Merangkum Keindahan dan Kebersamaan dalam Sebuah Perjalanan
September 04, 2015
Perjalanan
darat menuju pulau menjangan menawarkan sebuah aksen panorama keindahan alam khas
bumi pertiwi yang dikelilingi gunung merapi.
Menghirup
udara di negeri Mahabharata terlalu lama
membuat paru paru saya protes, memaksa badan saya “berbikini” diatas pasir
putih yang lembut dan berenang ala putri duyung bersama nemo dalam surga bawah
laut nusantara. Pucuk dicinta ulam pun tiba, sahabat Blogger mengajak ketemuan sekalian piknik bareng ke pulau Menjangan
setibanya saya di tanah air. Maklumlah selama ini kami hanya bersapa manja
didunia maya, karena kami tinggal di kota bahkan negara yang berbeda pula.
Persiapan
mulai booking hotel, beli tiket hingga pemilihan operator tour sudah kami rancang
jauh jauh hari. Mbak rien, sang penguasa blog www.travelerien.com sudah booking
Hotel Watu Dodol melalui Agoda. Tarie pemilik blog www.jejaksematawayang.com sudah
membeli tiket kereta api buat saya dan Mbak Ira (keluargapelancong.net). Tiket
kereta api Mutiara Timur dari stasiun Gubeng, Surabaya menuju stasiun kota Banyuwangi,
sedangkan Mbak Rien memilih melewati jalur udara.
Fyi, Perjalanan menuju
pulau Menjangan bisa di akses melalui dua pelabuhan. Yakni Pelabuhan Banyuwedang
di Bali dan melalui pantai Watudodol yang berada diujung Banyuwangi. Demi sang
waktu yang tak akan pernah kembali, kami ke Pulau Menjangan melalui Banyuwangi,
tanpa menyeberang ke Bali.
Pagi
pagi saya berangkat dari rumah di Gresik bersama Tarie dengan menunggang kuda
besi Si Revo Sahabat perjalanan. Di
stasiun Gubeng kami bertemu Mbak Andrie (www.andripotlot.com), semalaman beliau mengarungi
perjalanan darat dari kota Bandung. Setelah cipika cipiki dan ngobrol ngalor ngidul tetiba pluit kereta api memanggil kami untuk segera bergegas
masuk dalam gerbong kereta.
Dalam
gerbong kereta dipenuhi para remaja dengan ransel gede dan kece di punggung mereka, mengundang senyum dibibir saya yang
seksi sebab teringat akan masa lalu. Masa dimana otak saya dijejali dengan
sebuah impian menjejakkan kaki di negeri negeri asing. Masa dimana saya lebih
suka duduk berjam jam bahkan berhari hari dalam kereta dan bus ketimbang nonton
bersama pacar di akhir pekan. Masa dimana saya hati selalu diselimuti angan
bersama dia yang berada di belahan bumi utara. Uhuk.
Roda
bergerak meninggalkan kota Surabaya yang padat. Pemandangan yang tak jauh berdeba
pula ketika memasuki kota Sidoarjo. Perlahan nuansa hijau menghampiri ketika
memasuki kabupaten Pasuruan, padi menguning melambai lambai diterpa angin dalam
sebuah hamparan yang luas. Terkotak kotak oleh aliran air yang segar. Sebuah kayu
disilangkan dimahkotai sebuah capil dan berbalut tas plastik warna warni
berdiri mengamati sawah. Orang orangan yang membuat sang burung pergi menjauh.
Memasuki
kota Probolinggo, pemandangan negeri khatulistiwa yang dianugerahi deretan
gunung merapi tersaji dengan ciamik. Lekuk pegunungan berapi di sisi kanan dan
kiri seolah berlari mengejar kami. Berdiri gagah memberi senyuman. Kadang
nampak ramah terkadang menebar amarah. Tak hanya padi sang setia tunduk di kakinya,
gubis, bawang dan kembang kol juga selalu setia menanti pupuk alami berupa
aliran air jernih dan tanah gembur. Pemandangan yang menawarkan kedamaian ini
membuat mata kami terlelap.
Mendekati
kota Jember mata kami dipaksa terbuka menanti kedatangan mbak Ira. Kami berempat
duduk berhadap hadapan, cerita banyak hal mulai dari keluarga hingga negara. Pecicilan dan cekikikan. Perjalanan yang seolah memberitakan kepada dunia bahwa
perjalanan tak mengenal usia. Jadi ibu nggak melulu tentang daster batik
kegedean dan memasak di dapur, terkadang kami bisa menjadi pejalan tangguh
memanggul ransel, bercelana cargo dan tersesat dalam budaya yang berbeda. Perjalanan
seperti inilah yang selalu mengendap jauh dalam ceruk hati meski sang panas
kerap membungkus pantat bahenolku.
