Banyak hal yang emak
pelajari ketika memulai sebuah perjalanan. Baik sendiri, bersama sahabat,
bersama si kecil maupun bersama keluarga besar. Mulai dari yang super
konyol sampai emosi di ubun ubun. Ekspresi Ngakakkk gulung gulung
ditambah pinknya wajah emak gegara ‘malu’ oleh “keluguan” si Kecil ketika
mengunjungi Ibukota Jakarta. Entah Karena seringnya pertanyaan tentang apa nama
ibukota Negara kita di dalam kelas atau karena Abi nya sering mengadakan
perjalanan bisnis ke Jakarta dan pulang membawa mainan hingga pangeran kecilku
ini ngebet banget ama yang namanya Jakarta.
Hari H itupun tiba ketika
bersama suami memutuskan untuk mengajak si kecil exlplore ke ‘kota impian ‘Jakarta.
Keluguan dan gaya alay si Kecilpun dimulai ketika dia mendengar bahwa dia akan
berangkat ke Jakarta. Bak undangan kondangan Sunatan #superalay, si Kecil
‘memberitakan’ kepada teman teman nya kalau dia bakalan mengunjungi Ibukota
dengan Naik Pesawat (Seluruh kampung tahu kali yaaaa). Tak henti hentinya dia
bertanya ini itu tentang Jakarta, bawa uang berapa? Pesawat kecil apa besar?
Aku harus ngapain? Aku harus bangun jam berapa? Bawa apa aja? Bahkan mainan
kesayanganpun ikut terangkut *senyumsayang*.
Jadwal keberangkatan
pesawat dari Surabaya ke Jakarta pukul 05.00 (paling pagi, rajin banget)
setelah semalaman packing, mata yang masih merem melek, kita berangkat menuju
bandara, di dalam mobil dan jalanan Surabaya yang sunyi senyap, si kecil
kelihatan bahagia dan senyum senyum ngantuk dalam mobil (senyumnya kayak orang
lagi jatuh cinta, alamakkk). Sesampai di bandara heboh banget, mulai berlarian
kecil kesana kemari menggamati pesawat yang ‘diparkir’, berusaha membawa tasnya
sendiri bahkan komen komen yang mengundang tawa kecil dari bibirnya yang mungil
plus dua gigi yang copot, lucu dan lugu.
Keluguan si Kecil
berlanjut di dalam pesawat. Mulai lari kecil di waiting room, menyerahkan
boarding pas sendiri ke petugas, mencari nomer tempat duduk dan menanyakan
setiap detail yang ada di pesawat, mainan ama sabuk pengaman (buka tutup) bahkan
menanyakan siapa saja yang ada di dalam pesawat, hahaha emang kenal? .
Ketika Pesawat take off matanya tak kedip untuk menyaksikan keluar. Melototin bagian sayap pesawat yang mulai terbuka dan pesawat mulai take off, maklum ketika check in, emak meminta kepada petugas untuk memberikan window seat dan pas dibekalang sayap. Dengan Lugunya dia menjelaskan kepada emak dan suami, bagaimana proses take off pesawat berlangsung hingga kita ‘terbang’ ke angkasa. Dan begitu expressivenya dia menjelaskan hingga yang terdengar di dalam pesawat hanyalah suaru merdu “ceritanya” hehehe. Kami berduapun saling senyum dan ‘mengajukan’ pertanyaan tentang semua yang dia ceritakan, seolah olah kita ‘nggak pernah’ naik pesawat *cubit pipi*, rasanya gemes banget ama si kecil.
Tekanan didalam pesawat yang membikin telinganya ‘nggak denger’ bikin dia lebih heboh dan bersuara lebih lantang, jadilah celotehannya mendominasi ‘alunan musik’ nggak jelas didalam pesawat. Setelah satu jam perjalanan, pesawat kamipun landing di Bandara Soekarno Hatta. Dia terus menginformasikan nama nama airline yang terpajang jelas di badan pesawat, mulai Garuda, Citilink, Air asia dan beberapa airline lainnya, dan tetap, lari sana sini. Kelelahan, didalam taksi dia tertidur lelap sampe ngiler seember, kecapean berlari lari dan bercerita kali yaa???.
Setelah check in di hotel,
hal yang pertama kali dia inginkan adalah Monas. Yap, Monumen Nasional yang
menjadi Icon kota Jakarta adalah hal yang sangat dia Idamkan, bukan Dufan, Seaworld
atau tempat tempat mainan lainnya, melainkan Monas. Selama Seminggu berjalan
jalan menyusuri ibukota, hampir tiap sore hingga malam yang dia inginkan adalah
bermain main di Monas. Sekedar beli mainan, makan kerak telor, makam mie rebus,
berlari kesana kemari, main bola, main layang layang, lihat kesenian ondel
ondel sampai ‘menyaksikan’ lenggak leggok gaya sexy mas bencong berdisco ria
membawa salon kecil *cicuit*.
