Festival Kasodo Bromo : Sakral & Mistik
January 31, 2014Kasodo Bromo |
Narsis dimanapun pasti jadinya
keren, meski wajah kita pas pasan (ckckck), diambil pas bromo keren!, pas
gunung batok OK!, apalagi pas di Pananjakan, view bromo nan eksotis lengkap dengan
segala keindahan nangkring di jepretan kamera. Meski wajah kita nggak jelas,
baik tampang maupun bau, maklum dengan hawa dingin, bangun Pagi nggak sempat
gosok gigi apalagi mandi, kita pasti bergegas mengejar sunrise di pananjakan.
Nggak usah bingung mau pasang tampang dan gaya kayak gimana, tetap aja keren
klo narsisnya di kawasan Bromo *Gubrakkk*.
Hasil Bumi Desa untuk Sesaji |
Cukup dengan segala tumpukan foto
narsis di bromo sejak zaman kuliah hingga jadi emak, ada yang kurang lengkap
tiap kali datang ke bromo, yakni menyaksiskan prosesi Kasodo. Upacara adat
warga bromo tengger yang Mistik dan sakral ini, diadakan pada hari tertentu
setiap tahun pada penanggalan jawa bertepatan dengan Bulan Purnama. Sebagai
rasa terima kasih warga bromo tengger kepada sang maha dewa yang bersinggahsana
di Bromo atas segala limpahan karunia berupa hasil panen yang melimpah ruah dan
anugrah kehidupan.
Warga Bromo Tengger menunggu giliran untuk menyerahkan sesaji kepada Kepala Adat Desa |
Waktu perayaan Kasodo
berbarengan pada saat bulan Ramadhan, Jadilah emak harus menerjang panas dan
dahaga melindas aspal bersama si Revo untuk menyaksisan prosesi kasodo. Nggak
tahu apa yang ada dalam diri emak, Ramadhan bukannya sibuk Ibadah, berdoa dan
Baca Quran, malah mbolang ke bromo untuk menyaksikan prosesi kasodo. Mumpung
ada waktu dan kesempatan untuk bisa menyaksikan semuanya kenapa tidak, toh
didalam perjalanan dan juga di dalam tenda emak masih bisa tetap beribadah
#alasan.
Puasa di gurun Bromo memberikan nuansa yang berbeda, bayangin aja, emak bisa berbuka puasa dan sahur di savana bromo dengan tenda menghadap ke Pura Bromo, sisi kanan gunung batok, sisi kiri cemoro lawang, dan dibelakang tenda berupa gugusan bukit menuju pananjakan, Subhanallah. Betapa banyak karunia yang Allah berikan kepada kita berupa hembusan nafas kehidupan dan Surga kecil yang tercecer di seluruh pelosok dunia, Bromo salah satunya.
Puasa di gurun Bromo memberikan nuansa yang berbeda, bayangin aja, emak bisa berbuka puasa dan sahur di savana bromo dengan tenda menghadap ke Pura Bromo, sisi kanan gunung batok, sisi kiri cemoro lawang, dan dibelakang tenda berupa gugusan bukit menuju pananjakan, Subhanallah. Betapa banyak karunia yang Allah berikan kepada kita berupa hembusan nafas kehidupan dan Surga kecil yang tercecer di seluruh pelosok dunia, Bromo salah satunya.
View Depan Camp #savana #Bromo |
View Belakang Camp #Savana #Bromo |
View Kanan Camp #Savana # Bromo |
Setelah berasyik manyuk di air
terjun Madakripura, sekarang waktunya melihat secara langsung prosesi adat
bromo tengger. Dimulai dengan kedatangan para penduduk di Pura, setiap penduduk
yang berada di sekitar bromo membawa hasil bumi untuk dilarung di kawah bromo
(plus lempar uang ke kawah bromo). Dari pengamatan emak, setiap rumah
menyerahkan sesaji kepada kepala adat yang menunggu di pendopo pura, kemudian
didoakan, trus dilarung bersama di kawah bromo. Selain sesaji dari setiap rumah,
juga ada sesaji desa, yang bentuknya berupa batang kayu dilekungkan berisi
berbagai macam hasil panen, jajanan, bahkan uang. Semua prosesi adat kasodo
akan dipimpim oleh seorang pendeta agama hindu dengan menempati mimbar utama
menghadap ke Pura agung, berdoa bersama yang dimulai sekitar jam 2 malam hingga
jam 3.30 kemudin bersama sama membawa
seluruh sesaji dipersembahkan batara Dewa yang bertahta di Bromo.
Kepala Adat desa menempati tempat masing masing |
Warga secara bergiliran menyerahkan Hasil bumi untu didoakan oleh kepala adat Desa |
Mimbar Utama Kepala Adat Tertinggi Bromo tengger memimpin Prosesi Kasodo |
Pura (Mimbar menghadap ke arah ini) |
Dari Pura Seluruh Sesaji Hasil Bumi Di bawa menuju Bromo |
Menyerahkan Sesaji kedalam Bromo |
Sebelum menyaksikan semua prosesi
adat kasodo, emak pikir itu saji dibuang gitu aja ke kawah bromo, eits
ternyata di ujung bibir kawah gunung bromo sudah ada beberapa orang dengan
taruhan nyawa siap menangkap sesaji
untuk dibawa pulang, ngeri dan takut melihatnya, gimana nggak, coba klo mreka
salah langkah atau terpeleset, masuk kawah, Wassalam dah. Apapun itu emak
sangat bersyukur, Lahir dan besar di negara yang kaya akan budaya dan sumber
mineral, segala perbedaan di Negeri ini terlindas habis dengan rasa kebangsaan
yang tinggi dan rasa hormat menghormati antar sesama umat beragama (brasa baca UUD).
