
Bandara tak ada siapapun menanti. Dulu, Ayah selalu berdiri dengan senyuman
melihat kedatanganku. Tak pernah terlambat menjemputku. Bahagai melihatku
pulang ke tanah air. Senang dan Bangga karena perjalananku menjelajah Bumi
Allah berjalan lancar. Dari Ayahlah saya belajar mencintai sebuah perjalanan.
Tertawa dan tetap tersenyum dalam setiap suasana.
Tapi,
dibandara inilah kekhawatiran dan kesedihannya memuncak. Untain doa tersirat
dalam diam ketika saya berpamitan melangkahkan kaki meninggalkan negeri ini
demi menggapai mimpi. Putri kesayanganya mengintip dunia sendirian. Puncak
kesedihannya terasa ketika melepaskan saya berangkat ke India dan menetap
disana bersama suami.
Ketika
menunggu kedatangan Ibu dan kakak yang menjemputku, justru disetiap sudut
bandara Juanda saya melihat ayah dimana mana. Sejak meninggalkan bandara
Hyderabad, air mata yang kuseka tumpah sudah. Astaghfirullah. Saya hanya
berdiri di ujung tiang. Sementara Najin hanya diam menatap dan menanyakan kapan
Mbah uti nya datang.
Lama
menanti sosok yang saya nanti tak kunjung tiba. Sebaliknya, Ayah tak pernah
terlambat menjemputku di bandara. Ah, galau bergaris kebahagian semakin terasa.
Akhirnya saya beranikan diri menghampiri seorang lelaki tambun berkaos putih
yang sedang sibuk bermain dengan handphonenya.
“Mas
permisi. Maaf sebelumnya, boleh nggak saya pinjam handphonenya untuk menelpon
kakak saya”
“Monggo
Bu, Silahkan”
Hadew,
saya dipanggil Bu, disitu saya merasa tak lagi muda. Sementara ketika keliling
Singapura saya dikira Mak cik dari Malaysia.
Ternyata,
kakak masih dalam perjalanan menuju bandara lama, karena sebelumnya mereka
berada di bandara yang baru. Setelah menelpon saya segera mengembalikan Telpon
ke Mas yang baik hati tadi.
“terima
kasih banyak Mas”
“Sama
sama. Bu, kalau mau telpon lagi nggak papa”
“Terima
kasih banyak Mas, sudah cukup”
“Saya
tetap berdiri disitu ya bu, kalau ada perlu lagi, monggo silahkan”
Subhanallah,
Baik sekali. Dalam perjalanan selalu ada Malaikat tak bersayap.
Lama
menunggu kakak tak kunjung tiba. Tetiba mas tambun tadi bergegas mendatangi
saya. “Bu, dapat telpon dari kakaknya” Ternyata kakak sudah sampai di depan
bandara lama dan melambaikan tangan. Kebahagian tak terkira ketika seluruh
keluarga menyambut kedatangan kami. Pastinya, Ayah juga tersenyum “disana”.
Setelah peluk dan ketjup, mereka menebar sederet pertanyaan yang cukup membuat saya "lelah".
“Kamu
gendut sekali”
“Kamu
hamil kah? Alhamdullilah”
“Makan
apa aja kamu selama di India sampai gendut begitu”
“Badanmu
semakin bulat”
Ternyata
nggak ada yang tanya, apakah saya baik baik saja. Sibuk menatap nanar badan
saya yang tak lagi langsing. Disitu saya merasa orang tergendut di dunia.
Kami bergegas memasuki mobil. Didalam mobil, Ibu menyodorkan Nasi
Krawu bungkus. Makanan Khas Gresik kesukaan saya dan si Kecil. Terdiri atas
suwiran daging, serundeng dan sambal padat yang super pedes. Daripada jawab
pertanyaan kenapa saya bertambah gendut. Mending melahap dua bungkus Nasi
Krawu. Huah, sedapnya….
Alhamdullilah,
menghirup udara bumi Indonesia.
18 $type={blogger}
Mohon maaf lahir batin ya, Mak. hehehe rada telat y, baru meluncur ke blog2 tmn2. #lebaranlibur. :))))
ReplyDeleteSama sama, Mohon Maaf lahir batin. terima kasih sudah meluncur kesini, awas kepleset hati. :)
DeleteKakak .... kamu yg sabar yaaa dibilang gendut hahaha dan ternyata masih ada orang baik yaaa di dunia ini
ReplyDeleteBtw met lebaran mohon maaf lahir batin :-)
Nggak bisa sabar, rasanya pingin jotos ... perut sendiri.
DeleteSami sami Mohon Maaf Lahir batin. Semoga dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan.Aamiin.
aku juga ga sempat berbagi cerita dengan bapak. Masib shawal, selamat Idul Fitri Taqabbalallaahu minna wa minkum semoga Allah menerima amal kita.
ReplyDeletehiks... Jadi sedih ya.
DeleteSama sama, Mohon Maaf Lahir Batin. Semoga Dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan.
Mbak Zulfa, bandara Juanda juga selalu bikin aku jadi mellow... Sama mbak, tiap mudik aku juga pasti dikomenin gitu.. "tambah gendut!" hahahaha....
ReplyDeleteYa ini bandara memang bikin galau buanget. Apalagi bandara lama dioperasikan kembali. Tawa dan bahagia melebur didalamnya. Halah!
DeleteTossss! hehehe
Mohon maaf lahir dan batin ya mba......masih di indo mb?
ReplyDeleteSama sama mbak. Semoga dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan. Aamiin,
DeleteIya, masih betah di Indonesia :)
Pertanyaan berat badan dari kerabat yang baru bertemu, sering juga membuat saya terluka hehehe...Tozz Mbak...
ReplyDeleteBanget *tossssssss* mbak Evi. Gendut tapi Kece :) Membela diri hahaha
DeleteAku kemarin belom sempat ngincipin nasi krawu, nih.... Kudu diulang, yaks...ira
ReplyDeleteIya mbak, solae pas ramadhan. Krawu sing maknyusss tutup.
DeleteKesini lagi yuk mbak, cobain yg banyak, pasti nagih nasi krawu
Wajarlah kalo agak LEBARan, lha makanannya di sana makanan kaisar Mughal :)
ReplyDeleteTerharu juga di bagian ayah....
Hahaha, Iya Yan masakan kaisar mUghal enak enak sampai nggak bisa nolak, Jadi Lebar...an
DeleteTissue mana tissue
Hiiihiii..abaikan enduuuutzz mbak..oom enduuutz juga bangga pake embel" itu.Edisi senasib.btwbaca kebaikan malaikat tak bersayap bikin sudut mata saya berurai air mata.
ReplyDeleteOm dut mah badannya tinggi, laaa aku keil gini jadinya bunder serrr...... hiks :( Kripik mana kripik
Delete