Emak sendiri terheran heran apa sih yang menarik hingga dia begitu senangnya mengunjungi Monas? Banyak teman teman yang asli Jakarta bilang, ngapain ke monas? Emang ada ape di Monas? Kurang kerjaan kah di monas? Jauh jauh datang ke Jakarta cuman lihat Monas doang? Eh ntar anak loo gue ajak ke sini dan sana? Emak hanya bisa senyum.
Sudah cukupkah kehebohan
Monas? Ternyata belum, sisi Jakarta lain yang sering dan paling dia sukai
adalah TransJakarta. Yap, bus dengan double kompartment yan lebih panjang
dibandingkan dengan bus biasa. Bagi dia adalah hal yang menarik, mulai dari
naik turun tangga menuju transJakarta sampai kehebohan didalam Transjakarta.
Gimana tidak, mulai celetukan tentang gedung yang tinggi, jembatan, Monas, Air
Mancur Bundaharan HI, Reklame, bahkan kemacetan Ibukota menjadi daya
tariknya.
Bisa bayangin nggak, di dalam transjakarta si Kecil nggak mengizinkan emak duduk. Disuruh berdiri, pegangan handle yang ada diatas sambil bergoyang goyang dan sesekali ketika bus berhenti yang membuat badanya condong kesamping dan mengundang gelak tawanya. Sesekali ketika melihat sesuatu yang menarik, dia bakalan teriak dan ‘memaksa’ emak untuk menyaksikan semua itu, “Ammy lihat......rumah Tinggi” buahahaha rumah tinggi? Maksud dia adalah gedung tinggi, dengan lantangnya dia berteriak hingga seluruh penumpang mendengar dan tersenyum. Jujur.....wajah emak semerah lipstik, malu tapi emak cuek bebek sambil memberikan senyum dan menjelaskan segala detail yang ingin dia tahu (kalau ada tukang sate, pingin pinjem tuh kipas sesek untuk nutupin wajah) hahaha.
Balada tugu Monas dan Trans
Jakarta serta gedung tinggi yang emak lalui bersama si kecil di Jakarta. Dari
perjalanan ini, banyak hal yang emak pelajari sebagai seorang Ibu dan juga
sahabatnya. Kedewasaan kita, Wawasan Ilmu yang kita miliki serta sudut pandang
kita tentang suatu tempat atau sesuatu hal, sangatlah berbeda dari sudut
pandang anak kita, dan itu tidak bisa kita paksakan atau kita samakan.
Hal yang kurang menarik bagi kita, bisa jadi hal yang luar biasa bagi si Kecil,
Hal kecil yang tiada bermakna bisa jadi segalanya bagi si Kecil, Hal yang tidak
menyenangkan, bisa jadi Hal yang paling membahagiakan bagi si kecil.
Bagi emak perjalanan menanjaki gunung dan menyelam didalam laut dan menyusuri setiap sudut kota dengan berjalan kaki adalah hal hal yang menyenangkan, tapi tidak bagi si Kecil. Monas yang hanyalah monumen tinggi, transjakarta yang notabene hanyalah sebuah bus, baginya adalah kesenangan. Kebersamaan yang kami lalui, saling memahami, saling mengerti, saling menghargai, mendengarkan segala celetuknya dan berlari bersamanya adalah kebahagiaan tersendiri. Semua ini bukan tentang monas atau transJakarta, semua ini adalah tentang kebersamaan yang utuh.
Di Ujung perjalanan ini, emak bertanya pada diri sendiri? Diri ini
lebih dewasa, atau si kecil lah yang mengajarkan kedewasaan dalam diri ini?
*garuk2 kepala*. Sudut pandang kedewasaaan kita yang kurang menghargai hal
kecil, membuat kita kurang menghargai hal kecil yang dianggap “ndeso” dan
“biasa”. Si Kecil mampu membawa diri ini balik ke masa kecil, berlari dan
bermain bersama, mungkin waktu kecil emak tidak pernah merasakan dan
menikmatinya, dan si Kecil mengajarkanku semua itu. Terima kasih Malaikat
Kecilku, darimu kupelajari arti hidup sesungguhnya *cipokkk n pelukkk*.
"Mensyukuri Hal Kecil dalam hidup,
Kunci Kebahagiaan"