Insiden ‘alam’ bromo
Buahahahaha ngakak gulung gulung
tiap kali ingat insiden yang satu ini, kebetulan bulan Ramadhan jadinya kita
brangkat ke bromo dalam ‘keadaan’ puasa, mainan air terjun Madakaripura, lanjut
ngerider hingga ke bromo, Jadilah kita buka dan sahur seadanya di camp.
OK, berbuka puasa dengan kacang atom + mie rebus, dilanjut dengan makan bakso pedas disekitar pura, maklum ketika kasodo banyak orang berjualan makanan, kaos, souvenir de el el disekitar Pura, Kapan lagi bisa menikmati semangkok bakso (pakai pedas)ditengah gurun pasir dengan terpaaan angin dingin menusuk tulang, bakso yang rasanya biasa2 aja, rasanya jadi enak poool. Setelah kenyang langsung berjalan menyaksikan prosesi doa dan segala aktivitas di Pura, hadewww sayang banget banyak makanan dalam mengkok pelepas daun pisang (sesaji) terinjak injak oleh pengunjung, setelah jepret sana sini, balik ke Camp hingga jam 12 malam, trus bobok.
Bangun jam 3 malam, sahur dengan kentang dan telur rebus dengan bumbu pecel pedes (slama makan sahur,kita mendengar doa doa terucap dari petinggi agama memimpin prosesi Kasodo), masih baik baik saja nih perut, lanjut dengan menyaksikan larung sesaji di bromo, naik tangga menuju puncak bromo harus antri panjang mengular karena banyaknya pengunjung dan warga bromo, perut masih baik baik saja. Sampai diatas menyaksikan semua prosesi, perut mulai protes, masih bisa ditolelir, lanjut sampe matahari terbit sambil narsis sana sini, perut mules, hilang, mules lagi, emak masih tenang tenang aja.
Akhirnya kita mutuskan untuk turun dan balik ke camp, perut mules tak terbantahkan, brasa kayak blender nih perut ditambah lagi tekanan gas dari dalam bumi ‘perut’ emak, jadilah dat dut dat dut, baunya bercampur ama belerang bromo,hehehehe, keringet mulai bercucuran, cari toilet umum kagak ada, haduhhhhhhh rasanya pingin meledak, pingin pingsan, dimana emak harus melakukan buang hajat? Upssssss alam telah bertemu alam, melirik disebelah kiri, gunung batok menjulang tinggi memberi senyum keramahan untuk mempersilahkan menanam ‘pupuk’ alami. Lari terbirit birit, ambil tissue, cari tempat aman, dan dom bret brot dat dut prek dengan semerbak bau alam yang memabukkan hingga mau pingsan (wekkkkkk) ahhhhhhh leganya, gimana rasanya? Saking leganya, brasa kayak dapat uang semilyar #lebay.
OK, berbuka puasa dengan kacang atom + mie rebus, dilanjut dengan makan bakso pedas disekitar pura, maklum ketika kasodo banyak orang berjualan makanan, kaos, souvenir de el el disekitar Pura, Kapan lagi bisa menikmati semangkok bakso (pakai pedas)ditengah gurun pasir dengan terpaaan angin dingin menusuk tulang, bakso yang rasanya biasa2 aja, rasanya jadi enak poool. Setelah kenyang langsung berjalan menyaksikan prosesi doa dan segala aktivitas di Pura, hadewww sayang banget banyak makanan dalam mengkok pelepas daun pisang (sesaji) terinjak injak oleh pengunjung, setelah jepret sana sini, balik ke Camp hingga jam 12 malam, trus bobok.
Bangun jam 3 malam, sahur dengan kentang dan telur rebus dengan bumbu pecel pedes (slama makan sahur,kita mendengar doa doa terucap dari petinggi agama memimpin prosesi Kasodo), masih baik baik saja nih perut, lanjut dengan menyaksikan larung sesaji di bromo, naik tangga menuju puncak bromo harus antri panjang mengular karena banyaknya pengunjung dan warga bromo, perut masih baik baik saja. Sampai diatas menyaksikan semua prosesi, perut mulai protes, masih bisa ditolelir, lanjut sampe matahari terbit sambil narsis sana sini, perut mules, hilang, mules lagi, emak masih tenang tenang aja.
Akhirnya kita mutuskan untuk turun dan balik ke camp, perut mules tak terbantahkan, brasa kayak blender nih perut ditambah lagi tekanan gas dari dalam bumi ‘perut’ emak, jadilah dat dut dat dut, baunya bercampur ama belerang bromo,hehehehe, keringet mulai bercucuran, cari toilet umum kagak ada, haduhhhhhhh rasanya pingin meledak, pingin pingsan, dimana emak harus melakukan buang hajat? Upssssss alam telah bertemu alam, melirik disebelah kiri, gunung batok menjulang tinggi memberi senyum keramahan untuk mempersilahkan menanam ‘pupuk’ alami. Lari terbirit birit, ambil tissue, cari tempat aman, dan dom bret brot dat dut prek dengan semerbak bau alam yang memabukkan hingga mau pingsan (wekkkkkk) ahhhhhhh leganya, gimana rasanya? Saking leganya, brasa kayak dapat uang semilyar #lebay.
0 $type={blogger}