Entah
sudah berapa banyak lekuk gunung tersaji seperti Bromo, Ijen, Gumintir bahkan
gunung Raung yang saat itu sedang memuntahkan amarah. Kemarahan gunung Raung
ini setiap saat bisa saja menggagalkan rencana piknik bersama. Sisa sisa abu
gunung Raung melapisi daun tembakau dan kopi yang banyak sekali kita temui di
kabupaten Jember. Pohon kelapa menemani sepanjang perjalanan, keindahan
anugerah yang maha kuasa memanjakan mata. Tak ingin sama sekali mengabadikan
dalam lensa kamera. Mata saya tidak ingin diganggung kotak hitam. Saya ingin
benar benar menikmatinya. Waktu tidak akan pernah kembali, biarlah hati ini
merekam apa yang dirasa dan dilihat. Seperti hanya kamu yang tak lagi menguasai
hati ini. Uhuk.
Dalam
perjalanan saya menatap hamparan pohon kelapa berlatar belakang lekuk
pegunungan Argopuro. Jauh dalam lubuk hati saya berkata, tunggu aku, semoga
kelak saya bisa melangkahkan kaki dipuncak tertinggi pegunungan para Hyang. Berpeluh peluh menuju puncak
istana Dewi Rengganis.
Sarapan pagi bersama |
Bahagia itu sederhana, kumpul bersama sahabat yang saling menyayangi dan saling support |
Narsi ceria di Hotel Watu Dodol |
Sampai
di stasiun kota Banyuwangi kami tidak langsung menuju hotel, kami sempatkan
mampir sejenak ke pelabuhan ketapang. Karena letak keduanya juga sangat dekat. Banyak
perubahan di Pelabuhan yang sering menghantarkan saya menuju Bali ini. Lebih
bersih dan teratur. Tak seperti dulu kala yang nampak bagaikan pelabuhan horor
yang siap menerkam. Saya tersenyum, mengingat perjalanan ber tahun yang lalu,
duduk berjam jam dalam bus dan menanti penyeberangan. Kadang pada saat malam hari
berteman hembusan angin kencang. Kadang mentari menyembul diantara lekuk
perbukitan yang membungkus pulau Bali dan menatap gunung Ijen berdiri gagah
diujung pulau Jawa.
Sampai
di hotel Watu Dodol tempat kami menginap, kami semua bertemu dengan Mbak Rien,
keriangan menggelora sekaligus kesedihan, gimana tidak, diantara mereka sayalah
yang paling gendut *Menatapnanarperutbergelambir*. Hiks. Sore harinya kami habiskan dengan bercengkrama menatap pulau
Bali ditemani semburat orange melapisi langit biru. Menanti esok hari yang membawa
kami dalam surga bawah laut Pulau Menjangan.
Snorkling lagi yuk...... |
30 $type={blogger}
Wkwkwkwkwk.. tadinya udah mau komen panjang lebar, lah kok mendadak buyar gara-gara ngakak ngeliat itu foto cowok yang ikut nampang difoto... huahahahahahahahahaaaaaa......
ReplyDeleteYa, tuh anak minta dikeplak sama tongsis, dimintain foto la kok malah ngikut nimbrung. Etapi aku harus berterima kasih karena dia udah foton emak emak kece
DeleteFoto anak muda yang ikut narsis itu benar benar membuyarkan kosentrasi koment pencitraanku wkwkwkwk
ReplyDeleteMungkin dia lihat emak emak kece, jadinya ingin "ketularan" kece juga makanya nimbrung dikamera :)
DeleteSeneng banget jalan bareng mbak Zulfa. Seru dan asyiiiik. Pingin jalan bareng lagi tahun depan
ReplyDeleteaku juga jalan sama mbak Rien karena aku difotoin terus *dibalangkamera.
