We Are Khasmere [Not] Indian
January 06, 2015
Secara administratif masuk negara bagian India tapi penduduknya merasa bukan bagian dari negara India.
“they are Indian” Pernyataan itu terucap dari bibir Saheed, sopir
Jeep kami. Sambil menunjuk kearah lapangan yang luas dipenuhi tenda illegal. Lapangan
yang berada di tengah kota Srinagar dalam perjalanan menuju Gulmarg. Mendengar
Ucapan itu sontak saya mengernyitkan Dahi. Ketika melihat kearah lapangan.
Memang, dilihat dari wajah dan warna kulit mereka terlihat lebih hitam yang
banyak saya temui di kota kota lain di India. Berbeda dengan Penduduk Kashmir
yang putih dan mancung. Apakah tentang rasialisme? BUKAN !.
Si Saheed ini berusia
sekitar 20 tahun. Dia belajar menyetir sejak berusia 15 tahun. Dari ayah nya
dia belajar mengendarai mobil yang juga seorang sopir. Kalau di Indonesia
dengan wajah yang putih, sorot mata tajam, rambut hitam kecoklatan. Pastilah
dia sudah menjadi bintang sinetron dan dikejar-kejar cewek. Di Kashmir, wajah
seganteng gini hal yang biasa J
Keesokan Harinya. Ketika
makan malam di Housebout (rumah kapal
diatas Danau Dal). Hidangan yang tersaji berupa nasi, ayam dan dan salad. Kemarin
malam, kami dinner dengan nasi, ayam,
kentang berbumbu, sayur berkuah dan salad. Tak tersuguh menu khas roti bundar
dan lempeng yang menjadi ciri khas masakan India.
Emak pun nyeletuk dengan
wajah penasaran, Mr. Fridaus here people
in Kashmir doesn’t eat Roti? Dengan tegas dan lantang beliau menjawab. “Thats India, Not Kashmir. Here in Kashmir we
ate rice.” Pernyataan kedua kali, seolah mengiyakan apa yang diucapkan oleh
Saheed. Pak Firdaus ini pemilik houseboat.
Kami memilih memesan breakfast dan makan malam dari beliau. Karena ingin
menikmati makanan khas Khasmir dengan cita rasa homie. Malam itu emak berbincang sedikit dengan beliau tentang
India dan Kashmir.
“I
am stay in Delhi” ucapku
“What
are you doing there in Delhi ? are you working?” tanya beliau dengan wajah keheranan dan seakan
ingin tahu.
“Nope,
I stay with my Husband and he is Indian” Ucapku dengan santai
Mendengar hal tersebut,
beliau terdiam. Trus dilanjut dengan sebuah pertanyaan. “Is he Muslim ?”
“Alhamdullilah,
He is Muslim” jawabku
“Who
is his Name” bertanya dengan wajah penuh keinginan tahuan
dan emak sebut nama suami yang memiliki nama Islam.
“Oke,
Alhmadullilah”. Beliau menjawab seolah It’s Ok itu sesuatu yang tak biasa.
Tiga hari tinggal dirumah
Pak Firdaus. Emak seolah berada dirumah, tak merasa asing sama sekali. Terdengar
suara adzan dimana mana. Di India, hanya kawasan komunitas Islam saja kita bisa
mendengarkan suara adzan. Rumah Pak Firdaus tepat berada di sebelah houseboat. Nah, ini unik sekali, beliau
tinggal dirumah, tidah diatas Houseboat.
Yap, diatas sebuah tanah yang berada di tengah Danau Dal. Didepannya terdapat
dermaga dan beliau memiliki sebuah perahu.
Makanan Khas Kashmir, rasanya antara India dan Indonesia |
Bukankah Kashmir berada di
India? Memang Kashmir terbelah menjadi dua. Yakni sebagian wilayah berada di
negara India dan sebagian diseberang negara Pakistan. Tapi satu hal yang sangat
sensifif dan sangat begitu sulit untuk dimengerti atau disatukan. Kayak air dan
Minyak. Bahwa Khasmere (sebutan bagi penduduk Kashmir) Bukanlah India. Khasmere
is Khasmere and Indian is Indian. TITIK.
India dan Kashmir kalau
dilihat dari segi kulit, beda. Dari segi agama, beda juga. Dari segi makanan,
beda dikit. Dari segi bahasa? beda juga. Daratan India menggunakan Hindi
sebagai bahasa Nasional sedangkan sebagian besar penduduk Kashmir menggunakan
bahasa Khasmere dan sedikit Urdu. Nah, Urdu ini hampir sama dengan bahasa Hindi
hanya saja penulisannya menggunakan huruf arab. Kayak kitab kuning. Pakistan
menggunakan Bahasa Urdu sebagai bahasa Nasional. Dan sebagian Sekolah Muslim
(penduduk muslim India) lebih menggunakan bahasa Urdu ketimbang Hindi.
Perang yang berkecamuk.
Pertumpahan darah dan demonstrasi telah mengukir sejarah dalam kehidupan
penduduk Khasmir. Semua dimulai ketika seluruh anak benua India merdeka dari
dekapan Inggris. Dilanjut perpecahan
antara umat Muslim dan Hindu yang membelah negara menjadi Pakistan dan India.
Entah mengapa, Kahsmir yang 90 persen masyarakatnya beragama Islam “tidak
dilepas” oleh India. Mungkin karena ini,
ini dan ini . Peace J
Meski sekarang Kashmir lebih
aman, tentram. Tapi masih banyak tentara dan polisi berkeliaran dengan senapan
laras panjang. Sepanjang perjalanan darat yang kami lalui, camp camp tentara terserak dimana mana. Deretan truk tentara sering
emak temui sepanjang perjalanan. Di Kashmir sendiri, lihat tentara dan polisi
bertebaran menjadi pemandangan yang biasa.
Ah, entah sampai kapan
gejolak perbedaan tersimpan dalam hati. Bagaikan bom waktu yang siap meledak
kapanpun Juga. Semoga, bumi Kashmir dengan segala kemolekan barisan pegunungan
berselimut salju tak tertumpah oleh darah. Amin.
“Lets
Live in Peace and Harmoni” Kata Uncle Dalai Lama J
3 $type={blogger}
haloo emak bolang, salam kenal. menarik sekali artikel-artikelnya. akhirnya penasaran saya soal kashmir bisa terjawab setelah baca cerita emak. saya mau tanya, apakah kita orang Indonesia membutuhkan visa khusus untuk ke Kashmir? ataukah sudah cukup dengan visa India yang kita miliki? terima kasih. =)
ReplyDeleteLukman
Halooo Lukman, Salan kenal juga.
DeleteTidak ada Visa khusus Kashmir, Sudah cukup dengan Visa India.
🙏🙏🙏
ReplyDelete