Suatu Pagi di Kota Shimla
September 05, 2014
Memakai baju khas daerahnya, Si Bapak tua mengangkat beban puluhan KG dengan likuk jalanan yang naik turun
Bermula dari suatu tayangan televisi di BBC. Mreka mengexplore habis kecantikan dan menguak sisi kehidupan kota Shimla. Kota perbukitan yang berada di propinsi Himachal Pradesh India. Shimla berasal dari nama seorang dewi bersama Shyamala Devi.
Kota
bernuansa Eropa ini menjadi Summer Capital pada era kolonial Inggris. Tak ayal,
kota yang bertengger di Kaki Himalaya ini dipenuhi bangunan bergaya eropa. Istilah kerennya bangunan berarsitektur Neo Gothic dan Tudorbethan. hehehe itu
emak copas dari artikel travelling yang tayang di Majalah Chic 174 J .Oh ya kalau pingin tahu
kerennya kota Shimla baca majalahnya. Numpang Promosi J
Setelah
jelajah Kashmir, Dharamsala dan Manali. Shimla, tujuan terakhir kami. Dengan
energi yang tersisa dan setengah kecapean. Kenyang dengan hembusan pegunungan
Himalaya yang dingin. Pesona gunung berselimut salju sudah mengurat Nadi dalam
otot dan darah. Nanjak, terpeleset, jatuh hingga tersesat di kamp kamp tentara
India. (kapan kapan emak cerita seru ini J).
Setelah
semalaman naik bus dari Manali. Sempat disuruh sopirnya oper ke bus lain di
kota Mandi. (ini nama kota, bukan sabun mandi apalagi kosok gigi). Kita sampai
di Shimla Jam 4 Pagi di terminal ISBT Shimla (lama). Dingin menampar wajah.
Suasana masih Gelap.
Pingin
selonjorin badan, sewa hotel, mandi biar kelihatan seger dan lebih cakep J. Apa daya, setelah jalan
sono sini, naik turun tangga. Ketok pintu hotel yang murah meriah. Semua full
book atau tak sesuai budget. Bahkan dibohongin sama makelar hotel murah tapi
mahal .Nasib bekpek dengan budget mepet kesrempet.
Akhirnya
kami memutuskan menitipkan ransel kami di pertokoan terminal. Jadilah emak sama
teman2 menghabiskan sepertiga malam hingga matahari terbit di terminal. Sambil
berjalan santai di sekitar terminal, minum chai, bersihkan badan, kosok gigi di
toilet terminal yang “kurang nyaman”. Salah satunya masih menyimpan “pisang
goreng” dengan semprotan parfum alami pipis manusia L Lupakan!
Mulai
dari para gelandangan. Tidur meringkuk di beralaskan kain kumal. Dengan segala
‘kekayaan’ yang ada di dalam tas sobek penuh jahitan. Mereka mengais plastik
dan koran bekas para distributor koran di terminal. Jujur, saya yang tadinya pingin santai di
hotel dan Mandi, semua keinginan sirna. Saya bersyukur masih bisa merasakan kehidupan
yang lebih baik dari mreka.
Ketika
matahari terbit. Kami melanjutkan perjalanan menuju tujuan utama wisata kami.
The Mall and The Ridge. Dari terminal kami cukup berjalan kaki, melewati
kelokan menanjak dan tangga. Lumayan ngos ngosan. Sampai merasakan serangan
fajar alias bertarung dengan sekawanan monyet *Peluktaserat*.
Sampai
di ujung the Ridge. Emak melihat apa yang ditayangkan BBC. Seorang bapak tua,
membawa setumpuk koper diatas punggung. Disudut lainnya seorang kuli membawa 2
Silinder Gas berukuran 12 KG.Tidaklah mudah, selain berat. Ditambah jalanan
Shimla berada di perbukitan. Jalannya menanjak, naik turun tangga.
Bapak tua, Memanggul tumpukan susu |
Dua tabung gas berukuran 12 Kg |
Jalanan yang naik turun di perbukitan Shimla |
Kebanyakan
dari mereka berasal dari Kashmir. Mreka hidup disepetak kamar, tinggal bersama
anaknya yang juga seorang Kuli Panggul. Kehidupan sebagai kuli panggul pembawa
barang seolah menjadi profesi turun menurun. Biasanya mereka memakai pakain
khas Kashmir dengan “jaket” tebal untuk memanggul barang.
Para kuli Panggul di terminal Shimla |
Dalam
wawancaranya di BBC sambil menyantap santap sore dengan lahapnya. Beliau
bercerita, pendidikan yang kurang. Kashmir yang dilanda perang. membuatnya
menjalani “profesi” ini. Tanpa ada keluh kesah, si Bapak menceritakan dengan
penuh senyuman, penuh semangat dan penuh Syukur. Wajahnya yang berseri
menunjukkan betapa seringnya beliau Berwudhu, Menghamba yang Esa. “Hidup ini
berat, tapi kita harus tetap berusaha dan bersyukur”. Glekkk pernyataan beliau
sesaat menampar wajah emak yang sering komplain dan mengeluh.
Lebih
dari sebuah suguhan alam yang menyegarkan mata dan meneguk bahagia dalam hati. Perjalanan
lebih bermakna tatkala kita mampu mengeruk sari pati sisi kehidupan sekitar
yang mampu mendewasakan diri kita.
Shimla The Queen of Hill - Himachal Pradesh - India |
0 $type={blogger}