Api Tak Kunjung Padam
July 31, 2013
Pulau
Madura dikenal sebagai pulau penghasil garam karena memiliki kontur tanah kering
dan merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi. Bercurah hujan rendah
menyebabkan pulau seluas 5.168 Km ini memiliki hawa sedikit lebih panas dibanding
dengan pulau Jawa. Dibalik semua itu, Madura dikarunia beberapa keajaiban alam
diantaranya Api tak kunjung padam dan Pulau Ajaib.
Kunjungan
emak bersama teman teman ke Madura untuk menyaksikan secara kasat mata
kebenaran akan keajaiban alam yang menjadi magnet baru geliat pariwisata di
pulau berjumlah hampir 4 juta jiwa ini. Selama ini kunjungan wisata ke pulau
Madura hanya sebatas menyaksikan Jembatan Suramadu dan ketika Festival
kerapasan sapi berlangsung. Suku Madura yang mendiami Pulau Madura terkenal
akan gaya hidup merantau dan berdagang.
Perjalanan
kami mulai di malam hari untuk menikmati gemerlap warna warni lampu Jembatan
Suramadu yang membentang sepanjang 5,4 KM. Melewati jembatan, hembusan angin
lebih terasa, kami perlambat laju kendaraan sambil menikmati pergantian warna
lampu di tiang pancang. Dari kejauhan tersuguh kerlip lampu kapal dan perahu
nelayan yang tersebar di selat Madura.
Berada
di desa Larangan Tokol, kecamatan Tlanakan, Kabupaten
Pamekasan. Di malam hari, suasana nampak sunyi, terlihat toko toko yang menjual
aneka souvenir dan oleh oleh sudah tutup semuanya. Tanpa adanya penjaga tempat
wisata, jadilah kami memasuki area ini tanpa dipungut biaya.
Toko toko tutup di malam hari |
Api
yang berasal dari dalam tanah nampak dikelilingi pagar besi dan ada pintu
masuknya. Berbentuk melingkar dengan dimensi sekitar 4 meter. Keseluruhan
lingkaran tidak dipenuhi dengan nyala api, hanya bagian pinggirnya saja yang berbatasan dengan pagar besi.
Rasa
penasaran muncul dalam benak emak, jika memang disediakan pintu masuk berarti
kita diperbolehkan untuk memasuki lingkaran api. Bara apinya memang tidak
terlalu tinggi, kelihatan aman aman saja kalau diloncati. Nekat, sesaat rasanya
tegang sekali. Begitu meloncat, Alhamdullilah baik baik saja, hanya terasa
lebih hangat berada didalam lingkaran api.
Kontur
tanah agak berpasir dan berkerikil, Tidak berbau gas sama sekali. Didalam
lingkaran api terlihat beberapa peralatan masak seperti wajan dan panci serta
berserakan beberapa bekas jagung bakar. Emak kemudian mengambil sebatang kayu
yang memang sudah ada berada didalam. Kemudian dengan kayu tersebut saya
mencungkil sedikit batu dan menggali tanah yang terselimuti api. Luar biasa,
api tetap menyala dan hanya berubah arah saja.
Kepikiran
untuk melakukan ‘uji coba’ selanjutnya dengan menyiramkan air sebanyak mungkin.
Tapi niat tersebut emak urungkan, logika emak mengatakan bahwa lingkaran api
abadi ini berada ditempat terbuka. Jadi ketika hujan deras datang, pastilah bara
api tersiram air terus menerus dan padam. Tapi kenyataan api selalu menyala dan
tak akan pernah padam, Subhanallah.
Malam
hari memang waktu yang tepat berkunjung karena kita bisa melihat berbagai macam
warna bara apinya, ada warna biru, orange, merah dan biru sedikit ungu. Tinggi
bara apinya ada yang sebatas melintas diatas tanah hingga dua kali Jengkal telapak tangan. Kebanyakan, api
menjalar saling berdekatan di dekat pondasi pagar.
Api berwarna biru menjalar dibawah beton pagar |
Kisah misterius
Api Tak Kunjung Padam
Inilah keunikan wisata Nusantara. Selalu ada cerita
dan legenda dibalik keindahan wisata tersebut menjadi kekayaan negeri ini.
Alkisah, pada abad ke 16 ada seorang pengelana sakti penyebar agama Islam
bernama KI MOKO yang bernama asli R. Wignyo Kenongo. Beliau tinggal di tanah
Madura yang dikenal panas dan tandus. Dengan kesaktiannya beliau mampu membuat
mata air dengan menancapkan tongkatnya.
Suatu hari seorang putri raja dari Palembang sakit
keras. Sang Raja mendatangkan banyak tabib dari berbagai daerah. Namun sang
putri tak kunjung sehat. Mendengar berita tersebut, Ki Moko kemudian berniat
meyembuhkan putri sang Raja. KI MOKO kemudian mengutus seorang utusan
untuk mengirimkan tabung tabung bambu kepada sang raja. Tabung bambu tersebut
berisi berbagai macam mata ikan. Ketika dibuka, mata ikan tersebut berubah
menjadi Mutiara. Sang raja senang sekali begitu juga sang Putri. Kegembiraan
tersebut membuat sang Putri sembuh dari sakitnya.
Sebagai
rasa balas budi dan rasa terima kasih. Sang raja mengirimkan sebuah peti kepada
Ki MOKO sebagai Hadiah. Ketika dibuka,
didalamnya menjelma Putri Raja yang beliau sembuhkan. Bernama Siti Sumenten. Dan
sang Raja segera menyusul ketempat Ki Moko untuk merayakan pernikahan. Mendengar
hal tersebut KI moko kebingungan karena tempat tinggal ki Moko begitu
sederhana. Beliau kemudian bersemedi meminta petunjuk kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Dengan
menancapkan tongkatnya, tempat tinggal ki Moko berubah menjadi sebuah istana
megah. Sekaligus sumber air dan sumber
api. Ki Moko lega. Setelah perayaan pernikahan selesai, istana megah kemudian
kembali seperti semula. Sejak itulah
nyala api yang menyerupai sebuah telaga itu digunakan sebagai sumber kehidupan
oleh masyarakat setempat.
Sejenak ditempat ini kami luangkan waktu untuk istirahat sebentar, meluruskan punggung, sebelum melanjutkan perjalanan, menikmati sunrise di Pantai Jumiang.
0 $type={blogger}