“Sopan” Mana? Bencong Monas apa India Gate
March 06, 2014Hijra, foto diambil dari sini |
“sopan”
Mana? Bencong Monas apa India Gate
Eh
mak kurang kerjaan ya? Atau kurang ‘bahasan’ sampe ngebahas bencong?
Hehehe,
suka suka gue *melet*
Emak
sih nggak bermaksud membedakan, atau mencari mana yang lebih baik, mentertawakan
atau bahkan melecehkan our third gender. Simply, I just want share.
*kemringgristdikit*.Emak berharap, kita
bisa saling menghargai satu sama lain, hingga tercapai Harmoninasi Kehidupan *brasajadiVicky*hahaha
Dalam
postingan sebelumnya, Kepala Dipegang Bencong di India Gate dan Balada Keluguan Ibukota, emak dah berbagi cerita. Tentang pengalaman emak selama menghabis
waktu sore menjelang malam di kedua tempat tersebut untuk sejenak mengendorkan otak dari kejenuhan
kegiatan sehari hari *leyehleyeh*. Kebeneran, di kedua tempat tersebut emak secara
tidak sengaja ‘berinteraksi’ dengan bencong.
Laaaaa,
kan banyak mak, tempat ‘mangkal’ bencong, kenapa monas dan India gate?
Eiitsss
*lemparsandal* siapa yang ngebahas pangkal memangkal. Emak mbahas kedua tempat
tersebut karena keduanya adalah Icon Ibukota. Memotret sisi kehidupan dalam
bingkai cerita. Lagian, maaf ya, nggak tahu tempat mangkal mreka *dikejarKamTibNas*
.
Monas
atau monumen Nasional Icon Ibukota negara kita tercinta, Jakarta.
India
Gate, Icon Ibukota negara pemilik maha karya Taj Mahal, New Delhi.
(Dah
tahu kaleeeee.......OK!!!)
Foto diambil dari sini |
Menjadi
seorang third Gender dengan gaya
lemah gemulai yang dipaksakan, atau suara serak serak basah menggelegar
*ehemmm*. Dengan serangkaian percobaan untuk menjadi ‘sama’ atau paling tidak
disamakan dengan kaum hawa. Alih alih mendapatkan pujian, justru sering disepelekan
atau bahan tertawaan.
Mungkin
sebagian dari mereka memang berniat
untuk menjadi bahan guyonan biar kelihatan “lucu” demi mendapatkan sepeser uang.
Bahkan semaximal mungkin menghias wajah dengan warna yang mencolok untuk
mendapatkan ‘costumer’. Sering
bertanya dalam hati emak, apa iya mereka menikmati semua itu? Dari lubuk dati
yang paling dalam, bahagiakah? Ahhhhh, rasanya naif sekali jika mereka benar
benar bahagia menjalani semua itu.
“ Ku
Pendam Air Mata Dalam Tawa”
Kita
tidak pernah tahu atau mungkin kita tidak mau tahu *cuekbebek* tentang
kehidupan macam apa yang harus mereka jalani.
Apa yang ada dalam benak dan pikiran mereka. Bagaimana mereka menghadapi
segala tawa, cercaan bahkan hinaan, yang mereka tahu hanyalah satu hal,
menyambung nyawa.*pegangmix*
Dah
wis melow nya, nggak usah ngomong ngalor ngidul, cek it dot perbedaan para Third Gender (TG)
Dari
sisi berpakain, TG di Monas memakai Pakian
super sexy, super ketat, super terbuka super blink blink, pokoknya super sekali
*dijewerpakMario*. Eh mak, bencong sekarang banyak yang pakai jilbab loooo?
Dahh Tahu nyakkk, tapi disini emak kan mbahas bencong Monas dan nggakk ada yang
berjilbab, alright? . Nah, kalau Di
India Gate, beda banget. Mereka pakai pakaian tradisional Saree, lebih keliatan
bersahaja tapi tetep dengan warna yang ngejreng, kuning kemlinting atau merah
membahana. Apapun pakaian yang mereka gunakan, tidak akan mengubah apa yang
berada ‘didalamnya’. Catet!!!
Next,
Gaya tatanan rambut (brasa kayak rumah mode). Di monas TG lebih suka memakai
wig dengan gaya rambut modern dan pendek. Kalau di India gate, mereka
menggulung rambut panjang mereka dengan lebih sederhana, nggak pakai sanggul,
tusuk konde apalagi tusuk asmara (hehehe), cukup digulung aja, so natural. Sebenarnya sih, Keduanya
memiliki kesamaan dalam urusan rambut. Meskipun seringnya pakai wig, Mereka
cenderung membiarkan rambut mereka panjang dan merawatnya dengan baik. Mahkota
yang panjang menambah keanggunan, menunjang penampilan and more womanisasi *emberrr*.
Make
up, apa mark up? *koplak*. Bibir merah, pipi pink, mata biru hijau, bulu mata
panjang dan lentik ditambah dengan parfum ‘khas’ menggelora seluruh pengunjung
Monas. Nah, kalau di India gate, tanpa polesan wajah, apa adanya (maximal
lipstik doang). Jadi, TG di monas lebih kelihatan cantik dan womanisasi, mereka
tampil habis habisan. Suara dibikin
semerdu mungkin, pokoknya di alay alay in biar jangkung getar suara lelakinya
terlihat samar. Klo di India gate, apa adanya suara jangkung, jadi nggak ada
‘usaha maximal’ untuk menyesuaikan dengan apa yang mereka ‘pakai’ saat ini.
Cara
mendapatkan honor pun beda. Klo TG monas, menggunakan salon kecil ditaruh di
tanganya. Turn on lagu disco, trus joget, tentu saja dengan gerakkan
‘membirahi’ ala penari erotis, sambil colek colek genit gitu *cicuit*. Bahkan
kadang dengan adegan ‘buka kaki’ , hadew mas, eh mbak, banyak anak kecil di Monas
looo *sodorinsarung*. Emang kalau di India gate cari duitnya gimana mak? Beda
dan sangat Beda. Mereka bakalan langsung pegang kepala ‘target’ sambil baca doa
yang standart. Semoga panjang umur, rezeki lancar, bahagia selamanya de el el
dan tentunya dalam bahaya Hindi hai.
Di
India para third gender ini lebih
dikenal dengan nama Hijra, memiliki tempat yang special karena dianggap
memiliki kelebihan. Doa mereka dianggap mujarab, oleh karena itu para hijra ini
sering dipanggil dalam acara tertentu, diminta untuk memberikan Berkah dan Doa.
Gimana dengan negara kita? Sudahlah. Apapun itu setiap manusia berhak atas dirinya
masing masing. Menentukan pilihan setiap langkah hidupnya. Setiap kita tidak
berhak untuk mencemooh apalagi menghakimi. Setiap kita hanya bisa berusaha dan
berdoa menjadi manusia yang lebih baik, termasuk TG.
Pada dasarnya hidup adalah Pilihan.
0 $type={blogger}