Travelling Doloe dan Kini
February 08, 2015Foto Zaman Jadul :) |
OK!!!.
Apapun itu, berikut beberapa perbedaan dan kemudahan travelling zaman dulu dan sekarang
1. FISKAL
Fiskal
itu makanan yang kayak gimana nyakk?
Fiskal
apa fisika atau bahkan fisik?
Alexander
Fiskal? Hadew *toktokkepala*
Itulah
beberapa pertanyaan yang sering banget
teman teman tanyakan. Dan kebanyakan dari mereka yang suka melancong dan
ngetrip ke luar negeri setelah zaman “fiskalisasi” hilang di tahun 2011.
Fiskal
adalah Pajak keberangkatan keluar negeri. Jadi setiap berangkat keluar negeri, WNI
diharuskan bayar fiskal. Emang berapa biaya Fiskal? *nangisdarah* hiks
hiks hiks sejuta alias angka 1 dengan
jajaran angka 0 enam kali dibelakangnya.
Jadi
pada ‘zaman’ itu orang yang berangkat dan melancong keluar negeri dianggap
‘mampu’. Entah mampu korupsi, mampu bergaya narsis atau mampu ngerampok bank.
Bisa bayangin nggak sih, gaji emak yang waktu itu hanya 750rb, berbulan bulan
bahkan tahunan untuk simpen duit, ampe muntah darah buat ngeliat ‘dunia luar’ ditambah dengan beban
fiskal yang tidak sedikit.
Kalau
uang pajak itu secara jelas dikelola dan digunakan untuk rakyat, mungkin emak
juga GA’ nyesek dada banget, tapi tahu kan Mr.Korupsi negeri ini,
hadew sutralah L. Selesai?
tidak!!! bahkan ditahun berikutnya,
Fiskal dilipatgandakan menjadi 2,5jt, apa? Bukannya diturunin, malah
dinaikkan 150%. Tapi disisi lain ada kemudahan, bagi WNI yang memiliki NPWP,
nggak usah bayar fiskal lagi. ahhh lega dikit, brangcus ke kantor pajak ngurus
NPWP.
Di
awal tahun 2011 Fiskal dihapus *loncatkegirangan* ditahun inilah banyak traveller muda Indonesia yang bergerilya
dan menampakkan kaki menjelajah dunia, banyak travel blog yang membahas perjalanan
mereka ke luar negeri berikut budget dan tips.
2. VISA
Entah
kenapa emak jadi nggak ngeh ama yang sesuatu yang berbau ‘vi atau Fi’. Sesudah
fiskal, sekarang Visa. Kan memang kalau masuk negara lain memang diharuskan
menggunakan Visa sebagai cek point masuk negara? Memang sih, maksud emak, zaman
dulu klo mau keluar negeri harus ngurus visa dikedutaan negara tersebut dengan
segepok persyaratan, mulai dari tiket PP lah, dokumen ini itulah plus
menunjukkan nominal ditabungan, dah gitu ngurusnya otomatis harus ke kedutaan
yang berada Jakarta, alamak dah berapa duit tuh.
Saat
ini? Ke negara tetangga sebelah visa free. Artinya tinggal bawa passport doang, brangkat dan langsung stamp visa on the spot,
bahkan sudah lumayan banyak negara negara yang memberikan VOA bagi warga negara Indonesia.
Semakin
banyak WNI travelling ke negara lain. Ditambah meningkatnya kaum muda Indonesia
yang ngetrip ke luar negeri, hal ini membantu kepercayaan dunia untuk memberikan
VOA kepada WNI. Tapi Inget! Jangan berniat bekerja Illegal di Luar negeri. Impact-nya
tuh keseluruh masyarakat Indonesia bukan kamu doang. Be wise ya... J
3. Low
Cost Carrier
Selain
runtuhnya zaman fiskalisasi, semakin banyak pula airline ber-budget alias LCC yang berlomba lomba
menjual tiket dengan harga fantastic bombastic, super duper murah. Gimana nggak
murah? Surabaya – Malaysia cuman 399rb, Surabaya – Singapore cuman 299rb,
surabaya – bangkok 599rb tentu saja dengan layanan yang pas pasan juga.