DeleteInsyaAllah, yuk tahun depan mbolang lagi, keman gitu... nggak pakai adegan baju renang sobek. xixixi
Aku ikuuuuuuut...... ;)
DeleteAyo mbak Dee
DeleteMangkaattt! :)
DeleteSemoga tahun depan ya... bisa rame rame. Aamiin
DeleteCowok kuwi wes melu narsis, mangap pisan.... hihihihi.... Tapi seneng banget wingi lunga barengan. In shaa Allah kudu diulang meneh. Bzw, bosomu tambah mirip pujangga, Rek...*sungkem* ira
ReplyDeleteiyo, mangap sisan.. Hap. Seneng mbak, aku seneng nek perjalann darat trus suwe, wingi kurang sewa perjalanane... Mugo mugo isok kalayapan bareng maneh yo mbak, emboh nandi, pokok e dolan lan ngikik bareng.
DeleteAku memang pujangga cinta mbak
Pujangga cinta, mbok Taro kuwi diajari.... :)
DeleteWoooyyyy namaku disebut di sini. Panteesss jempolku gatel pengen dolan mrene. Jebuuuuull. Tapi bener deh, Mbak Zulfa lagi jadi pujangga akhir-akhir ini *siul2*
DeletePertama-tama aku mau bilang mbak gaya bahasanya indah dan aku suka bangeeeed, pakai huruf "d" kedua yuk kita ke Gunung Argopuro, cepat kembali ke sini biar kita daki bareng :D ketiga Mbak akan lebih sedih lagi kalau ketemu aku soalnya aku lebih kurus dari semua yang ada di sana wkwkwk....Keempat (pelan-pelan bacanya) itu foto stasiun keretanya aku suka, dan kelima (biar lengkap ada 5 pasal kayak Pancasila :D) Kenapa ada tragedi baju renang sobek? Burung Irian burung cendrawasih, cukup sekian terima amplop :D
ReplyDeleteSeindah hatiku yang selalu mencintaimu .... eaaa malah ngalor nidul, terima kasih mbak Lina. Ntah kesamber malaikat dimana tadi kok nulisnya kayak pujangga.
DeleteAyo mbak, aku pingin nanjak sama mbak Lina sekeluarga. kemarin lihat mbak Lina ke Prau, aku ngiri looo, tapi kok rame banget ya waktu itu...
Apppaaaaaa? butuh donor lemak kah mbak? banyak nih :))))))
Eh iya, nanti aku ceritakan tragedi baju renang robek, masih dibikin serial ala sinetro jodha akbar. amplopnya isis berapa juta ???? matrek *ngibritttttt
Ih seru ih, mbak zulfa detail banget diskripsinya dan menjangan ini mustinya juga populer ya meski ga bisa surfing (eh bisa ga sih?) Kayaknya pantai G-land lebih populer. Ini musti kebagian terujung jawa timur nih, musti ke banyuwangi :)
ReplyDeleteAlhamdullilah seru kebangetan.. eh, Menjangan ini ada di Bali, sementara kalau G-Land di alas purwo, Banyuwangi. keduanya jga beda, menjangan memang site untuk diving atau snorkling, sementara kalau G land untuk surfing.
DeleteKalau dari banyuwangi tinggal nyebrang kok, kan deket.
wkwkwk brondong dari mana ituu...seru banget yaaaa...pengen jugaa bisa jjs bareng kaliaan :*
ReplyDeleteBrondong dapat dari kereta ... nggak pakai adegan lirik mata. lucu abis tuh anak
Deletehihihihihihi lucu di suruh fotoin malah dia ikut selfi :D kocak deh
ReplyDeleteKocak banget tuh anak memang, Klo diingat inget jengkel tapi bikin senyum :)
DeleteWkakakakaka aku rak sido termehek-meheklah nek ngene, Rek. Poto kuwi wis jadi saksi bisu gimana heboh dan kocaknya emak-emak kece :p
ReplyDeleteTaon depan lebih komplit yuukk. Aceeeeeeeehh!
Terima kasih kakak sudah bilang aku kece, disitu saya merasa muda klo tanpa "emak"
DeleteYa ampun .... emak2 semua, kalian itu lho ngapain kelayapan. kan mending ikut pengajian lebih berkah hahaha #Kabur
ReplyDeleteInsyAllah kita akalan brangkat pengajian dirumah kakak Cumi :)
DeleteEmak-emak hebat yang berani menaklukkan alam, tapi saya justru lebih salut sama pria-pria dibalik kalian yang memberikan izin dan kepercayaan bagi istrinya untuk travelling :-)
ReplyDeleteAlhamdullilah kita dianugerahi suami yang pengertian, ya *terharu
DeleteSemoga mama Ivon boleh klayapan sama kita :)
Emakemak gaol kalo liburan bareng ya gini ya hahaha
ReplyDeleteyuhuuuu, cakep kan kita *dibalangkaca :))))
Delete