Dengan
budget segitu, tempat duduk tegak, tanpa check
in bagasi, tanpa makan, tanpa ini itu. Ora po po lah, emang bekpek butuh apa sih di
pesawat? cuman bawa ransel doang dan
budget yang mepet kesrempet, nggak butuh pelayanan yang ‘wow’ ala airline
‘berbintang’.
Emang zaman dulu kayak gimana nyak ? zaman emak, nggak
ada pesawat LCC gituan, atau promo gila gila an. Harga pesawat ke negeri jiran, emak pakai Malaysia airline PP tarif 3,5jt + fiskal
sejuta , jadinya berapa coba? *melas*. Ke Singapore, menggunakan Singapore
Airline dengan budget sekitar 3jt + fiskal sejeti. Ke India PP 10jt (cemplungin receh ke celengan) Siapa suruh melancong
ke luar negeri? *melet*
Kalaupun dalam negeri, berhari hari duduk didalam bus. Ampe nih pantat super panas. Berlayar menyeberangi lautan. Tapi enjoy bingit. Menikmati perjalanan itu sendiri. bukan sekedar "aku sudah kesini". Yah, sudahlah waktu telah berlalu, dan emak sangat bersyukur dengan segala kemudahan saat ini, dan berharap faktor safety juga diperhatikan, bukan sekedar ‘murah’.
4.
Gadget
Maklumlah
emak paling suka nampang narsis dalam jepretan camera. Waktu dulu mau ambil
foto harus mikir, pelit, dihitung hitung dan dikira kira, cukup nggak ya strip
filmnya buat destinasi selanjutnya? Strip film yang cuman berkapasitas 12, 24
atau 36. Dah gitu ngelihat hasilnya harus nunggu cetak. Melas.com
Zaman
sekarang? Wew pakai foto digital dengan resolusi tinggi dan setting keren. Bisa
ambil foto narsis sepuasnya dan bisa lihat
langsung hasilnya. cukup? Tidak! bahkan hape pun dilengkapi dengan camera bisa
langsung update di efbe, twitter sampe instagram.
Tapi
emak perhatikan gadget juga menghambat naluri persahabatan selama perjalanan.
Kenapa? masak jalan jalan sibuk update status dan foto di sosmed. Yang penting
wifi. Trus temen sebelah kamu buat apa? patung? obat nyamuk? Selama kamu ketak ketik update status
bukankah kamu bisa kehilangan momen penting selama dalam perjalanan. Akankah
lebih bijaksana kita berbaur dengan masyarakat sekitar dan menguntai kasih
sayang bersama sahabat BUKAN Gadget.
5. Komunikasi
Doloe
Klo telpon kerumah harus ke “wartel” negara setempat kasih kabar. Sekarang ada BBM,
whatsapp, Line, online connect all the time, wifi dimana mana. Hape selalu
ditangan dengan biaya lebih murah, no
problem, no worries. *ngacirrrr* Dimanapun kita bisa info ke orang tua dan
keluarga tercinta BUKAN update status L.
Seringnya
kita update status tapi kagak kasih
orang tua kalau kita baik baik saja selama dalam perjalanan. Atau sekedar
informasi kita sudah sampai tujuan. Bukankah ketika orang tua mengizinkan dan
melepaskan kita travelling disertai
dengan untaian doa. Berharap perjalanan kamu lancar lancar aja. Masak orang tua
cemas, kamu malah hahahihi di sosmed L L L
6. Informasi
Cari
informasi tentang tempat wisata dan transportasi adalah hal yang nggak mudah
didapat, nggak banyak blog blog yang membahas tentang perjalanan mereka ke luar
negeri. Maklumlah zaman segitu internet adalah sesuatu yang masih ‘wow’ di
Indonesia.
Dan
Ujung tombak informasi online saat itu dan sampe sekarang adalah LP alias lonelyplanet atau buku buku travelling
penerbit luar negeri dengan harga yang
‘lumayan’ ngerogoh kocek. Atau dapat
info pariwisata dari koran dan bosur agent perjalanan. Sekarang? Banyak banget blog. Baik dalam maupun
luar negri yang membahas tentang travelling, sekalian budget dan cara mudah
mencapai tempat tersebut ditambah tips tips lainnya.
7. Teman
Bekpek
Cari
teman bekpek dengan negara tujuan yang sama? Melalui forum atau web khusus? Dimana?. kebanyakan teman teman bekpek itu bertemu secara spontan alias on spot di tempat tujuan atau hotel tempat kita
tinggal, saling berkenalan, ngobrol ngobrol dan jalan bareng. Sekarang? Banyak
banget web yang ‘mencarikan’ teman bareng ngebekpek, mulai dari backpacker
Indonesia, Backpacker dunia, Lonelyplanet, travelbuddy, Couchsurfing dan masih
banyak lagi diluaran sana. Asyik bukan?
Dibalik
segala kemudahan pada saat ini dan 'repotnya' masa lalu. Emak sangat sangat
bersyukur kepada sang pencipta yang memberikan kesempatan kepada emak untuk
bisa mencicipi dunia luar dengan kondisi keuangan yang terbatas, rajin menabung,
Leave fashion for passion dan terus
bermimpi menjelajah seluruh pelosok negeri Indonesia hingga ujung dunia.
Nggak
usah bingung, heboh dan nyiyir kalau LCC dihapus atau ditentukan batas minimal. Kita serahkan aja sama pemilik penerbangan dan pengatur negeri ini. Jika kamu beneran suka travelling tak akan ada alang merintang. Bukankah sebuah mimpi untuk
dikejar dan digapai?
Happy Mbolang J
8 $type={blogger}
Lek aku nang kene sering nggawe ryanair, Zulfa. Zaman mbiyen maskapai iki koyo bus. Yen kepengen lungguh jejer wong 4, kudu ngantri boarding nang ngarep dhewe. Yen wes dibuka, langsung cepet2an mlayu nang pesawat. hihihihihi. Yen saiki Ryanair langsung oleh nomoer tempat duduk. Gak perlu mlayu2 maneh. ira
ReplyDeletehehehe lucu mbak yo, koyok bus temenan. Mbayangno balapan golek lungguh. Tapi mbolang zaman biyen iku koyok onok seni e mbak. lebih menikmati perjalanan. opo maneh nek numpak kabar ferry ..... hadew kangen zaman 'slow' biyen :)
Deletefoto fotonya mb zulfa masih tempo duoloe yaaa.. bersyukur yaaa kita masih mengabadikan foto2 lama dan cerita2 di blog.. kebayang jaman emak2 kita atau nenek2 dulu gak sempat cerita ke generasi kita.. hihihihihi ^_^
ReplyDeleteAlhamdullilah bersyukur banget. Meski pakai strip film. Paling tidak bisa nyimpen semua kenangan. Itu kemarin pas nulis blog. Sengaja cari foto foto zaman jadul dulu. Kenangan. :
DeleteMatur Nuwun dah mampir ke blog :)
Mbak, itu celananya cut bray yak? Tempo dolo buanget :D
ReplyDeleteIya *tutupmukaamakresek* hahaha itu aku pinjem Bang Arafik Tera Janna :))
DeleteHeehee betul mbak lain dulu lain pula sekarang. Dulu pertama ke India pake Malaysia airline PP 8jutatambah visa 492 ribu tambah airport tax 150 ribu. Celengan abiiiis semua tinggal koin 50 rupiahan dapet dari kembalian belanja dari Borma supermarket:-) .Sekarang mau ke I dia lagi dapet yg murmer Malindo pp 3,2 juta..lumayaaaan binggits..heeheehee
ReplyDeleteYa, nabung sampe berdarah darah. Wah, Alhamdullilah dapat Murah banget PP 3,2 Juta. Aku hunting Malindo nggak pernah dapat, huhuhu nasib Anak Nakal, hehehe. Entah ini Pulang kampung mau naik apa. berserah sama Maskapai.
Delete